Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5 || Kejadian Masa Silam Tidak Boleh Terulang.

Hao Yang dan Yu Li telah menghabiskan koin, sementara pemiliknya baru saja menemukan kantong koinnya di selokan pun atas bantuan bawahannya.

Pria itu memegang erat kantong koinnya dengan perasaan marah. Dia berjanji, jika bertemu wanita yang menabrak sebelumnya, dia akan mencabik-cabik pakaian wanita itu.

Sekarang Hao Yang sudah sampai perpustakaan. Satu-satunya lilin penerangan di ruangan itu hampir padam. Namun sepertinya, Hao Yang tidak merasa terganggu. Wanita itu justru kembali duduk dan menikmati manisan sambil lanjut menyalin kitab kebajikan. 

"Nyonya, boleh aku mengatakan sesuatu?" Izin Yu Li; bermulut penuh manisan.

Hao Yang mengangguk santai. "Tentu."

Yu Li mendekatkan wajah dengan gerak-gerik agak lain. Dia tampak ragu tapi rasa penasaran di hatinya harus dituntaskan.

Hao Yang melirik sepintas lalu bertanya tanpa menatap wajah gadis muda itu. "Ada apa?"

"Nyonya banyak berubah," kata Yu Li kemudian manggut-manggut tatkala Hao Yang menatapnya.

"Saat menyelesaikan hukuman ini, Nyonya biasanya sangat bersemangat. Nyonya ingin segera menyelesaikan, karena Nyonya ingin dinilai baik oleh Adipati Feng," imbuh Yu Li usai manisan di mulutnya tertelan habis.

Manisan di mulut Hao Yang juga ditelan habis lalu dia meletakkan kuasnya secara malas. "Bagaimana yah …"

Karena dulu cintanya pada Adipati Feng begitu besar, Hao Yang rela melakukan apapun asal dilihat pria itu, dinilai pria itu dan dia selalu berharap agar suatu hari dia bisa mengisi hatinya yang keras.

Tak disangka kebodohan perasaan itu justru menyeretnya dalam kematian secara tragis! 

Kalau saja Hao Yang tidak lahir kembali, mungkin jiwanya akan mengamuk di alam baka.

Beruntung Dewa memberi kesempatan. Dan pada kesempatan ini Hao Yang berjanji tidak akan sebodoh sebelumnya. 

"Tapi aku suka Nyonya yang seperti ini," lanjut Yu Li, "Nyonya tidak mudah ditindas seperti dulu, karena setiap kali Nyonya ditindas aku tidak bisa melakukan apapun, sungguh aku merasa sangat bersalah."

Momen Selir Mu Fei menindas Hao Yang di hadapan semua tamu perempuan keluarga kekaisaran melintas di depan mata.

Hao Yang yang pandai menari diminta bergabung dengan penari Barat Daya tapi tak disangka rombongan pria datang termasuk Adipati Feng

Harga diri pria itu bagai jatuh. Tanpa kompromi dia menghukum Hao Yang sepanjang satu bulan di gudang kayu.

Hao Yang dan Pelayan nya hanya diberi makanan sisa sekali sehari. Akibatnya, Pelayan pribadi Hao Yang jatuh sakit dan hampir mati.

Demi menolong Pelayan nya, Hao Yang bersujud di tengah hujan salju agar Adipati Feng mau memanggilkan Tabib. Sayang sekali keinginan Hao Yang bagai terkubur bersama serpihan salju tersebut.

"Kalau tidak salah, kejadian itu tahun depan," gumam Hao Yang. 

Yu Li menyahut, "Apanya yang tahun depan, Nyonya?"

Hao Yang menggeleng samar. "Ah, tidak."

"Aku mendapat kabar angin jika minggu depan Adipati Feng akan pergi menemani Kaisar ke Negara tetangga. Sekarang para Pelayan sedang membicarakan kira-kira Selir mana yang akan dibawa Adipati Feng," ungkap Yu Li mengalihkan pembicaraan.

Hao yang membatin, 'Hari itu pernah terjadi di masa lalu. Di mata Kaisar, Selir Mu Fei paling suci dan terhormat. Sudah pasti wanita setengah tuli itu yang akan dibawa.'

"Nyonya mustahil dibawa tapi para Pelayan masih saja memungkinkan Adipati Feng membawa Nyonya," tutur Yu Li.

"Kenapa begitu?"

"Mereka berkata, meski Nyonya tidak menonjol tapi wajah Nyonya sangat cantik. Penampilan Nyonya lebih anggun, juga lebih pantas bersanding dengan perempuan Barat Laut yang terkenal secantik Dewi."

"Konyol!" Hao yang tak mengindahkan. Justru karena dulu dia cantik dan dianggap memikat, kedua Selir suaminya bertindak kejam. 

Hao Yang tidak menyesali kecantikannya, tetapi menyesal meski cantik dia mau-maunya menjadi dungu.

Lalu, waktu demi waktu berlalu. Satu pekan hampir sampai tapi Hao Yang belum menyelesaikan hukumannya, melainkan sangat bersantai, terutama menikmati makanan yang dikirim Pelayan atas perintah Pengawal pribadi Adipati Feng.

"Saat Nyonya dihukum, Adipati Feng biasanya tidak memberi izin siapapun menemui Nyonya, termasuk mengirim makanan," gumam Pelayan pribadi Hao Yang.

Jarum medis yang tersimpan rapi di balik baju Hao Yang dikeluarkan. Menggunakan jarum itu, dia mengecek apakah makanan memiliki racun atau tidak.

"Nyonya sangat jeli." Kagum Yu Li.

Hao Yang menjawab asal. "Aku tidak ingin mati keracunan."

Yu Li mengerutkan kening kebingungan, tetapi dia bukan tipikal orang yang suka menggali informasi sampai ke dangkal-dangkal.

"Nyonya benar! Kita harus waspada. Jangan sampai kita diracuni."

Hao Yang bergumam sambil menerawang jauh.

Ya! Pada tahun berikutnya di musim gugur, Selir Mu Fei menaruh obat perangsang pada makanan Hao Yang saat berada di perpustakaan.

Setelah mengkonsumsi makanan itu, tubuh Hao Yang menjadi panas dan menginginkan sesuatu yang tidak mungkin dia dapat dari Pelayannya.

Anehnya lagi, Perpustakaan yang saat itu tidak boleh didatangi siapapun mendadak didatangi seorang pria muda berperawakan tinggi.

Hao Yang sadar Selir Mu Fei merencanakan sesuatu yang menjijikkan! 

Guna meredakan panas di tubuhnya, Hao Yang rela melompat ke pemandian di belakang kediaman padahal saat itu udara sedang sangat dingin.

Hao Yang berendam lebih dari dua jam. Setelah mereda dan membaik, dia keluar tapi setelahnya dia jatuh sakit lebih dari tiga hari.

Sekarang Hao Yang bertekad dalam hati. 'Aku akan menunggu kejadian itu lagi tapi keadaan akan berbalik kepadamu!'

Kriett!

Pintu perpustakaan mendadak berderit, ingatan Hao Yang seketika memudar.

Perhatian Yu Li teralihkan. Dia melihat ke sumber suara lalu segera beranjak dan membungkuk hormat sebelum keluar meninggalkan perpustakaan.

"Melihat hasilnya, sepertinya kamu tidak menjalani hukuman dengan patuh," celetuk Adipati Feng bersama helaan nafas.

Hanya embusan nafas dan tatapan malas yang Hao Yang perlihatkan.

Adipati Feng membatin, 'Semenjak jatuh sakit, dia tidak seperti biasanya.'

Tatapan Adipati Feng membuat Hao Yang tidak nyaman, jadi dia memalingkan wajah, sehingga Adipati Feng hanya melihat wajah bagian sampingnya saja.

'Meski kamu berubah tapi wajah itu masih sama. Di setiap kesempatan selalu pandai membuat jantungku berdebar,' batin Adipati Feng kembali.

Hao Yang mengambil kuas dan buku. Karena dia sudah hafal, dia melanjutkan hukuman tanpa melihat kitab aslinya.

"Yang Er," panggil Adipati Feng.

"Adipati tidak perlu khawatir." Dingin suara Hao Yang. "Aku tahu tugasku. Sedang ku kerjakan dan aku berjanji tidak akan keluar sebelum selesai."

Adipati Feng tanpa sadar mengepalkan tangan di tempat. Kemudian pria itu balik badan tapi sebelum pergi dia berkata, "Tidak perlu dilanjutkan. Besok kamu harus bersiap-siap. Kita akan melakukan perjalanan ke Barat Laut!"

Hao Yang terkejut. Wanita itu menoleh. Namun, Adipati Feng telah pergi jauh tanpa memberi kesempatan Hao Yang berbicara sepatah kata pun.

"Apa-apaan ini! Kenapa mendadak aku yang berangkat?"

Dulu Hao Yang selalu mengharapkan hal ini, tetapi sekarang sungguh tidak sedikit pun!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel