Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. Taruhan

Sampai suatu kali diusia yang ke 20 tahun dia dipertemukan oleh seorang lelaki lewat sms nyasar sebenarnya bukan nyasar juga karena kenyataannya lelaki itu taruhan sama sahabatnya. Jesika Sa yang tidak tahu apa-apa ketika di minta menjawab panggilan telfon oleh sepupunya tanpa curiga menjawabnya dan berkenalan kemudian ponsel dimatikan. Jesika memandang sepupunya yang masih kelas 1 SMA bermain dengan ponsel miliknya. Karena sibuk belajar memasak nasi goreng yang rasanya seenak buatan pamanya Jesika sama sekali tidak peduli dengan sepupunya.

Sampai akhirnya…….

“Kak Jesika sekarang pacaran sama cowok yang telfonan sama kakak tadi?”

“Ha?.... Sejak kapan kak Jesi pacaran, kenal saja tidak. Kakak tidak mau.” Jesika menolak

“Jangan gitu kak, kami sudah menerimanya, kami mohon kak, kami takut kalau ketahuan. Kan biasanya juga kakak bantuin kita dalam hal seperti ini. Kakak kan pintar membelokkan cerita” Sepupu dan sahabat sepupunya memohon ke Jesi.

“Baik tapi hanya untuk sehari”

“Seminggu saja kak Jesi”

“Tidak”

“Ayolah kak Jesi”

Setelah termakan bujukan Sepupu dan sahabat sepupunya akhirnya Jesika menyanggupinya dengan batas waktu tidak lebih dari 4 hari. Dengan perjanjian merekalah yang akan membalas sms juga lainnya sedangkan Jesi hanya menerima panggilan telfonnya. Sementara itu ditempat lain cowok yang entah siapa sedang bahagia karena memenangkan taruhan jadi dia gratis minta apa saja selama seminggu.

Jesi dan cowok itu santai-santai saja karena pada kenyataannya mereka sama-sama memiliki pacar. Tapi mereka berdua sama-sama tidak menyadari kalau itu adalah awal mereka patah hati. Pacar Jesi terpisah jarak, begitupun pacar cowok itu jadi tidak masalah bagi mereka untuk bermain api. Apalagi Jesika sama sekali tidak percaya adanya cinta sejati, bagi Jesika pacaran hanyalah mainannya.

Lingga Armando nama cowok itu, cowok yang sudah berencana menikah dengan kekasih hatinya bahkan sudah bertemu dengan kedua orang tuanya, tapi ditikung sahabatnya sendiri dan akhirnya dia memilih meninggalkan wanita yang pernah mengisi hari-harinya. Dia memilih putus dan berangkat ke desa yang harus melewati lautan untuk tiba disana. Tanpa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi Lingga menemui Jesi dan pamitan untuk pergi bekerja selama kurang lebih 6 bulan, yang diterima Jesi tanpa rasa curiga.

Karena semenjak mereka berkenalan lewat panggilan telfon Lingga menemui Jesi keesokan harinya, secara jentel Lingga mengajak pacaran secara langsung bukan lagi lewat tellfon, Jesi yang memandang Lingga langsung mengiyakan menjadi pacar. Alasan Lingga karena dia mau meyakinkan dirinya kalau memang Jesi mau menerima dia. Empat hari yang dijanjikan tidak ditepati Jesika karena Lingga tidak banyak menuntut.

Setelah kepergian Lingga, mereka hanya kontak lewat ponsel dan itu sangat jarang bahkan kadang hanya sebulan sekali. Tapi itu tidak jadi masalah buat Jesi dan Lingga karena keduanya sama-sama tidak saling mencintai. Keduanya hanyalah sebagai selingan. Sampai suatu ketika keluarga dari pacar Jesi membuat masalah mereka mencegat Jesi dan mulai bertanya, bagi Jesi itu sangat tidak menyenangkan karena dia paling tidak suka apabila keluarga dari pihak lelaki mencampuri urusan pribadinya, Jesi benar-benar tidak suka. Karena rasa tidak sukanya itu dia curhat kerekan kerjanya kalau dia hanya main-main dengan pacarnya yang itu, karena sejujurnya dia juga memiliki pacar lain, tapi tanpa Jesi sadari rekan kerjanya itu justru keluarga dekat dari pacarnya sendiri. Walaupun Jesi akui dia bukan hanya pacaran dengan satu cowok saja, tapi saat itu dia pacaran dengan tiga cowok sekaligus. Jesi sengaja menerima cowok yang jaraknya paling kurang 20 menit untuk sampai kerumahnya supaya dia bisa mengatur jadwal pertemuan dan yang paling Jesi benci adalah pacaran dengan sahabat baiknya atau sekampung dengannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel