Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Episode 3

Ayla berdiri di tengah reruntuhan yang tersisa setelah pertempuran yang baru saja berlangsung. Udara masih tebal dengan sisa-sisa energi yang mengalir, membuatnya merasa kelelahan, meskipun hatinya terasa lebih tenang setelah mampu mengendalikan kekuatan Aetheria untuk pertama kalinya. Namun, rasa lega itu tidak berlangsung lama. Ada sesuatu yang masih mengganggu pikirannya—sesuatu yang lebih besar sedang mengintai mereka.

Kieran, yang sebelumnya berdiri di samping Ayla, kini berjalan mendekat, wajahnya serius. "Kita harus pergi dari sini. Mereka pasti sudah tahu bahwa kita ada di sini. Ini hanya permulaan, Ayla."

Ayla menatapnya, tubuhnya masih sedikit gemetar karena sisa-sisa energi yang baru saja dilepaskan. "Mereka? Siapa mereka, Kieran?"

Kieran menatap ke kejauhan, matanya menyapu horizon yang gelap. "Mereka yang mengincar kekuatan Aetheria. Mereka bukan sekadar kelompok biasa. Mereka adalah Bayangan Aether, sebuah organisasi rahasia yang beroperasi di balik gerbang dunia ini. Mereka tahu tentang kekuatan itu lebih lama dari yang kita kira."

Ayla menggigit bibirnya, mencoba memahami situasi yang sedang berkembang. "Jadi, mereka mengincar Aetheria karena kekuatannya?"

"Benar," jawab Kieran, dengan suara yang semakin serius. "Dan mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya."

Tiba-tiba, sebuah suara menggelegar terdengar dari arah belakang mereka. Ayla dan Kieran berbalik dengan sigap, hanya untuk melihat bayangan hitam bergerak cepat melalui hutan yang lebat. Bayangan itu semakin mendekat, lalu berhenti beberapa meter di depan mereka. Dari dalam kegelapan itu, muncul seorang pria tinggi dengan mata berkilau merah darah, mengenakan pakaian hitam yang tampak seperti jubah mistis.

"Ah, akhirnya. Kalian datang juga." Suara pria itu dalam dan bergema, penuh ancaman.

Ayla merasakan getaran di tubuhnya, sebuah perasaan yang menandakan ancaman besar. Dia bisa merasakan kekuatan yang luar biasa dalam sosok pria ini, jauh lebih besar dari yang mereka hadapi sebelumnya.

"Siapa kamu?" tanya Ayla dengan suara tegas, meskipun ada sedikit kegugupan di dalamnya.

Pria itu tersenyum sinis, langkahnya mantap dan penuh keyakinan. "Nama saya Zalen. Saya adalah pemimpin Bayangan Aether. Kami sudah lama menunggu saat seperti ini, Ayla. Kekuatanmu adalah bagian dari takdir yang sudah ditentukan."

Kieran berdiri di samping Ayla, matanya penuh kewaspadaan. "Kami tidak akan membiarkanmu menguasai Aetheria, Zalen."

Zalen tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya. "Oh, Kieran... Kamu bahkan tidak tahu betapa dalam permainan ini. Aetheria bukan hanya kekuatan yang dapat kamu kendalikan begitu saja. Itu adalah jembatan menuju dunia yang lebih luas, dunia yang penuh dengan kekuatan yang lebih besar. Dan Ayla, sayang, adalah kunci untuk membuka gerbang itu."

Ayla merasakan ketegangan meningkat. "Aku tidak akan membiarkan kalian menggunakannya untuk tujuan jahat," kata Ayla, suaranya penuh tekad.

Zalen menatapnya dengan tatapan kosong, tidak terpengaruh oleh kata-kata Ayla. "Kamu tidak memiliki pilihan, Ayla. Takdir sudah menunggumu. Aetheria akan menjadi milik kami."

Tanpa peringatan, Zalen melangkah maju, dan dengan gerakan cepat, dia melepaskan gelombang energi hitam yang memancar ke arah mereka. Kieran bergerak lebih cepat, melindungi Ayla dengan perisai energi yang melindungi mereka dari serangan itu.

Ayla, yang masih merasa lelah dari pertempuran sebelumnya, berusaha untuk mengumpulkan kekuatan Aetheria di dalam dirinya. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Kekuatan itu tidak merespon dengan mudah seperti sebelumnya. Ayla merasa ada hambatan—sebuah kekuatan misterius yang berusaha mencegahnya mengakses kekuatan penuh Aetheria.

"Kenapa ini tidak bekerja?" Ayla bergumam, frustrasi. "Apa yang terjadi dengan Aetheria?"

Kieran melihat ke arah Ayla dengan cemas, lalu berlari ke depan, menghadang serangan Zalen dengan kekuatan yang dia miliki. "Ayla, percayalah padaku. Aetheria bukan hanya tentang kekuatan fisik. Kamu harus belajar untuk mengendalikannya dalam dirimu, bukan hanya mengandalkan serangan langsung."

Ayla mengangguk, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu bahwa Kieran benar. Aetheria adalah bagian dari dirinya, dan jika dia terus-menerus melawan kekuatannya, dia tidak akan pernah bisa menguasainya.

Dengan fokus penuh, Ayla menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, dan membiarkan energi Aetheria mengalir melalui dirinya, menembus setiap pori tubuhnya. Kali ini, dia tidak mencoba mengendalikannya dengan kekuatan. Sebaliknya, dia menyerahkan dirinya pada aliran energi itu, membiarkan dirinya menjadi satu dengan kekuatan tersebut.

Secara perlahan, butiran cahaya biru mulai muncul di sekitar tubuhnya, mengalir seperti air yang tenang. Kekuatan itu tidak datang dengan paksa, melainkan dengan kedamaian. Ayla merasakan dirinya lebih kuat dari sebelumnya. Dia membuka matanya dan mengarahkan tangannya ke arah Zalen.

Zalen, yang terkejut dengan perubahan itu, mencoba melancarkan serangan lainnya, namun kali ini, Ayla lebih siap. Sebuah ledakan energi biru melesat keluar dari tangannya, mengarah ke Zalen dengan kecepatan yang luar biasa. Gelombang energi itu memukul Zalen, tetapi pria itu berhasil menahannya dengan kekuatan hitam yang ia kendalikan.

"Tidak buruk, Ayla," kata Zalen, suara mengandung penghargaan. "Tapi ini baru permulaan. Jika kamu ingin bertahan, kamu harus lebih dari sekadar mengandalkan kekuatan itu. Kamu harus mengerti tujuannya."

Ayla merasakan tubuhnya semakin berat. Kekuatan Aetheria meluap-luap, tapi ada sesuatu yang menghalangi sepenuhnya. "Aku tidak akan mundur," katanya, suaranya penuh tekad. "Aku akan melindungi dunia ini dari kekuatan jahatmu."

Zalen tersenyum sinis. "Mari kita lihat seberapa lama kamu bisa bertahan, Ayla."

Ayla merasakan tubuhnya mulai lelah, energi Aetheria yang dia kendalikan terasa semakin berat. Meskipun dia berhasil mengatasi serangan pertama dari Zalen, ayunan energi yang dia lepaskan hanya membuat pria itu terhuyung sedikit. Zalen berdiri tegak, seolah tidak terpengaruh oleh kekuatan yang baru saja diterimanya.

"Ini masih jauh dari cukup, Ayla," katanya dengan suara yang tetap tenang namun penuh dengan ancaman. "Kamu hanya mengandalkan kekuatanmu yang belum kamu pahami sepenuhnya. Kamu bisa lebih dari ini, dan aku akan membimbingmu untuk melihat sejauh mana kekuatan Aetheria bisa membawamu."

Ayla tidak menjawab. Dia menarik napas panjang, mencoba merasakan kembali aliran energi Aetheria di dalam dirinya. Setiap kali dia mencoba untuk mengarahkan kekuatan itu, rasanya ada sesuatu yang menghalangi, seperti tembok tak terlihat yang membatasi dirinya. Ayla tahu, dia harus menemukan cara untuk mengatasi hambatan itu, atau mereka akan kalah.

Sementara itu, Kieran berdiri di sampingnya, memberikan perlindungan dengan kekuatan energi yang memancar dari tubuhnya. "Ayla, jangan biarkan dia mengendalikan permainan ini. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira. Gunakan kekuatanmu dengan hati, bukan hanya dengan pikiran."

Ayla menoleh sekilas ke Kieran, matanya penuh dengan kebingungan dan rasa frustrasi. "Aku mencoba, Kieran. Tapi ada sesuatu yang menghalangiku… Sesuatu yang lebih besar dari yang aku bayangkan."

Kieran tidak menjawab, tapi ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia memahami. "Itulah alasan kenapa kamu harus belajar untuk bersatu dengan kekuatan itu, bukan mengendalikannya seperti alat. Aetheria bukan hanya milikmu, Ayla. Dia adalah bagian dari dunia ini, bagian dari takdirmu."

Dengan kata-kata itu, Ayla merasa ada sedikit pencerahan. Dia menutup matanya sejenak, merenung dalam-dalam. Untuk beberapa detik, dia melepaskan semua keraguannya dan membiarkan dirinya tenggelam dalam aliran energi yang ada di dalamnya. Kali ini, dia tidak berusaha mengekang atau mengendalikannya. Sebaliknya, dia mencoba menyatu, membiarkan kekuatan itu mengalir bebas di dalam dirinya.

Rasa tenang itu datang perlahan. Aetheria bukan sekadar kekuatan yang bisa dipaksa keluar, melainkan sebuah aliran yang harus dipahami, sebuah hubungan yang harus dijalin dengan hati yang tulus. Ayla merasakan energi itu menyatu dengan dirinya, memberi kekuatan baru yang lebih murni dan terarah.

Sementara itu, Zalen mengamati dengan penuh minat. "Hmm… Kamu mulai mengerti," katanya, suara penuh kepuasan. "Tapi apakah kamu siap untuk menghadapinya dalam bentuk yang lebih kuat?"

Tanpa memberi peringatan, Zalen mengangkat kedua tangannya, dan tiba-tiba udara di sekitar mereka mulai berubah. Aetheria yang seharusnya menjadi kekuatan pembebas, kini terasa tertahan, seperti ada penghalang besar yang menekan setiap inci udara. Seiring dengan itu, langit di atas mereka berubah menjadi gelap, diselimuti awan hitam yang menakutkan. Zalen memanggil kekuatan dunia lain, yang datang dari Bayangan Aether.

"Kekuatanmu masih terlalu lemah untuk menghadapi ini, Ayla," ujar Zalen dengan nada meremehkan. "Kami mengendalikan Bayangan Aether, dan dunia ini akan menjadi milik kami."

Namun, kali ini Ayla tidak gentar. Dalam diam, dia merasakan kekuatan Aetheria di dalam dirinya pulih dan menguat, seolah merespons setiap ancaman yang datang. Ada rasa percaya diri yang mulai tumbuh di dalam hatinya, meskipun dia tahu betul bahwa dia masih jauh dari siap untuk menghadapi Zalen sepenuhnya.

"Jangan mengira aku akan menyerah begitu saja," kata Ayla dengan suara yang lebih yakin. "Kekuatan ini bukan milikmu untuk dirampas."

Dengan gerakan cepat, Ayla mengangkat tangannya ke langit, memanggil kekuatan Aetheria dengan cara yang baru, lebih halus namun lebih kuat. Cahaya biru mulai memancar dari tubuhnya, membentuk gelombang energi yang meluas ke sekitar mereka. Zalen terkejut, mencoba melawan dengan kekuatan gelap yang dia kendalikan, tetapi gelombang energi Ayla kali ini begitu murni dan kuat sehingga mulai menembus pertahanan Bayangan Aether.

Kieran, yang berada di sisi Ayla, ikut mengarahkan energinya untuk memperkuat serangan tersebut. Gabungan kekuatan mereka menciptakan aura luar biasa yang menggetarkan tanah di bawah mereka. Zalen terhuyung sedikit, meskipun dia tetap mempertahankan kekuatannya.

"Begitu… Kalian berdua cukup kuat untuk menahan serangan ini," Zalen mengakui, namun senyumnya masih penuh kebencian. "Namun, ini belum berakhir. Apa yang kamu pegang, Ayla, adalah sebuah kekuatan yang akan membuatmu terjebak dalam takdir yang lebih gelap."

Ayla hanya menatap Zalen dengan tekad yang lebih kuat. "Aku memilih takdirku sendiri. Kekuatan ini bukan untuk dihancurkan, tapi untuk dipelihara dan dilindungi."

Dengan satu gerakan besar, Ayla melepaskan seluruh kekuatan Aetheria yang ada di dalamnya. Energi itu melesat seperti petir yang menerjang Zalen, membekukan udara sekitar mereka dan menciptakan pusaran cahaya yang membelah kegelapan. Zalen, meskipun melawan dengan kekuatannya, mulai terhuyung mundur, tidak mampu menahan kekuatan Aetheria yang murni.

Zalen berhenti bergerak, tampak seolah dia sedang menilai hasil dari pertarungan ini. Wajahnya yang biasanya penuh kekuatan kini menunjukkan sedikit keraguan. "Menarik," kata Zalen perlahan. "Kalian belum selesai, tapi aku akan memberi kalian kesempatan. Jaga kekuatan itu, Ayla, karena suatu saat, kamu akan membutuhkan lebih dari ini untuk menghadapi yang lebih besar."

Tanpa menunggu lagi, Zalen berbalik dan mulai melangkah menjauh. Kecepatannya sangat tinggi, dan dalam sekejap, dia menghilang dalam kegelapan yang lebih dalam.

Ayla dan Kieran saling bertukar pandang, keduanya kelelahan namun merasa bahwa pertarungan ini baru saja dimulai. "Kita harus lebih kuat," kata Kieran dengan suara rendah.

Ayla mengangguk, matanya penuh tekad. "Aku tahu. Ini baru permulaan."

Ayla berdiri terengah-engah, tubuhnya sedikit gemetar akibat energi besar yang baru saja dia lepaskan. Cahaya biru dari Aetheria yang masih memancar di sekelilingnya terasa seperti gelombang yang mengalir tanpa henti. Meskipun kekuatan itu datang dengan kemurnian yang luar biasa, Ayla tahu dia masih belum menguasainya sepenuhnya.

Kieran berjalan mendekat, matanya penuh perhatian. "Ayla, kamu berhasil mengalahkan serangan itu. Tapi jangan terlena. Zalen bukanlah musuh biasa."

Ayla mengangguk, merasa ketegangan dalam dadanya masih belum hilang. "Aku tahu. Aku hanya… aku hanya ingin tahu siapa sebenarnya dia, dan mengapa dia begitu ingin menguasai Aetheria."

Kieran menatapnya dengan penuh perhatian. "Zalen memiliki ambisi yang jauh lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan. Aetheria, baginya, adalah kunci untuk membuka kekuatan yang lebih gelap—sesuatu yang bisa menghancurkan dunia ini."

"Jadi, kita harus menghentikannya, bukan?" Ayla bertanya, suaranya tegas meskipun masih ada sedikit kebingungan dalam dirinya.

"Betul. Tapi kita tidak bisa melakukannya sendirian," jawab Kieran. "Kekuatan kita harus bersatu. Kita perlu memahami Aetheria lebih dalam, lebih dari sekadar mengendalikannya."

Saat Ayla dan Kieran berbicara, sebuah suara lembut tiba-tiba menginterupsi mereka. "Apa yang terjadi di sini? Apa yang kalian berdua lakukan?"

Ayla dan Kieran menoleh, menemukan seorang wanita muda yang berdiri di balik mereka. Rambut hitam panjangnya tergerai indah, dan matanya yang cemerlang memancarkan kekhawatiran. Ini adalah Elyse, seorang penyihir yang pernah bertemu dengan Ayla dalam perjalanan mereka ke desa Eldoria. Elyse adalah salah satu dari sedikit orang yang juga tahu tentang Aetheria, dan dia telah berjanji untuk membantu Ayla memahami kekuatan tersebut.

"Elyse!" Ayla menyambutnya dengan senyum lelah. "Kami baru saja berhadapan dengan Zalen."

Elyse mendekat, tatapannya cepat beralih ke Kieran, yang hanya memberi anggukan singkat. "Zalen… Itu tidak baik. Dia semakin dekat dengan tujuannya. Apa yang kamu rasakan, Ayla? Sudahkah kamu merasakan ancaman yang lebih besar dari yang pernah kita bayangkan?"

Ayla menghela napas, mencoba menggambarkan perasaannya. "Ada sesuatu yang terasa… menyesakkan. Seperti Aetheria ini bukan hanya kekuatan biasa. Semakin aku memahaminya, semakin aku merasa seolah dunia ini dipenuhi dengan sesuatu yang jauh lebih gelap."

Elyse mengangguk pelan. "Itulah salah satu alasan Zalen sangat menginginkannya. Aetheria adalah kunci bagi dunia yang lebih luas, dan untuk membuka gerbang itu, dia membutuhkan kekuatan sejati dari pemilik kekuatan Aetheria yang sesungguhnya."

Ayla merasa sedikit bingung. "Apa maksudmu? Gerbang apa?"

Elyse menatap langit yang mulai gelap, seolah merenung. "Gerbang Aetheria, atau lebih tepatnya, gerbang ke dunia lain. Aetheria bukan sekadar kekuatan yang ada di dunia ini. Ada dimensi lain, tempat yang lebih gelap dan lebih kuat. Dan Zalen ingin membukanya."

"Apa yang ada di balik gerbang itu?" tanya Kieran, suaranya serius.

Elyse menghela napas. "Yang ada di baliknya adalah kegelapan yang lebih tua dari Aetheria itu sendiri. Entitas yang hanya dapat dikendalikan oleh mereka yang cukup kuat atau cukup terperosok untuk memanfaatkan kekuatan tersebut. Zalen ingin memanfaatkan kekuatan itu untuk menguasai segalanya—baik dunia ini maupun dunia lain."

Ayla merasa kedinginan mendengar penjelasan Elyse. Semua yang dia ketahui tentang Aetheria terasa lebih mengerikan daripada yang dia bayangkan. "Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kita bisa menghentikannya?"

Elyse mengerutkan kening, matanya bersinar penuh tekad. "Kita perlu menemukan cara untuk menutup gerbang itu sebelum Zalen berhasil membukanya. Tapi untuk itu, kamu harus sepenuhnya menguasai kekuatan Aetheria yang ada di dalam dirimu."

Ayla merasa cemas. "Tapi bagaimana caranya? Aku… aku masih merasa seperti ada sesuatu yang menghalangi diriku untuk mengendalikannya sepenuhnya."

Elyse mengangguk. "Itu wajar. Kekuatan Aetheria memang tidak bisa dikendalikan dengan mudah. Dia memilih pemiliknya, Ayla, bukan sebaliknya. Dan hanya dengan memahami dirimu sendiri, kamu bisa sepenuhnya menyatu dengannya."

"Aku harus melakukannya secepat mungkin," kata Ayla dengan tegas. "Zalen tidak akan berhenti sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan."

Kieran menatap Ayla dengan penuh keyakinan. "Kita akan membantumu. Bersama, kita akan menghadapinya."

Malam itu, mereka bertiga duduk bersama di sekitar api unggun, merencanakan langkah selanjutnya. Ayla merasa lebih kuat, namun tantangan yang ada di depan terasa semakin berat. Namun, satu hal yang dia tahu pasti—dia tidak akan membiarkan dunia ini jatuh ke tangan Zalen.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel