Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Berpura-pura

Bu Resti dendam pada Anton dan Amora. "Sebenarnya ibu juga sudah tidak sabar lagi ingin melihat Amora dan Mas Anton menderita, tanpa memiliki harta sepeserpun. Tapi memang semua ini butuh proses, Arin. Ibu sudah cukup senang karena perlahan tapi pasti usaha kita berhasil, bahkan kamu saat ini sudah berhasil mendapatkan hati Aries. Dan ibu tinggal beraksi untuk bisa mendapatkan harta ayah tirimu."

Dendam masa lalu Bu Resti telah membutakan rasa kemanusiaan. Bahkan ia rela memperalat Arin sebagai ajang balas dendam. Sejenak Bu Resti terdiam, ia pun teringat masa lalunya.

Dimana dulu Almarhumah ibu dari Amora, adalah sahabat baiknya dan juga dengan Anton. Mereka bertiga sahabat karib. Pada waktu itu Anton berpacaran dengan Resti. Tetapi entah bagaimana, saat menikah justru Anton tidak menikahi Resti tetapi menikahi Rina.

Hal ini yang membuat Resti sangat kecewa dan bahkan ia telah berjanji  dalam hati akan membalaskan sakit hati tersebut.

Dimana setelah itu, Resti juga menikah dengan pria lain. Dari pernikahannya, ia hamil besar.

Suatu musibah terjadi, yakni Rina meninggal dunia pada saat dirinya dalam perjalanan akan ke rumah Resti untuk menjenguk suami Resti yang sedang sakit parah. Mobil yang dikemudikan oleh Anton melaju dengan kencang dengan kondisi rem blong.

Sejak meninggalnya Almarhumah Rina, Anton sering menitipkan Amora di rumah Resti. Hingga kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Resti. Ia rela meninggalkan suaminya yang sedang sakit parah demi Anton.

Sejak itu Resti merawat Amora layaknya anak kandungnya sendiri. Hingga tidak ada jarak diantara Bu Resti dan Amora. Padahal Bu Resti melakukan semua itu dengan tujuan supaya lebih mudah mengelabui Anton dan Amora.

Bahkan sedari kecil tumbuh bersama, membuat hubungan antara Amora dan Arin sudah seperti saudara kandung.

Setelah lulus dari bangku kuliah, Amora bekerja di sebuah hotel dengan menjabat sebagai manager hotel. Karirnya meroket hingga ia bisa melanjutkan studinya di jenjang yang lebih tinggi yakni S2.

Semenjak bekerja, Amora menjadi tulang punggung keluarganya. Ayah dan ibunya tak lagi ia biarkan untuk bekerja. Ia ingin melihat orang tua yang dicintainya melewatkan masa tua dengan tidak dibebani lagi dengan pekerjaan.

Begitu juga dengan semua kebutuhan Arin, biaya sekolah hingga biaya apapun yang Arin butuhkan selalu Amora berikan. Sebagai wujud rasa sayang terhadap adik satu-satunya tersebut.

Hingga suatu hari, Amora lulus dari bangku SMA, ia lebih memilih untuk melanjutkan studinya di dunia model.

Arin mencoba menenangkan Resti. "Bu, aku harap ibu bersabar ya. Aku yakin  dendam ibu sebentar lagi akan terbalaskan."

Pandangan Bu Resti menerawang jauh. "Sebenarnya ibu sudah tidak sabar lagi karena sudah bertahun-tahun lamanya ibu menanggung rasa amarah ini. Ibu sudah ingin menikmati kebahagiaan bersamamu. Dan ibu juga sudah ingin melihat keterpurukan yang terjadi pada Amora dan juga pada Ayah Anton."

Tak berselang lama, datanglah Anton," kalian sedang membicarakan apa, kok sepertinya asyik sekali sih? kamu nggak kuliah Arin?" Anton duduk di samping Bu Resti.

Arin mengulas senyuman di wajahnya. "Nanti sore ayah, jadwal kuliahku. Nggak seperti kemarin, jadwal kuliah pagi hari."

Sejenak mereka bercengkrama panjang lebar. Dan tiba-tiba Bu Resti menanyakan tentang lahan tanah yang telah dibeli oleh Anton.

"Ayah, bagaimana urusannya apakah sudah selesai? lantas sudah dibalik nama belum?" tanya Bu Resti

Anton merasa heran,"sudah beres, tetapi belum dibalik nama. Memangnya kenapa Bu?"

"Bagaimana kalau di atas namakan ibu boleh nggak, ayah?" tanya Bu Resti sedikit ragu.

Anton terkekeh, "jelas boleh, memangnya kenapa kok nggak boleh? milik ayah juga milik ibu kok, sama saja. Apa lagi selama ini Ayah selalu menjaga ayah dan Amora dengan sangat baik."

Didalam hati, Resti sangat senang sekali pada saat mendengar perkataan dari Anton.

Sementara saat ini Amora tetap saja teringat dan teringat pemandangan yang sempat membuat dadanya terasa sangat sesak.

Adik yang ia sayangi ternyata tak lain adalah seseorang yang menjadi duri dalam rumah tangganya.

Amora ingat sekali dimana dirinya melihat Aries mengelus lembut pipi ranum Arin, lalu mengecup puncak rambut kepalanya, perlahan mulai turun ke bibir Arin.

"Mas Aries, aku pikir cuma aku wanita yang kamu perlakukan secara lembut. Ternyata selama ini ada wanita lain  yang diperlakukan secara istimewa. Caramu memperlakukannya seperti kamu memperlakukannya padaku," gumamnya  didalam hati.

******

Tepat pukul delapan malam, Amora tiba di rumah. Ia sudah menyusun rencana untuk membalas rasa sakit hatinya terhadap Aries dan juga Arin. Ia harus bermain cantik, ia ingin memberikan pelajaran untuk kedua manusia laknat yang tidak tahu diri itu.

Amora membuka pintu utama, dan langsung menuju ke ruang tengah dimana Aries seperti biasa sedang asik melihat acara sepak bola kesukaannya.

"Malam sayang."

Amora menyapa suaminya, walaupun sebenarnya ia sangat muak dan enggan. Tetapi ia tidak ingin rencananya untuk balas dendam pada suami dan adik tirinya gagal begitu saja.

Amora berpura-pura, ia bersikap wajar seolah tidak tahu sama sekali dengan segala perbuatan yang telah dilakukan oleh Aries.

Aries terus saja menatap ke layar televisi. "Istriku tersayang sudah pulang, pasti capek kan? mandi gih, bau asem."

Sejenak tak sengaja Amora melirik ke leher Aries, dimana ada sebuah tanda merah yakni tanda kepemilikan," hem dasar pria bermuka dua. Untung saja Allah membuka mata hati dan pikiranku hingga aku tahu siapa sebenarnya dirimu, dasar buaya!" batin Amora terus saja mengumpat kesal dan geram.

Aries merasa heran, karena istrinya belum juga melangkah ke kamar seperti biasa untuk membersihkan tubuhnya setelah seharian berkutat di kantor.

"Sayang, kenapa masih berdiri saja? mandilah, karena aku sudah menyiapkan air untukmu loh, nanti keburu dingin. Oh ya, aku juga sudah memesan makanan, nanti sebentar lagi datang," tegur Aries ia pun menghampiri Amora dan mengecup keningnya.

Amora mengelak pada saat  Aries akan mengecup bibir, hingga Aries memicingkan alisnya," loh, kenapa sayang? aku rindu loh, karena bibirmu itu sudah menjadi candu bagiku."

Amora pura-pura tersenyum," maaf sayang, aku kan belum mandi. Ya sudah aku mandi dulu ya."

Amora berlalu pergi begitu saja dengan sejuta umpatan didalam hati.

"Jijik aku di cium kamu, karena bibirmu itu sudah kamu gunakan untuk bermain dengan wanita lain. Dan wanita lain itu tak lain adalah adik tiriku sendiri," gumamnya dalam hati kesal.

Amora menghela napas panjang, pada saat ia membuka pintu kamarnya. Kembali lagi ia teringat di pelupuk matanya," ranjang itu sudah ternoda dengan permainan haram adik tiriku dan suamiku. Jijik rasanya jika aku tetap tidur di ranjang itu. Ya Allah, kuatkanlah diriku dan berikan aku kesabaran supaya ajang balas dendam ku berhasil. Aku tidak ingin semua usahaku ini sia-sia. Mereka berdua harus membayar mahal apa yang telah mereka perbuat padaku!"

Gumamnya dalam hati, dan perlahan Amora meneteskan air matanya. Tetapi saat itu juga ia menghapus air matanya. Karena ia tidak ingin Aries curiga padanya.

Pada saat Amora akan melangkahkan kaki menuju kamar mandi, mendadak langkahnya terhenti karena ponsel bergetar tanda ada satu notifikasi chat pesan masuk. Ia terperangah dan menutup mulutnya dengan salah satu tangannya. Ia tidak percaya dengan pesan singkat yang dikirim oleh Anton.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel