Bab 8 Aku Yang Akan Menyelesaikannya
"Bajingan!"
Anggun berkata dengan dingin, "Jika tidak ada yang penting, aku akan menutup telepon."
"Jangan."
Darwin berkata penuh kemenangan, "Anggun. Tebaklah! Di mana aku dan apa yang sedang aku lakukan saat ini?"
"Aku tidak tertarik untuk mengetahuinya!"
Anggun sudah akan menutup telepon ketika suara Darwin terdengar lagi, "Mengecewakan sekali. Baiklah, aku akan memberitahumu. Aku baru saja menghubungi Budi Haryo, Jaka Liman dan Verdy Halim. Mereka sudah setuju jika aku yang akan mengambil alih proyek yang ada di tanganmu. Mereka akan melanjutkan kerja sama ini denganku."
"Aku sedang dalam perjalanan menuju ke Halim Grup. Sepuluh menit kemudian aku akan menandatangani kerja sama dengan mereka bertiga. Oh iya, aku juga ingin berterima kasih kepadamu karena sudah melakukan begitu banyak pekerjaan dan bekerja keras di permulaan kerjasama ini dibangun."
"Kamu yang bekerja keras, tapi aku yang menikmati semua kerja kerasmu itu. bukankah ini adalah sesuatu yang menyenangkan di dunia bisnis? Hahaha."
Wajah Anggun pucat pasi setelah mendengar itu.
Tangannya bergetar, bahkan ponselnya hampir jatuh ke lantai.
Terpuruk!
Devan membuat keributan tentang upacara pertunangan, Anggun menebak jika Darwin tidak akan pernah melepaskannya begitu saja. Dia sudah siap secara mental, tetapi dia tidak pernah menyangka jika tindakan Darwin akan dimulai secepat ini.
"Ini yang diinginkan oleh kakek. Kamu tidak bisa mengalahkanku. Jika kamu ingin menyalahkanku, kamu hanya bisa menyalahkan suamimu itu karena bertindak terlalu impulsif. Dia berani melakukan sesuatu di depan kakek, maka sama saja dengan melukai harga diri kakek."
Darwin tersenyum dan berkata, "Tanpa pelanggan, kamu akan ditendang keluar dari perusahaan. Keluarga kalian... mungkin akan benar-benar terpuruk setelah ini."
Setelah selesai berbicara, dia menutup telepon tanpa aba-aba.
Anggun berdiri kaku di sana, air mata yang berhasil dia hentikan sudah akan membeludak keluar lagi.
Kerja keras selama dua tahun sia-sia begitu saja.
Marsela dan Farhan saling berpandangan, masing-masing menunjukkan ekspresi tidak mengenakan di wajah mereka. Mereka hendak menghibur Anggun, tapi Devan tiba-tiba muncul di depan pintu kamar, berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku yang menghajarnya, maka aku juga yang akan menyelesaikan masalah ini. "
Semua orang tercengang ketika mendengar apa yang Devan katakan.
Menyelesaikan masalah ini?
Menyelesaikan apanya! Apa yang bisa dia lakukan selain berkelahi? Kamu menghajarnya memang akan membuatmu senang, tapi itu tentu akan membuat Yulius marah. Kamu tidak akan sanggup menerima amukannya!
Marsela memelototi Devan, marah, tetapi takut untuk berbicara.
"Tidak."
Anggun menggelengkan kepalanya dan berkata dengan mata merah, "Jika kamu melakukan sesuatu, maka itu hanya akan memperburuk keadaan. Bukankah itu hanyalah pekerjaan? Jika kehilangan, maka bisa mencarinya lagi. Aku tidak percaya jika aku tidak akan mendapat pijakan ketika meninggalkan Keluarga Priyatno."
Sebelum Devan sempat menjawab, Anggun berbalik dan pergi ke dapur.
Ketegarannya membuat Devan merasa tertekan.
Lima tahun lalu, dia yang tidak tahu menahu dibuat terlibat dalam konspirasi Keluarga Tjakra untuk melawan Devan hingga dia melahirkan putri Devan. Anggun sudah begitu menderita selama ini. Sekarang Devan telah kembali, bagaimana dia bisa membiarkan Anggun menderita lagi?
Sedikit penderitaan pun tidak boleh dia terima.
Jadi Devan mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan teks...
...
Di pintu masuk Halim Grup.
Sebuah BMW hitam perlahan berhenti, Darwin mendorong pintu dan keluar dari dalam mobil, sambil memegang kontrak yang telah disiapkan sebelumnya. Wajahnya penuh kegembiraan dan semangat yang tinggi. Kegembiraan yang dia rasakan saat ini bahkan tidak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.
Bahkan Darwin sendiri sedikit terkejut karena bisa memenangkan klien Anggun dengan begitu lancar.
"Rubah-rubah tua itu pasti sudah mendengar tentang pernikahan Anggun dengan seorang pemerkosa, tahu jika posisi Anggun di Priyanto Grup tidak kokoh, jadi mereka meninggalkan kegelapan dan beralih ke cahaya yang terlihat lebih cerah..."
Darwin diam-diam berkata dalam benaknya.
Industri perbelanjaan seperti medan perang. Menilai situasi, mencari keberuntungan dan menghindari bencana adalah cara untuk bertahan hidup.
"Aku mencari pimpinan kalian."
Darwin datang ke meja resepsionis, mengangkat dagunya, menunjukkan sikap arogan. Dia meletakkan kontrak di tangannya dengan cepat, "Pak Verdy memintaku datang untuk meminum teh di jam dua belas untuk menandatangani kontrak."
Wanita yang bekerja sebagai resepsionis tercengang, "Permisi... Tuan, siapa nama Tuan?"
"Darwin!"
Darwin tertawa, "Manajer umum Priyanto Grup, Darwin."
"Darwin?"
Ekspresi di wajah resepsionis itu terlihat sedikit aneh. Dia diam-diam memberi isyarat mata kepada penjaga keamanan di sisi yang berlawanan. Segera, empat penjaga keamanan mengelilinginya, dua di setiap sisi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meraih lengan Darwin dan menahannya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
Darwin terkejut, meronta dan berteriak, "Aku ulangi! Aku adalah manajer umum Priyanto Grup! Pak Verdy bahkan secara pribadi mengundangku kemari! Lepaskan aku, bajingan!"
Duaakk!
Begitu perkataannya berakhir, dia mendapatkan pukulan di pantatnya, membuat Darwin menyeringai kesakitan.
"Kamu sialan..."
Dalam sekejap, seluruh tubuh Darwin meledak dengan kemarahan. Dia menoleh dan melotot marah, tanpa sadar ingin kembali mengutarakan makiannya. Namun, ketika dia melihat sosok yang berdiri di belakangnya, ekspresi di wajahnya berubah drastis, dia tidak berani melakukan perlawanan lagi.
Dia berkata dengan nada tidak percaya, "Pak Verdy?"
Orang yang menendang pantat Darwin adalah pemilik Halim Grup, Verdy Halim.
Wajah Verdy terlihat sangat tidak mengenakan saat ini.
"Pak Verdy, apa yang kamu lakukan?"
Darwin terlihat terkejut dan tidak habis pikir dengan perlakukan yang dia terima saat ini. Dia tidak tahu bagian mana yang salah dan bagaimana dia bisa menyinggung Verdy. Itu sama sekali bukan hal yang dia perkirakan sebelumnya!
Ketika bertelepon sebelumnya, Verdy bersikap sopan. Mengapa dia mengubah sikapnya ini dalam sekejap!
"Kamu sampah!"
Verdy tidak menjelaskan, bergegas menghajarnya dengan tendangan lain, menendang Darwin layaknya menendang kotoran anjing, mengatakan, "Berani menjebakku, aku akan mengulitimu!"
"Pak Verdy, jangan, jangan memukulku."
Darwin hampir menangis karena amarah, berteriak karena menerima perlakuan yang tidak adil, "Apa ada kesalahpahaman di sini? Bahkan jika dipinjamkan keberanian, aku tidak akan berani menjebakmu. Aku datang untuk menandatangani kontrak denganmu, dengan seluruh ketulusanku."
"Tanda tangan omong kosong!"
Verdy menekan tubuh Darwin di lantai, meninju dan menendangnya lagi beberapa kali, lalu menyerah setelah setengah menit. Dia berkata dengan nada dingin, "Kontrak dengan Priyanto Grup hanya bisa ditandatangani dengan Anggun. Jika dia tidak datang, bahkan jika Yulius sendiri yang mendatangiku, itu tidak akan ada gunanya!"
"Anggun? Dia..."
Darwin benar-benar tercengang, "Kenapa bisa seperti ini?"
"Seret keluar!"
Verdy memberikan perintah dengan lambaian tangannya yang besar. Empat penjaga melangkah maju, menyeret Darwin ke pintu perusahaan, membuangnya seperti sampah.