Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. Ceroboh

Jesi memang ceroboh dia mengingat kejadian dimana dia masih menjadi siswa baru di SMA.

(Flascback on)

“Jesi kamu suka ya sama Galang?” tanya Ifan

Galang adalah cowok yang duduk dibelakangnya, sebelum meja dan kursi dibuat menjadi leter U, apapun yang diminta Jesi pasti akan dipenuhi pria itu. Bahkan tanpa diminta pria itu akan menyediakan snack untuk diberikan ke Jesi saat disekolah. Jesi menerima semuanya dengan senyuman. Karena kedekatan mereka sampai-sampai ada kesalah pahaman.

“Galang itu hanya sahabatku, benar kan? (Jesi memandang Galang, tapi yang dipandang hanya diam membisu)”

“Tidak mungkin, kalau bukan pacar kenapa selalu ada snack dan apapun yang kamu inginkan pasti kamu dapatkan” Ifan penasaran

“Benar aku hanya sahabatan dengannya, sebenarnya aku sudah punya cowok yang aku sukai” Jesi bicara asal-asalan.

“Benarkah? Siapa….”

“Kamu tidak perlu tahu”

“Kalau begitu benar kamu pacaran sama Galang, jangan menghindar lagi? Kalau memang ada cowok yang kamu sukai siapa namanya”

“Aku hanya sahabatan sama galang, aku suka cowok namanya …… (Jesi terdiam bingung mau menjawab apa karena dia tidak tahu nama cowok-cowok disekolahnya, dia hanya mengenal cowok didalam kelasnya kemudian dia teringat satu nama Jimmy yang pernah disebut Vita)”

“Siapa?” desak ifan

“Namanya Jimmy”

“Apa maksudmu Jimmy Wen? anak kelas 13 “

Jesi yang sama sekali tidak mengenal Jimmy hanya asal saja menganggukkan kepalanya

“Ciri-cirinya putih, tinggi, atletis dan hobinya main sepak bola juga bola basket?” Ifan memastikan

Jesika yang sama sekali tidak mengenal Jimmy tanpa berpikir panjang langsung saja mengangguk.

“Benar kamu menyukai dia?” Ifan penasaran

“Bukan hanya sekedar suka, aku itu sudah jatuh cinta sama dia, hidupku tidak ada artinya jika tidak melihatnya. Pokoknya aku sangat…sangat… suka padanya” Jesi menjawab pertanyaan dengan mempermainkan bolpoin dijemarinya.

“Kamu tidak salah kan? Jimmy Wen anak kelas 13 kan?” (Jesi mengangguk)

Jesi memandang kepergian ifan, dia lega akhirnya dia terbebas dari pertanyaan yang tidak masuk akal dari sahabatnya. Jesi kembali menulis dibuku tulisnya menyelesaikan tugas dari guru kelas.

“Kamu kenal Jimmy Wen?” Fia sahabatnya bertanya serius

“Tidak kenal”

“terus kenapa kamu bilang suka sama Jimmy Wen? Dan sekarang Ifan pergi”

“Bagus kan kalau dia sudah pergi. Kenapa kamu yang panik? aku bosan menjawab pertanyaan yang tidak masuk akal. Dia paling senang membuat aku kesal” umpat Jesika

Fia mau menjelaskan tapi diam membisu ketika didepan meja mereka sudah berdiri seorang cowok.

“Kamu memanggilku?” Cowok itu memandang Jesi, tapi karena tidak mengenalnya Jesi cuek saja.

“Tumben kamu kemari, ada keperluan ya?” Fia bertanya mencoba mengalihkan perhatian cowok yang ada didepan Jesika.

Cowok itu cuek dan masih tetap bertanya pertanyaan yang sama.

“Jesi katanya kamu sudah jatuh cinta padanya, kamu tidak bisa hidup tanpanya” suara Ifan mengagetkan Jesi.

“Kamu… kamu… Jimmy Wen?” mata Jesi melotot seakan mau keluar, dia benar-benar terkejut.

“Iya benar aku Jimmy Wen, kata Ifan kamu mencariku makanya aku kemari”

Jesi tidak menjawab wajahnya langsung memerah, bolpoin yang dipegangnya jatuh diatas meja. Cowok yang mengenalkan nama sebagai Jimmy Wen mengambil bolpoin itu dan menyerahkannya kepada Jesi. Bukannya mengambil tapi Jesi langsung saja bersembunyi dibawah meja karena tempat duduknya berada ditengah jadi tidak ada jalan untuknya buat keluar. Tak henti-hentinya Jesi mengutuk tindakan bodoh dirinya sendiri, yang pada akhirnya dialah yang harus menanggung malu.

“Kenapa kamu sembunyi, katanya kamu memanggil aku”

“Lebih baik kamu pergi dari sini, aku tidak ada urusan sama kamu, aku tidak kenal kamu” Jesika mengusir Jimmy dari bawah meja. Jimmy meninggalkan ruang kelas Jesika dengan tersenyum, dia tahu gadis itu asal bicara saja. Setelah Jimmy pergi, Jesika keluar dari tempat persembunyiannya.

“Kamu keterlaluan ifan”

“Katanya cinta, tidak bisa hidup tanpanya tapi ketika Jimmy datang kamu malah sembunyi kenapa?” Ifan tertawa

“Kamu Kenal dia?”

“Mereka itu satu sekolah sama Jesi, satu kampung bukan itu saja mereka juga tetanggaan” Vita langsung menjawab pertanyaan Jesika

“Ifan lebih baik pergi dari hadapanku sebelum aku lebih marah” Jesika mendorong mejanya kedepan agar dia bisa keluar. Melihat itu Ifan langsung saja berlari.

“Kalau mau kejar aku ingat aku bersama Jimmy Wen”

(Flasback off)

Pengalaman yang tidak akan dilupakan Jesika seumur hidupnya karena itu benar-benar sangat memalukan, bahkan itu juga disaksikan banyak teman sekelasnya. Benar-benar memalukan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel