Bab 6. Suka lupa janji
Lingga seorang lelaki mandiri yang hidupnya tidak menentu kadang dirumah tantenya, kadang dirumah pamannya, kadang dirumahnya sendiri yang pasti dia hanya pulang kerumah orangtuanya hanya jika ada keperluan saja. Lingga kebanyakan hidup dirantau, dia paling senang dengan yang namanya berkelana, orang tuanya sampai lepas tangan dengan anaknya sendiri. Sikapnya yang keras kepala dan sukar diatur benar-benar membuat semua orang menyerah.
Dia menghidupi dirinya sendiri, bekerja apa saja yang bisa dilakukan. Lingga pernah bekerja menjadi karyawan toko, pernah menjadi tukang ojek, pernah menjadi supir pribadi, pernah menjadi pekerja kebun dan sekarang dia bekerja menjadi tukang bangunan. Kehidupannya jauh dari yang namanya kemewahan. Tapi Lingga bahagia dengan kehidupan yang bebas, tidak ada yang berani mengaturnya atau menegur cara hidupnya karena buat Lingga hidupnya adalah miliknya. Dia bekerja menghidupi dirinya sendiri, tidak pernah dia meminta uang kepada orang tuanya atau keluarga lainnya.
Ponsel Jesika berbunyi “Halo…”
“Jesika aku mau mengajak kamu ke rumahku gimana? Ada waktu tidak?” Lingga bertanya
“Bisa, pas sekarang aku lagi tidak sibuk. Tapi hanya sebentar jangan lama-lama”
“Siap”
Sekitar 10 menit motor Lingga sudah parkir didepan rumah Jesika. Jesika mengajaknya masuk dan memintanya menunggu karena Jesika belum bersiap-siap, mandi saja belum. Tadi habis terima telfon dari Lingga Jesika langsung berbincang-bincang dengan sepupunya yang tinggal dirumahnya. Jadinya Jesika lupa kalau dia janjian, saat motor Lingga parkir dia baru ingat.
“Lingga masuk dulu, silahkan duduk. Maaf tadi habis kamu telfon aku ada pekerjaan mendadak jadinya lupa sama janjian kita” Jesika meminta maaf
“Tidak apa-apa, memangnya kamu kerja apa?”
“Aku tidak punya pekerjaan tetap, aku bantuin mama bekerja dikebun. Kadang menanam jagung, kadang pisang pokoknya apa saja yang bisa dijual untuk menghasilkan. Tadi ada orang membeli pisang jadi aku melayani dulu” (Lingga memandang sekeliling jelas sekali tidak ada pisang)
“Kamu juga mencangkul?” Lingga penasaran
“Iya memangnya salah kalau perempuan kerja seperti itu?”
“Tidak. Sebaiknya kamu mandi dan siap-siap supaya pulangnya tidak malam, aku tidak enak sama mama kamu kalau membawa anak perempuan pulang malam” Lingga berbisik ditelinga Jesika.
Jesika tidak menjawab tapi meninggalkan Lingga duduk sendirian, tanpa ada kopi atau minuman dingin yang menemaninya. Tapi Lingga tidak pernah heran karena ini bukan pertama kalinya Jesika menyambut kedatangannya tanpa persiapan. Lingga sudah terbiasa dengan sikap Jesika yang cuek bahkan acuh tak acuh dengan keberadaannya.
(Flasback on)
“Jesika apa malam ini kamu tidak sibuk? Kalau tidak sibuk aku mau mampir kerumah kamu? tapi apa aku boleh mengajak teman-temanku” kata Lingga
“Boleh, tapi ingat jam 7 tepat kamu sudah harus ada didepan rumahku, lewat dari situ aku tidak menerima tamu” kata Jesika cuek.
Dan itu menjadi bahan tertawaan sahabat-sahabatnya karena Jesika justru muncul dihadapannya tepat jam 9 malam dan hanya mengatakan “Maaf tadi ada yang harus aku selesaikan jadi lupa kalau ada janji”.
(Flashback off)
Tapi Lingga menyukai tantangan dan dia merasa tertantang dengan Jesika karena sikap Jesika yang suka melupakan janji. Jadi dia taruhan sama teman-teman, kalau suatu saat dia akan berhasil membuat Jesika seperti pacar-pacarnya yang lain. Tapi teman-temannya justru tidak percaya mereka justru yakin kalau Lingga yang akan jatuh ke permainannya sendiri.
Biasanya sahabat-sahabat Lingga tidak berani taruhan yang besar apabila berhubungan dengan wanita tapi begitu tau latar belakang Jesika dan bagaimana perlakuan Jesika kepada mantan pacarnya membuat mereka berani menerima tantangan itu.
Tapi sebenarnya tidak ada bedanya dengan Jesika karena kenyataannya Jesika juga taruhan bisa membuat Lingga bertekuk lutut dihadapannya.
Jadi itulah awal mereka mulai dekat, tapi hanya sekedar dekat saja mereka berbeda dengan pasangan pada umumnya. Kalau yang lainnya mesra dan selalu rajin berkomunikasi mereka justru sebaliknya. Jarang menelpon, sms hanya sedikit, dan bertemu hanya diakhir pekan bahkan tidak jarang keduanya melupakan janji mereka sendiri.
