Pustaka
Bahasa Indonesia

Dewa Perang Terhebat

1.0M · Tamat
Arditya Ivan
1482
Bab
759.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Lima tahun yang lalu difitinah dan dijebloskan ke penjara, justru menjadi menantu matrilokal, menjadi seorang ayah yang hebat! Apapun yang kamu inginkan, katakan saja! Istri dan putrinya saling memandang, "Suamiku, aku ingin seorang putra." "Ayah, aku ingin adik laki-laki" ... Devan, "Aku.... Berusaha sekuat tenaga!"

MetropolitanMenantuRevengeFantasikultivasi

Bab 1 Raja Serigala Dibebaskan Dari Penjara

Gerbang utama penjara Kota Q perlahan terbuka.

"Cepat!"

"Kepung!"

Terlihat puluhan pria kekar yang telah menunggu di halaman di luar pintu segera bergegas dan mengepung gerbang besi di depannya.

Hari ini, delapan narapidana telah dibebaskan dari penjara.

Tahanan yang berjalan di depan tercengang ketika melihat pemandangan ini.

Apa yang terjadi?

Belasan pria kekar mengenakan setelan jas hitam berseragam berdiri dengan tangan di belakang punggung. Tatapan mereka dingin. Keberadaan mereka pasti bukan mengisyaratkan sesuatu yang baik.

Pemimpinnya adalah seorang pria paruh baya.

Pria paruh baya itu memegang foto di tangannya dan membandingkannya dengan para tahanan yang keluar dari penjara satu per satu, seolah-olah sedang mencari seseorang. Sikapnya ini membuat para tahanan itu berkeringat dingin dan bertanya-tanya di dalam hati mereka, "Mungkinkah di antara orang-orang yang keluar dari penjara bersama dengan mereka adalah musuh dari orang-orang ini?"

Sial sekali! Begitu keluar dari penjara, malah ada orang yang ingin membalaskan dendam!

Jadi, satu per satu dari mereka berjalan lebih cepat dari yang lain.

Setelah dua menit berlalu.

Tujuh tahanan pertama pergi satu demi satu. Devan Tjakra adalah orang terakhir yang berjalan keluar dari penjara. Dia menutup pintu besi dan melirik pemandangan di luar pintu. Ekspresi wajahnya datar seperti air, dia bertanya, "Apa kalian sedang mencariku?"

"Tuan muda!"

Pupil pria paruh baya yang menjadi pemimpin mereka tiba-tiba menyusut.

Puluhan orang di sekitarnya pun langsung mengencangkan ototnya, seolah-olah sedang menghadapi musuh besar. Mereka menatap setiap gerak-gerik Devan, siap mengepung kapan saja.

Devan menutup mata untuk sikap mereka ini.

"Jangan panggil aku tuan muda."

Devan menggelengkan kepalanya dan melewati pria paruh baya itu, "Lima tahun yang lalu, sejak aku dijebak, dipenjara dan diusir dari Keluarga Tjakra, aku bukan lagi tuan muda Keluarga Tjakra."

Pria paruh baya itu meletakkan tangannya di dada Devan, menghalangi jalannya.

"Entah tuan muda mengakuinya atau tidak, darah Keluarga Tjakra mengalir di tubuh tuan muda. Nyonya besar memerintahkan untuk membawa kembali tuan muda ke ibukota untuk menemuinya..." katanya, kemudian mengedipkan mata pada pria kekar di sekelilingnya.

Setelah itu, belasan orang berkerumun, dengan cepat mempersempit ruang lingkup diantara mereka.

Mengepung hingga sangat padat.

Jangankan seseorang, lalat pun mungkin tidak akan bisa terbang keluar.

"Bagaimana jika aku menolak?"

Tidak terlihat kilatan ketakutan di wajah Devan, tetapi matanya tiba-tiba menjadi dingin. Dia kembali mengatakan, "Apa wanita tua juga memerintahkan kepada kalian, mengenai apa yang harus kalian lakukan jika aku tetap menolak?"

"Membawa tuan muda kembali, entah hidup atau mati."

Pria paruh baya itu berbalik dan menatap mata Devan, tanpa menyembunyikan aura membunuh yang kuat dari kilatan matanya.

Hidup atau mati? Mereka bahkan berani melakukan ini?

Lagipula, dengan kekuatan yang dimiliki Keluarga Tjakra di ibukota, bahkan jika mereka kembali dengan membawa mayat Devan, mereka tidak perlu menanggung konsekuensi apa pun.

"Benarkah?"

Devan membeku sesaat, lalu tersenyum.

Senyumnya entah kenapa terlihat sedikit sedih.

Lima tahun yang lalu, Devan masih menjadi tuan muda di ibukota dari Keluarga Tjakra, seorang putra dari keluarga kaya raya. Orang tuanya sangat mencintainya, membesarkannya sebagai pewaris Keluarga Tjakra di masa depan. Dia juga bertunangan dengan putri dari Sentosa Grup dan memiliki masa depan yang cerah.

Namun ada beberapa hal yang berubah.

Kakeknya meninggal, neneknya lah yang mengambil kekuasaan atas keluarga.

Berlawanan dengan kakeknya, neneknya itu sangat tidak menyukai Devan sejak dia masih kecil, karena ibu Devan hanya berasal dari keluarga kecil di Kota Q.

Status dan kedudukan tidak sederajat.

Di mata nyonya besar, ibu Devan hanyalah seorang wanita liar yang melekat dan menjadi parasit pada Keluarga Tjakra. Sedangkan Devan hanya seorang anak haram yang lahir dari rahim seorang wanita liar, tidak layak mewarisi harta kekayaan Keluarga Tjakra.

Bahkan tidak layak untuk menyandang nama keluarga Tjakra mereka.

Jadi ketika Devan kembali ke Kota Q bersama ibunya lima tahun yang lalu, seorang wanita dengan misterius muncul di tempat tidur Devan. Hal ini diketahui oleh Keluarga Tjakra dan langsung menjebloskannya ke penjara karena kasus pemerkosaan!

Ibu Devan putus asa. Dengan begitu tidak berdaya dia kembali ke ibukota, berlutut di depan gerbang kediaman Keluarga Tjakra selama tiga hari tiga malam, memohon agar nyonya besar bersedia untuk melepaskan Devan. Namun setelah tiga hari, ibu Devan jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit, sampai nyawanya tidak tertolong.

Lima tahun, lima tahun!

Kebencian di hati Devan belum hilang, tapi nyonya besar masih juga tidak bersedia untuk melepaskannya. Saat baru keluar dari penjara, nyonya besar bahkan menginginkan nyawanya!

"Tuan, silahkan ikut dengan kami!"

Dalam situasi saat ini, Devan tidak memiliki ruang atau kesempatan untuk memberikan perlawanan. Pria paruh baya itu memanggilnya tuan muda, tetapi nada suara dan ekspresi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan sikap hormat, "Setelah kembali ke ibukota, jika tuan muda berlutut seperti ibu tuan muda dulu di gerbang Keluarga Tjakra, mungkin nyonya besar akan membiarkan tuan muda tetap hidup!"

Sosok Devan saat ini di mata pria paruh baya itu sama saja seperti anjing. Tidak ada harganya.

"Membiarkanku tetap hidup?"

Mata Devan berkilat dingin, menatap langsung ke mata pria paruh baya itu, berkata dengan sungguh-sungguh, "Sayangnya, bahkan jika kamu berlutut di depanku dan memohon ampun sekarang, aku tidak akan membiarkanmu bertahan hidup!"

Braaakkk!

Saat suara itu terdengar, tubuh pria paruh baya itu tiba-tiba membungkuk hingga berbentuk seperti udang, seperti bola meriam yang ditembakkan, tubuhnya terlempar dan menghantam beberapa pria kekar di belakangnya.

Tiba-tiba, semua orang tercengang ketika melihat situasi ini.

Pergerakan Devan terlalu cepat.

Sangat cepat sampai tidak ada yang bisa melihat bagaimana dia melakukannya, tetapi mereka merasa pandangan mereka berubah hitam dan tubuh mereka jatuh begitu saja.

"Kamu tidak tahu diri!"

Pria paruh baya itu memuntahkan seteguk darah dari mulutnya, mencengkeram perutnya dan berjuang untuk beberapa saat, tetapi dia masih tidak bisa berdiri. Dia kembali berteriak, "Maju! Bunuh dia! Aku ingin dia mati! Jika terjadi sesuatu, aku yang akan bertanggung jawab!"

Puluhan orang di sekitar kembali tersadar setelah mendengar teriakan ini dan mengangkat tinju mereka untuk mengepung Devan.

Dor!

Namun pada saat ini, ada suara memekakkan telinga yang terdengar. Salah satu pria kekar mengangkat tinjunya di udara, tiba-tiba sebuah lubang yang berdarah-darah muncul di pergelangan tangannya.

Darah muncrat dan memercik ke wajah yang lainnya.

Semua orang kembali tercengang ketika melihat situasi ini.

Itu suara tembakan!

Benda yang langsung menembus pergelangan tangan pria kekar itu adalah peluru asli!

"Hentikan! Jika ada yang berani bergerak, maka aku akan menghabisi kalian!"

Suara teriakan datang dari kejauhan.

Pria-pria kekar itu tanpa sadar menoleh ke sumber suara, hanya terlihat seberang jalan yang kosong. Pada saat ini, lusinan jip militer berwarna hijau tua berbaris dalam barisan panjang dan mendesing keras.

Di setiap jip berdiri beberapa tentara dengan seragam, masing-masing dengan senapan submachine di tangan mereka.

Pemandangan itu sangat mengejutkan!

"Kepung mereka!"

Dalam sekejap mata, belasan jip diparkir di halaman di luar penjara. Semua tentara melompat keluar dari mobil dan membuat pertahanan tiga lapis barisan mengelilingi pria-pria kekar ini sambil memegang senjata submachine di tangan mereka dengan mulut senjata diarahkan ke kepala pria-pria kekar itu.

Brak! Brak! Brak!

Situasi seketika menjadi sunyi. Hanya terdengar derap langkah dan degup panik dari masing-masing pria kekar.

Pria-pria kekar itu adalah pengawal yang dilatih khusus oleh Keluarga Tjakra. Mereka memiliki keberanian besar dan telah melakukan banyak pembunuhan juga perampokan. Namun ketika mereka dihadapkan dengan tentara dengan senjata dan peluru tajam, kekuatan mereka masih belum cukup.

Jika itu orang biasa, mungkin mereka akan kencing di celana ketika melihat pemandangan ini.

"Ka... kalian..."

Pria paruh baya yang tergeletak di tanah terlihat pucat dan pakaiannya basah oleh keringat dingin. Dia berkata dengan nada tidak percaya, "Siapa kalian? Apa ada kesalahpahaman di sini? Kami adalah pengawal Keluarga Tjakra dari ibukota..."

Ibukota! Keluarga Tjakra!

Mata pria paruh baya itu terpaku pada sosok jenderal paruh baya yang baru saja memberi perintah, berharap gelar Keluarga Tjakra dari ibukota bisa membantunya di saat ini.

Lambang bintang yang ada di pundak jenderal paruh baya itu menunjukkan jika dia adalah seseorang yang memiliki pangkat mayor jenderal.

Namun, jenderal paruh baya itu bahkan tidak melihat pria paruh baya itu, dia menutup telinga terhadap kata-kata pria paruh baya itu dan langsung berjalan menuju arah Devan, memberi hormat militer kepadanya, kemudian berkata dengan rasa bersalah, "Raja Serigala, maaf karena datang terlambat."