Bab 12. Mengunjungi Rumah Lingga
Setelah sebelumnya gagal membawa Jesika berkunjung kerumahnya akibat si jago merah akhirnya Lingga memiliki kesempatan untuk mengajak gadis itu kerumahnya.
Jam empat sore Lingga telah menjemput Jesika dan dengan setia menunggu Jesika bersiap-siap setelah selesai keduanya berpamitan kepada ibu Jesika dan menuju rumah Lingga dengan memakai motor.
Lingga sengaja membawa motornya pelan menunggu apa yang akan dikatakan Jesika kepadanya. Tapi Jesika duduk di jok belakang motor tanpa satu katapun, dia sibuk dengan ponselnya. Akhirnya Lingga menyerah dia juga diam dan mempercepat motornya.
“Oh ya ini rumah bekas yang aku beli, ayoh masuk” Lingga menunjukkan rumahnya
Jesika memandang rumah itu, rumah yang terbuat dari kayu dan sudah tua karena sudah mulai keropos. Didalam rumah itu hanya memiliki satu kamar saja.
“Apa kamu tidak keberatan dengan kondisi rumahku?” Lingga bertanya penasaran
“Apa kamu keberatan dengan kondisi rumahku?” Jesika balik bertanya
“Tidak”
“Kalau kamu saja tidak keberatan dengan rumahku berarti tidak ada alasan untukku keberatan dengan rumahmu kan?” (Lingga hanya mengangguk)
Lingga mengaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali, dia benar-benar bingung harus menghadapi Jesika dengan cara apa supaya bisa takluk padanya karena sikap Jesika benar-benar sangat dingin. “Kalau begini terus yang ada aku kalah taruhan” (Batin Lingga).
"Aku disini tinggal sendirian? Pekerjaanku hanyalah tukang bangunan dengan gaji awal Rp 50.000 tapi syukur sekarang aku sudah sedikit memahami pekerjaan jadi tukang bangunan makanya gaji aku dinaikkan menjadi Rp 80.000 setiap harinya. Apa kamu keberatan dengan gajiku?" Lingga bertanya sambil memandang Jesika.
"Tidak"
"Maaf waktu itu aku tidak betah bekerja di perusahaan karena menurutku menjadi ahli bangunan akan lebih berguna dari pada jadi supir"
Jesika tidak menjawab tapi hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Kalau bukan karena taruhan Lingga sama sekali tidak peduli dengan sikap dingin Jesika karena yang diincarnya hanyalah hati dari Jesika, dia ingin Jesika jatuh cinta padanya dengan begitu permainan akan segera usai dan dia akan segera meninggalkan Jesika seperti deretan mantannya.
Lingga sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui kehidupan jesika lebih jauh, dia tidak tertarik untuk tahu bagaimana keluarga Jesika pokoknya semua yang berhubungan dengan Jesika dia sama sekali tidak tertarik.
Mereka berdua dalam satu ruangan tapi keduanya justru sibuk dengan ponselnya masing-masing. Ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 17.30 wita Jesika meminta Lingga mengantarnya pulang.
Lingga bersyukur karena Jesika sendiri yang memintanya mengantar pulang. Karena malam ini Lingga ada taruhan untuk memutuskan Riana pacarnya yang lain dan membuatnya menangis.
*****
Jesika memandang jendela kamarnya yang sunyi mencekam, dia membenci yang namanya cinta.
Masa lalunya yang kelam membuatnya tidak pecaya adanya cinta sejati. Baginya saat cinta datang hanya untuk menyakiti. Kehidupan orangtuanya yang berakhir dengan perpisahan, ditambah lagi percintaaannya tidak ada yang berhasil dan selalu saja dia harus menahan rasa sakit dihatinya, tapi tidak ada setetes air mata pun yang keluar dari mata coklatnya.
Dia hanya memendam semua rasa itu sehingga membuatnya membenci yang namanya cinta bahkan terkesan tidak punya hati pada kekasihnya sendiri.
Dia pernah sekali jatuh cinta tapi lelaki yang dicintainya dengan tulus justru meninggalkannya disaat melihat penyakitnya kambuh tepat dihadapannya.
Bahkan untuk mendekat dia tidak mau tapi dia justru pergi meninggalkan Jesi dan keesokan harinya dia meminta putus padahal lelaki itu yang membela Jesi mati-matian dihadapan sahabat-sahabatnya dia juga yang berkata memangnya Jesi mau terlahir dengan penyakit itu? Tapi sepertinya itu hanyalah bersifat sementara karena buktinya ketika kenyataan datang dia tidak sanggup menghadapi penyakit Jesi.
Bukan hanya itu bahkan saudara sepupunya juga kena imbasnya pacarnya juga meninggalkan dia ketika sakit Jesi kambuh didepannya. Walaupun saudaranya mengatakan dia bersyukur kepada Jesi karena secara tidak langsung berkat Jesi dia jadi tahu bagaimana sifat asli pacarnya.
Sepupu-sepupu Jesilah yang selalu memberikan semangat katanya dengan penyakit Jesi walapun banyak beban yang harus Jesi pikul tapi mereka percaya suatu saat Jesi akan menemukan cinta sejati.
Jesi sempat mempercayainya tapi yang ada justru dia ditinggalkan, dihina dan dianggap tidak tahu malu, dianggap penyakit keturunan. Hal itulah yang membuat Jesika ingin membalas dendam dengan cara membuat seorang lelaki jatuh cinta padanya dengan tulus dan disaat dia tahu lelaki itu sudah mulai serius dia akan langsung memutuskan hubungan, sebelum dia menerima penghinaan lagi.
manda masuk kamar tanpa mengetuk “Kak Jesika tolongin manda?”
manda adalah sahabat Sepupunya yang bernama Zizi yang selalu berada dirumah, mau siang ataupun malam.
“Kamu membuat masalah apa lagi”
“Aku pacaran sama cowok namanya Vino umurnya 18 tahun dan sekarang dia memaksa bertemu”
“Terus apa hubungannya denganku?”
“Aku mengaku namaku Amel dan umurku 21 tahun, kalau dia ketemu aku yang pasti ketahuan kalau aku masih anak SMA”
“Kamu mau Kak Jesi menyamar lagi jadi Amel? Harus berapa korban lagi yang kamu sakitin Manda? Kalau tidak melibatkan aku ya tidak apa-apa tapi ini selalu saja melibatkan aku” Jesi protes.
“Sama kak Jesi juga gitu kan? Hanya nyakitin cowok. Sekarang korbannya Kak Lingga kan?”
“Ok… ok…. Besok aku mau ke kota B katakan ketemu disana dan pilihan ada ditangan kamu, kalau mau diputusin aku bakalan ketemu dia tapi kalau pingin jalan terus aku tidak akan bertemu dia”
Sesuai pilihan Manda maka Jesika bertemu dengan Vino, awalnya berjalan baik tapi kemudian Jesi memilih memutuskan hubungan yang tentunya membuat Vino tersinggung dan marah. Jesika yang mendengar hanya diam kemudian pergi meninggalkan Vino seorang diri.
Jesika menelfon Manda dan mengatakan semuanya sudah beres. Jesika membantu Manda bukan gratis karena disaat pacar Jesika datang tanpa pemberitahuan maka dengan cekatan manda dan Zizi akan langsung mengambil ponsel pada Jesika dan menghapus seluruh sms dan panggilan dari pacar-pacar Jesika yang lainnya.
