Bab 13
******
Dalam perjalanan pulang kerumah Jesika melihat Lingga yang berjalan sempoyongan. Jesika menghampirinya dan dia mencium bau menyengat, bau alkohol. Jesika segera membawa Lingga pulang kerumahnya dengan memakai taksi.
Jesika memapah Lingga masuk kerumahnya dan membaringkannya di kasur. Jesika bermaksud keluar kamar tapi langkahnya terhenti ketika pergelangan tangannya digengam erat oleh Lingga.
Jesika berusaha melepaskan pergelangan tangannya tapi genggaman tangan Lingga lebih erat. Lingga kemudian mendorong Jesika kedinding dan membelenggu kedua tangan Jesika.
“Rana… Rana… ternyata kamu sama saja”
“Maksudnya?”
“Aku mencintai kamu dengan tulus. ketika kamu datang padaku memohon untuk memberi kesempatan kedua aku mempertimbangkannya dan mau memberikan kamu kesempatan itu”
Jesika semakin bingung sepertinya Lingga benar-benar mengira dirinya adalah Rana, alkohol membuat pikiran Lingga tidak jernih. Jadi orang yang selama ini dicintai Lingga secara tulus adalah Rana saingannya sendiri dikantor yang juga sekaligus wanita yang sangat membenci dirinya.
“Aku harus melepaskan diri dari Lingga tapi bagaimana caranya?” (Batin Jesika)
Belum juga menemukan cara melepaskan diri bibir Lingga sudah mendarat dibibir Jesika dan mencium Jesika dengan ganas dan tidak memberi kesempatan bagi Jesika untuk melepaskan diri lengan Lingga semakin erat menggenggam pergelangan Jesika.
Jesika mendorong Lingga dengan keras dan berlari kearah pintu tapi gerakan Lingga lebih cepat dia langsung saja menarik Jesika dan membaringkannya dikasur. Airmata Jesika mulai mengalir, dia ketakutan ingin rasanya dia berteriak tapi percuma bibirnya terkunci erat dengan bibir lingga yang semakin dalam memasuki mulutnya yang hampir kehabisan nafas. Berlahan ciuman Lingga turun keleher dan merayap dibagian-bagian sensitive Jesika, tangan Lingga mulai merayap masuk kedalam kaos Jesika.
“Aku mohon Lingga jangan lakukan ini aku bukan Rana aku Jesika sadarlah”
Jesika terdiam ketika Lingga mengancamnya karena ketakutan akhirnya Jesika pasrah. Dia juga tidak bisa berpikir jernih yang ada airmatanya terus mengalir dan berharap Lingga bisa menyadari kesalahannya dan melepaskan dirinya.
Nafsu sudah menguasai Lingga dia tidak mau tahu siapa yang berada dihadapannya lagi yang diinginkannya saat ini hanyalah tubuh yang bisa memuaskan dirinya. Lingga kembali meneruskan kegiatannya. Lidahnya bermain didalam mulut Jesika dan turun keleher sedangkan jemarinya bermain didalam kaos Jesika ketika menemukan dua bukit kembar yang dicarinya Lingga bermain disana cukup lama. Tidak butuh waktu lama bagi Lingga untuk membuat Jesika polos tanpa apa-apa dan langsung saja Lingga menutup tubuh Jesika dengan tubuhnya dan mulai Lingga bergoyang-goyang seperti ada acara dangdutan sampai akhirnya dia memuntahkan yang seharusnya tidak dia lakukan.
Jesika terkulai lemas menangis dan beharap itu hanyalah mimpi tapi dia sadar itu adalah kenyataan dan kenyataan juga kalau sekarang satu-satunya harta paling berharga yang dijaganya selama ini telah terengut oleh kekasihnya sendiri. Kekasih yang tidak dicintainya dan kekasih yang tidak mencintainya.
Jesika sadar dia terjebak dengan permainannya sendiri bukan berhasil membuat Lingga jatuh cinta tapi justru sebaliknya Lingga berhasil mengambil apa yang seharusnya bukan miliknya. Tapi menyesalpun percuma karena Lingga melakukakannya disaat mabuk dan itu juga bagian dari kesalahannya karena berani masuk kekamar lelaki yang sedang mabuk.
“Seharusnya aku hanya meletakkan lelaki brengsek ini didepan pintu”(Batin Jesika)
Jesika bangun dari tempat tidur mengambil pakaian untuk dikenakannya tapi kembali lagi Lingga menariknya dan menindihnya menyatuhkan kembali tubuh mereka berdua. Jesika yang merasakan sakit tidak bisa berbuat banyak dia hanya berharap semuanya usai dan dia akan segera pergi dari rumah itu. Setelah semua usai Jesika langsung menarik semua pakaiannya dan masuk kekamar mandi kemudian membersihkan diri, menghapus airmatanya. Jesika sepintas melihat Lingga sudah tertidur lelap dan dia langsung saja meninggalkan ruangan itu sebelum Lingga sadar dan menyiksanya kembali.
