Bab 4. Kekesalan Jesika
Jesika tidak menyadari sudah hampir 6 bulan Lingga dirantau. Saat awal tahun pas dihari minggu terakhir bulan Januari didesa tempat kakek dan nenek Jesika dibesarkan akan selalu merayakan acara syukuran dan seluruh keluarga akan berkumpul disana. Tapi Jesika memilih tidak ikut karena dia sudah membuat janji dengan sahabat sekolah untuk bertemu, kebetulan sahabatnya baru saja pulang dari Prancis. Keluarga Jesi bertanya memastikan tapi Jesi memilih tidak mau ikut.
“Tunggu aku ikut saja” Teriak Jesika saat mobil sudah mulai meluncur pelan.
Keluarganya terkejut dengan keputusan Jesika yang mendadak. Mobil langsung berhenti dan tanpa berkomentar Jesika langsung masuk dan mengambil tempat duduk yang masih kosong. Dalam hatinya dia benar-benar kesal.
“Kamu kenapa mendadak ikut, tadi dibujuk tidak mau” tanya tantenya bingung
“aku berubah pikiran tante”
Sepanjang perjalanan Jesika diam saja dia benar-benar kesal karena janjiannya dibatalkan. Kenapa sich mereka harus muncul disaat bersamaan Only sms mau datang, Alfian juga sms mau datang, dan yang didengar Jesika juga Lingga datang hari ini dan pastinya dia juga bakalan muncul. Jadi Jesika bermain aman saja dia mengirimkan sms ke semuanya dan mengatakan ada acara keluarga yang tidak bisa ditinggalkan, kebetulan desa yang menjadi tujuan mereka masih agak terpencil jadi signalnya juga tidak ada, harus naik ketempat yang lebih tinggi baru bisa mendapat signal. Dan biasanya kalau mereka sudah bertemu paling cepat pulangnya jam 8 malam. Jadi Jesika tetap tenang.
Tapi Jesika tidak menyangka kalau pertemuan kali ini bakalan cepat selesai masih jam 6 sore mereka sudah pamitan mau pulang. Ketika sampai dirumah Jesika kaget karena Only masih berada didepan rumahnya, menunggu kedatangannya. Dengan alasan kelelahan Jesika meminta agar Only pulang duluan nanti ketemuan lain waktu.
Jesika masuk kekamar mandi dan membersihkan diri. Sepertinya Only sudah menganggap hubungan mereka serius, aku harus segera mengakhiri hubungan ini. Memikirkan itu Jesika langsung menelfon Only dan memutuskan hubungan, karena dia tahu walaupun only serius tidak akan mudah bagi keluarganya untuk menerima keadaan Jesi.
“Kenapa kamu melakukan ini Jesi?”
“Maaf Only, tapi aku tidak punya pilihan. Aku tidak menganggap hubungan kita serius”
“Kamu benar-benar wanita jahat yang pernah kukenal. Setelah membuatku jatuh cinta kamu kemudian meninggalkanku hanya karena kamu main-main denganku. Kenapa kamu melakukannya?”
“Karena itu aku minta kita putus karena yang aku perhatikan kamu mulai serius sama aku”
Jesika segera menutup telfonnya dan menonaktifkannya. Dia masih teringat kejadian memalukan ketika dirinya dihina bahkan di anggap hanya mengincar harta kekasihnya, bahkan dipermalukan.
(Flasback on)
“Rian bawah dia pergi dari sini, dia tidak pantas berada dirumah ini”
“Tapi ma, Rian sayang sama Jesi”
“Kamu pikir cinta saja cukup? Mama tidak mau punya menantu yang akan mempermalukan keluarga kita. Memangnya kamu mau menikah dengannya dan hanya akan menjaganya ketika sakit, kamu mau punya anak yang nantinya juga akan menderita penyakit sama? Penyakit wanita itu adalah penyakit keturunan. Keluarganya saja berantakan. Mama tidak mau hidupmu juga berantakan. Kamu telah dibutakan karena cinta”
“Jesi maaf, kamu bisa tinggalkan rumah ini? Mamaku tidak setuju. Maaf juga aku tidak bisa mengantarmu pulang. Apa kamu bisa pulang sendiri” Rian memandang Jesika
Jesika mengangguk dan pamit. Dia tidak menyalahkan Rian, juga tidak menyalahkan orangtuanya karena dimana-mana yang namanya orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
(Flasback off)
Jesika berbaring dikasurnya dan tertidur lelap, dia sama sekali tidak merasa bersalah ataupun marah. Kepercayaannya tentang cinta sejati benar-benar tidak ada. Dia bahkan membenci jika seseorang mulai menganggap serius suatu hubungan dan dia akan segera mengakhiri jika menemukan hal itu.
Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya dari luar, Jesi berikir itu adalah mimpi tapi kemudian Jesi sadar itu nyata ketika ibunya membangunkannya dan mengatakan ada tamu. Melihat Lingga bersama sahabatnya yang berdiri didepan pintu membuat Jesika kesal karena dia sedang lelap tertidur malah dibangunkan.
“Duduk, kenapa kamu datangnya jam segini? Ini jam berapa”
“Jam 12 malam”
“Kalau sudah tahu jam 12 kenapa kamu kemari? Kamu sadar tidak itu menggangguku, bukan hanya aku tapi semua yang sudah tidur. Memangnya tidak bisa datang besok atau hari lain apa? Waktumu hanya 15 menit tidak lebih. Ada apa?” Jesi jelas-jelas kesal.
Jiso memandang Lingga dan tertawa begitu mendengar kata-kata Jesika yang cukup membuat Lingga terdiam. Jiso memandang Lingga karena selama dia mengenal sahabatnya tidak pernah ada gadis yang marah-marah ketika didatangi Lingga. Karena mereka biasa taruhan dan Jiso selalu kalah taruhan, tapi berkat Jesika malam itu Lingga harus turun pangkat.
“Aku hanya ingin melihat apa kamu baik-baik saja”
“Sudah lihat kan? Kalau aku baik-baik saja” Jesi menjawab kesal.
“Ya sudah yang penting aku sudah lihat kamu baik-baik saja, kalau begitu aku pulang dulu, kamu lanjutin tidurnya”
Setelah pamitan Lingga dan Jiso meninggalkan rumah Jesika. Hanya datang mengetuk dan menanyakan kabar terus pergi lagi, Jesika benar-benar bingung dengan kelakukan pacarnya yang satu itu. Memang dia sering melakukan itu dan Jesika sama sekali tidak memperdulikannya.
