Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10. Memeriksa Rahim Jesika

Mendengar cerita suaminya, Emeral bahagia yang artinya dia bisa melihat putranya setiap hari walaupun tidak akan tinggal dirumahnya.

Bagi Emeral melihatnya sudah cukup, dia tidak mau lagi memaksakan kehendaknya ataupun menjodohkannya dengan wanita manapun karena dia tidak mau kejadian lalu terulang kembali.

Emeral dan Herlan sepakat memberikan kebebasan kepada anaknya untuk menentukan sendiri pilihannya yang penting bisa memberi mereka cucu.

“Ayah kalau benar anak kita menyukai Jesika aku setuju”

“Ayah juga setuju”

“Kalau soal penyakitnya tidak menjadi masalah karena walaupun dia sakit tetap saja mendapatkan keturunan”

“Iya bu, tapi tetap saja sebelum menikah kita harus diam-diam memeriksa kondisi rahimnya ayah tidak mau nantinya tidak punya keturunan dari Lingga”

“Iya ibu tahu kalau urusan seperti itu gampang kan ibu seorang dokter”

Emeral memakai cara curang agar supaya bisa mengetahui apakah Jesika bisa hamil atau tidak karena bagi kelarga mereka penerus keturunan adalah yang utama mau perempuan atau laki-laki mereka tidak peduli yang penting anak itu darah daging Lingga sendiri.

Tanpa curiga Jesika mengantar Emeral ke rumah sakit saat tiba dirumah sakit kepala Jesika tiba-tiba terasa sakit dan samar-samar dia hanya mendengar Emeral memanggil-manggil namanya.

Ketika sadar Jesika berada dalam ruang IGD rumah sakit. Jesika mengira penyakitnya kambuh lagi jadi dia meminta maaf kepada Emeral yang justru malah berada disampingnya dan menjaganya.

“Kamu jangan khawatir dan merasa bersalah kamu hanya kelelahan saja”

“Aku pusing lagi ya nyonya? Maaf…”

“Kamu hanya pusing kata dokter kamu kelelahan, aku sudah menelfon suamiku dan akan langsung mengantarmu pulang untuk istirahat kalau besok sudah baikan kamu bisa masuk kerja tapi kalau masih belum kamu istirahat saja dulu”

Jesika memandang Emeral dengan perasaan bersalah karena bukan dia yang menjaga Emeral selaku bosnya tapi justru kebalikannya. Jesika hanya mengikuti saja perintah istri bosnya dan beristirahat dirumah.

Jesika merasa heran kenapa dia tiba-tiba pingsan tanpa ada gejala lainnya tapi Jesika mengikuti saran Emeral yang seorang dokter begitu tiba dirumah Jesika langsung beristirahat supaya bisa masuk kerja keesokan harinya.

Ketika melihat Emeral masuk langsung saja Herlan berlari mendekatinya. Akhirnya wanita yang ditunggu-tunggunya datang juga, dia penasaran dengan hasil pemeriksaan Jesika. Melihat wajah istrinya yang kelihatan sendu membuat Herlan ragu untuk berharap lebih.

“Sudahlah bu mungkin Jesika memang bukan untuk menjadi menantu kita”

“Kata siapa?”

“Wajah ibu kan kelihatan sedih”

Melihat Emeral diam saja Herlan semakin yakin kalau hasilnya tidak bagus dan tidak sesuai harapan istrinya. Herlan segera mendekati Emeral membelai rambut istrinya dan mulai menghiburnya. Herlan mencium berlahan bibir istrinya dan tangannya mulai nakal merayap didalam pakaian istrinya, Emeral memejamkan matanya menikmati permainan suaminya tapi kegiatan keduanya langsung dihentikan ketika seseorang mengetuk pintunya.

“Masuk”

“Maaf pak ini ada yang perlu bapak tandatangani”

Tidak menunggu lama Herlan langsung saja menandatangani berkas itu.

“Kalau ada yang mau bertemu denganku katakan aku lagi sibuk dalam waktu satu jam karena aku harus membahas hal penting dengan istri saya”

“Baik pak”

Sekretaris Herlan segera keluar meninggalkan Herlan dan Emeral dalam ruangan. Begitu pintu dikunci Herlan yang sudah tergoda dengan wajah istrinya membuat hasratnya tidak bisa dibendung lagi tanpa bertanya dan menunggu persetujuan dari Emeral segera saja Herlan mencium istrinya semakin dalam dan tangannya menyusup masuk menjelajahi setiap senti tubuh istrinya langsung saja herlan membaringkan Emeral dikursi dan membungkus tubuh istrinya dengan tubuhnya dan mereka terbang ke awan-awan bersama tanpa mereka sadari sekretarisnya yang tidak sengaja melihat pemandangan itu cemburu karena dia sangat kagum dengan Herlan bahkan dia menyimpan perasaan suka pada suami Emeral.

Herlan dan Emeral merapikan pakaian mereka yang berantakan dan menyisir rambut bagi keduanya ada rasa perbedaan ketika melakukannya diluar seperti itu apalagi saat mencuri-curi waktu.

“Jesika bisa menjadi menantu kita yah?”

“Benarkah?”

“Iya rahimnya tidak bermasalah hanya saja disaat kehamilan dia butuh istirahat artinya dia tidak boleh bekerja, tidak boleh berhubungan intim dan juga tidak boleh stress”

Keduanya berpelukan karena menantu seperti Jesika adalah impian mereka. Jesika yang cuek, tegas dan selalu bertindak dengan mempertimbangkan segala kemungkinan sangat cocok dengan Lingga yang sama sekali tidak memperdulikan kehidupannya sendiri. Mereka yakin Jesika merupakan orang yang tepat untuk membuat Lingga berubah.

Herlan kesal dengan adik kecilnya yang selalu saja tidak mau kompromi saat berada disisi istrinya. Tanpa menunggu persetujuan Emeral lagi-lagi Herlan membungkus tubuh istrinya dengan hati-hati dan terjadilah penyatuan yang kedua kalinya.

Sekretaris Herlan yang berada diluar kesal dengan pasangan suami istri itu dia berharap Emeral segera meninggalkan ruangan itu dan pergi dari kantor, dia merasa cemburu membayangkan tubuh Emeral yang dibungkus Herlan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel