Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1. Jesika Sa

Jesika Sa itulah namanya, gadis desa biasa yang terlahir dari keluarga yang miskin, semula keluarganya hidup bahagia. Sampai suatu ketika entah bagaimana permulaan itu terjadi, tapi bagi Jesika itu adalah suatu pemandangan yang tidak ingin disaksikannya. Seorang ayah yang menjadi sangat posesif kepada pasangannya, dan berbagai aturan yang tidak bisa diterima dengan akal sehat, yang pada akhirnya hanyalah berakhir dalam perdebatan juga pukulan yang melayang diwajah maupun tubuh ibunya. Sikap kedua orang tuanya yang sama-sama keras kepala membuatnya tidak betah, dia memilih meninggalkan desa kelahirannya diumur yang masih 11 tahun dan melanjutkan sekolah di kampung halaman dimana ibunya dibesarkan, tapi asing bagi Jesika. Sampai ibunya harus memilih untuk mengikuti anaknya yang berjuang dengan penyakit yang dideritanya ataukah tetap disamping suaminya yang juga sakit. Dalam kondisi yang miskin dan hanya mendapatkan uang dari jualan hasil kebun sang ibu harus berjuang seorang diri. Mendampingi suami yang juga saat itu dalam kondisi kejiwaan yang tidak stabil, dan keluarga dimana anaknya tinggal terus menerus meneror ibunya karena dianggap lebih memilih suaminya dari pada anak satu-satunya. Dengan keadaan yang seperti itu ketika ada tetangga yang meminta Jesika Sa untuk tinggal bersama akhirnya dia menerimanya. Lama Jesika tinggal disana kerjanya membantu keluarga itu. Sampai akhirnya terjadilah perpisahan kedua orang tuanya, bukan perpisahan karena perceraian, tapi perpisahan karena ibunya harus memilih antara suami atau anaknya. Perbedaan jarak yang jauh karena keinginan Jesika sa meninggalkan tempat kelahirannya dan memulai hidup ditempat asing, akhirnya keluarga dari ayahnya menjemput sang ayah dan menyarankan ibuku untuk membesarkan Jesika dan kalau bisa menyekolahkan Jesika, untuk urusan pengobatan suaminya/ayah Jesika itu akan menjadi urusan keluarga mereka. Mereka meminta ibuku fokus akan sekolah dan kesembuhan Jesika.

Jesika terus berjuang hidup dengan sakit yang dideritanya. Penyakit langkah yang belum ditemukan obatnya, tapi juga bukan penyakit berbahaya tapi penyakit itulah yang membuatnya harus tetap kuat meski dikucilkan orang lain yang sama sekali tidak mengerti. Jesika hanya diam dan bersabar ketika ada sahabat atau orang lain yang menyindirnya atau bahkan menjauh darinya seakan-akan dia adalah sampah masyarakat. Tapi bagi Jesika apapun keadaan yang terjadi satu keyakinannya dia adalah salah satu pilihan Tuhan untuk menanggung penyakit itu karena dia mampu melalui semuanya. Meskipun terus terang kadang Jesika capek harus meminum obat secara rutin setiap hari dan di jam yang sama agar supaya penyakitnya tidak kambuh, itu bukanlah obat untuk menyembuhkan karena sejujurnya dokter sendiri secara jujur mengatakan kalau masalah seperti yang di alaminya itu masih soal ujian bagi mereka. Bukan hanya beberapa kali darah Jesika diambil, berbagai tes juga dilakukan tapi yang bisa dilakukan dokter adalah memberi obat kronis untuknya guna mencegah kambuhnya penyakit jesika. Tapi itu tidak membuat semangat Jesika dalam berjuang hidup karena dia bukan hanya dikucilkan tapi tidak sedikit juga sahabat yang tulus menerima dia apa adanya. Dengan kondisi fisiknya yang lemah dan gampang sakit tidak membuat Jesika mengurung diri, tapi itu justru membuatnya ingin membuktikan kalau dia bisa hidup walaupun dalam keadaan sakit. Sakitnya juga berpengaruh pada pergaulannya dalam percintaan. Bukan hanya sekali dia ditinggalkan kekasih yang berkata akan selalu ada untuknya entah itu memang berasal dari pribadi mereka ataupun karena orang tua dan keluarga mereka menentang, tapi yang di lakukan Jesika hanyalah tersenyum walaupun dia terluka.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel