Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Titik Balik yang Tak Terduga

Cahaya yang menyilaukan itu perlahan meredup, meninggalkan keheningan yang berat di dalam ruangan. Aruna dan Adrian masih berdiri, terengah-engah, tubuh mereka gemetar karena energi yang baru saja melanda. Ruangan itu, yang semula penuh dengan kekuatan gelap, kini terasa kosong, seolah-olah segala yang ada telah disedot oleh kekuatan yang lebih besar.

Namun, di balik ketegangan itu, Aruna merasakan sesuatu yang baru. Ada perasaan berbeda, sesuatu yang memanggilnya, seolah dunia ini mengajaknya untuk menyingkap kebenaran yang lebih dalam. Ia menoleh ke Adrian, yang berdiri di sampingnya dengan napas terengah-engah, namun wajahnya penuh tekad.

"Kita berhasil," kata Adrian pelan, meskipun matanya masih dipenuhi keheranan. "Tapi ini belum berakhir. Kita masih belum tahu apa yang sebenarnya kita hadapi."

Aruna mengangguk. "Ya, tapi kita telah membuka pintu menuju sesuatu yang lebih besar. Takdir ini, Alisya… semuanya. Kita harus menemui titik terang dari kegelapan ini."

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di kejauhan, menggema di sepanjang lorong yang gelap. Mereka saling berpandangan, siap untuk menghadapi apapun yang datang. Namun, yang muncul bukanlah Alisya, melainkan seorang pria muda dengan wajah yang tampak sangat familiar bagi Aruna.

"Adrian, Aruna..." suara pria itu terdengar pelan, namun penuh dengan kebingungan. "Kalian... kenapa kalian di sini? Apa yang kalian lakukan?"

Pria itu melangkah maju, dan Aruna mengenalnya seketika. Ini adalah sosok yang ia lihat dalam mimpinya, seorang pria dengan mata yang sama penuh misteri seperti yang dilihatnya di dalam gambar bersama Alisya. Namun, lebih mengejutkan lagi, pria ini memanggilnya dengan nama yang sangat familiar.

"Darian," kata Aruna, hampir tak percaya. "Tapi... kamu... bukankah kamu sudah mati?"

Darian terdiam, wajahnya menunjukkan ekspresi yang penuh dengan keraguan. "Aku... aku juga tidak tahu. Aku merasa terperangkap dalam waktu yang terhenti. Tapi aku tahu, aku harus ada di sini, untuk sesuatu yang lebih besar. Kalian, kalian adalah bagian dari takdir ini."

Adrian yang sudah lebih dulu terkejut, kini melangkah lebih dekat. "Darian, kamu benar-benar hidup? Jika kamu memang terlahir kembali, mengapa kita belum tahu semua ini sebelumnya?"

Darian menatap mereka berdua dengan intens, seolah sedang mencari jawaban dalam diri mereka. "Aku tidak ingat banyak hal tentang kehidupan sebelumnya, hanya perasaan bahwa aku terjebak dalam sebuah siklus. Seperti kalian, aku merasakan kekuatan yang sama—kekuatan yang datang dari takdir yang ingin aku pahami."

Aruna menatapnya dengan hati yang bergejolak. "Kita terjebak dalam sesuatu yang lebih besar, kan? Dalam lingkaran yang tak pernah berakhir. Kekuatan yang lebih dari sekadar cinta dan kehilangan."

Darian mengangguk pelan, lalu berjalan lebih dekat. "Itulah yang aku rasakan. Cinta kita, cinta yang pernah aku miliki dengan Alisya, bukan hanya kisah biasa. Kita terikat oleh kekuatan yang lebih gelap, yang terus berulang. Bahkan sekarang, aku merasa seperti sebuah bayangan, terjebak antara dunia ini dan dunia yang lain."

Tiba-tiba, ruangan itu kembali bergemuruh, namun kali ini bukan karena kekuatan Alisya. Ruangan itu terasa seperti sedang menyatu dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang menuntut perhatian mereka. Di tengah kegelisahan itu, Aruna merasakan sesuatu yang lebih aneh. Gambar yang ia lihat sebelumnya, gambar dirinya bersama Alisya dan Darian, seolah kembali muncul di benaknya, namun kali ini, ada tambahan yang jelas—sebuah simbol yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Simbol itu seperti sebuah mata yang melingkar, dengan garis-garis yang membentuk pola yang rumit. "Apa ini?" tanya Aruna, menunjuk simbol itu. "Ini… bukan bagian dari kehidupan kita, kan?"

Darian menatap simbol itu dengan cemas. "Itu adalah simbol dari Kekuatan Matahari—sebuah entitas kuno yang mengendalikan takdir dunia ini. Kekuatan yang tidak bisa kita kontrol, tetapi selalu ada, mengikat kita. Kita semua, Alisya, Darian, dan sekarang kalian, adalah bagian dari takdir yang lebih besar. Kita adalah pion dalam permainan yang jauh lebih gelap."

Aruna merasa ada sesuatu yang mengerikan dalam kata-kata Darian. "Kekuatan Matahari? Apa itu?"

Darian menelan ludah, ekspresinya serius. "Itu adalah entitas yang mengatur kehidupan kita—takdir kita. Jika kita tidak memahaminya, maka kita akan tetap terperangkap dalam siklus yang sama. Kita harus menemukan cara untuk menghancurkan kekuatan itu, sebelum semuanya terlambat."

Adrian bergerak lebih dekat. "Tapi bagaimana kita bisa melawan sesuatu yang tidak kita mengerti? Apa yang harus kita lakukan?"

Darian mengangkat tangan, seolah memberikan penjelasan lebih lanjut. "Kita harus menemukan inti dari Kekuatan Matahari. Di dalamnya ada kunci untuk menghentikan siklus ini. Tapi untuk itu, kita harus menghadapi kegelapan yang lebih dalam, kekuatan yang telah menguasai dunia ini sejak zaman Alisya dan Darian pertama kali hidup. Kekuatan ini lebih dari sekadar cinta atau balas dendam. Ini adalah masalah yang melibatkan seluruh dunia, dan kita—kalian—adalah satu-satunya harapan."

Aruna merasa keringat dingin merembes di dahinya. "Kita... kita harus melawan sesuatu yang begitu besar dan tak terlihat?"

Darian mengangguk. "Tidak hanya melawan, kita harus memahami cara kerja kekuatan itu. Kita harus belajar mengenali simbol-simbol yang mengikat kita. Kita harus menemukan jawaban yang tersembunyi di antara reruntuhan ini, dan hanya dengan itu kita bisa menghancurkan Kekuatan Matahari. Jika tidak, dunia ini akan terperangkap dalam kegelapan abadi."

Pada saat itu, mereka mendengar suara berderak dari arah pintu, dan mereka semua berbalik. Pintu itu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok yang seharusnya tidak mereka temui. Alisya, dengan senyum tipis di wajahnya, muncul dari balik pintu.

"Kalian berpikir kalian bisa menghentikan semuanya?" suara Alisya bergema, penuh dengan kebencian yang terpendam. "Takdir ini lebih besar dari yang kalian pikirkan. Kalian tidak bisa menghentikannya. Tidak sekarang, tidak pernah."

Namun, saat Alisya melangkah maju, Darian berdiri tegak di hadapannya, matanya penuh dengan keyakinan yang baru. "Kami akan melawan, Alisya. Kami akan melawan takdir yang telah menahan kita selama ini."

Dan dengan itu, pertempuran yang lebih besar dari sekadar cinta dan balas dendam dimulai. Sebuah pertarungan melawan kekuatan yang tak terlihat, sebuah pertarungan untuk masa depan yang tak pasti, dimulai pada hari itu.

**

Ruangan itu kembali menjadi sunyi, namun ketegangan yang menyelimuti semakin mencekam. Aruna merasa udara di sekitarnya semakin berat, seolah setiap napas yang dihirupnya menjadi lebih sulit. Alisya berdiri di hadapan mereka, senyum tipis terukir di bibirnya, namun di balik ekspresi itu, Aruna bisa merasakan kegelisahan yang sama mendalamnya.

"Jadi, kalian benar-benar memilih untuk melawan?" Alisya bertanya, suara penuh dengan ironi. "Kalian pikir kalian bisa menghentikan takdir ini? Kalian hanya pion kecil dalam permainan yang jauh lebih besar."

Darian bergerak maju dengan penuh keyakinan, menatap Alisya dengan mata yang penuh tekad. "Kami tidak takut pada takdir, Alisya. Kami akan melawannya. Apa yang kamu lakukan selama ini hanya memperpanjang penderitaan. Tak ada yang bisa kita ubah jika kita terus terjebak dalam siklus ini."

Alisya menatap Darian, lalu pandangannya beralih ke Aruna dan Adrian, seolah mencoba membaca setiap pikiran mereka. "Kalian tidak tahu apa yang sedang kalian hadapi. Dunia ini lebih gelap dari yang kalian bayangkan. Kekuatan Matahari tidak hanya mengendalikan takdir, ia adalah sumber dari segala yang ada. Kalian... kalian tidak akan mampu memahaminya."

"Tapi kami harus mencoba," jawab Aruna, suaranya penuh keyakinan. "Kami tidak bisa terus berdiam diri, melihat dunia ini hancur tanpa melakukan apapun."

Ada keheningan yang panjang di antara mereka. Alisya tampak memikirkan kata-kata mereka, namun kemudian ia mengangkat tangannya, dan sekejap kemudian, bayangan gelap muncul di sekeliling mereka. Bayangan itu mulai membentuk sosok-sosok yang tampaknya merupakan gambaran dari masa lalu—tampilan wajah-wajah yang tampak familiar namun penuh dengan kebencian.

"Ini adalah kenangan dari masa lalu," kata Alisya dengan suara yang rendah, hampir seperti bisikan. "Kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Mereka adalah bagian dari takdir kita. Semua yang terjadi, semua yang kita hadapi, adalah akibat dari keputusan-keputusan yang kita buat. Bahkan kalian pun tidak terlepas dari itu."

Tiba-tiba, Aruna merasakan sebuah kekuatan yang sangat kuat memeluk tubuhnya, seolah mengikatnya dalam sebuah ikatan tak terlihat. Visinya kabur sejenak, dan sebuah gambaran muncul di benaknya. Itu adalah gambar dirinya, terjatuh di sebuah tempat yang sangat asing, dikelilingi oleh kekuatan gelap yang begitu mengerikan. Dalam bayangannya, ia melihat seorang pria dengan mata yang penuh dengan penderitaan. Sosok itu menyerangnya, tetapi saat Aruna berusaha menghindar, sosok tersebut berubah menjadi Darian, lalu kembali menjadi Alisya.

"Tak ada jalan keluar dari takdir ini," suara Alisya bergema di sekelilingnya, semakin menekan.

Namun, dalam kekelaman bayangan itu, Aruna merasakan sesuatu yang lain. Sebuah cahaya kecil mulai muncul di tengah kegelapan, memancar dari dalam dirinya. Cahaya itu bertumbuh semakin besar, mengusir bayangan dan kekuatan gelap yang mengikatnya. Aruna membuka matanya, dan tubuhnya terasa lebih ringan.

"Kami bukan hanya bagian dari takdir ini," kata Aruna dengan suara yang lebih tegas, penuh kekuatan. "Kami adalah pembawa perubahan."

Adrian berdiri di sampingnya, memberi dukungan tanpa kata-kata. Mereka berdua tahu, saat itu, bahwa takdir yang mereka hadapi adalah bagian dari rencana yang jauh lebih besar, dan mereka harus melawannya, meskipun dengan harga yang tinggi.

"Jangan kira kalian bisa melarikan diri," ujar Alisya, wajahnya berubah menjadi lebih serius. "Kekuatan ini akan selalu ada. Tak ada tempat untuk kalian."

Tiba-tiba, langit di atas mereka bergemuruh. Darian, yang sebelumnya diam, akhirnya mengangkat tangan dan menatap Alisya dengan penuh determinasi. "Kami tahu lebih banyak dari yang kamu kira, Alisya. Kamu mungkin terjebak dalam lingkaran ini selama berabad-abad, tapi kami—kami akan menghentikan siklus ini."

Keheningan kembali menguasai ruangan. Alisya tampaknya mempertimbangkan kata-kata Darian, namun ekspresinya semakin keras, seolah-olah ia sedang mempertahankan segalanya yang pernah dia percayai. "Kalian tidak mengerti apa yang kalian lawan. Takdir ini sudah ditulis."

"Tapi kita yang menulisnya sekarang," Aruna menjawab, tubuhnya memancarkan cahaya yang semakin terang. "Kami akan mengubahnya."

Alisya terdiam, tatapannya tajam dan penuh amarah. "Kalian ingin mengubah takdir? Kalau begitu, hadapilah kenyataan. Kalian akan membayar harga yang sangat mahal."

Namun, sebelum Alisya bisa melakukan sesuatu, Darian melangkah maju, mengangkat tangannya, dan sebuah cahaya yang lebih terang dari sebelumnya menyelimuti seluruh ruangan. Dalam cahaya itu, Aruna bisa merasakan sesuatu yang mengalir dalam dirinya—sebuah kekuatan yang lebih besar dari apapun yang ia bayangkan. Kekuatan itu seolah mengalir dari dalam dirinya, namun juga menghubungkannya dengan Darian dan Adrian. Mereka bertiga sekarang berdiri bersatu, tak terpisahkan.

"Ini saatnya," kata Darian, suaranya penuh dengan kekuatan yang luar biasa. "Ini saat kita menghentikan semuanya."

Cahaya itu semakin membesar, memancar ke seluruh penjuru ruangan. Kekuatan yang luar biasa memenuhi udara, dan Aruna merasakan energi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, menyatukan dirinya dengan Darian dan Adrian. Dalam detik-detik itu, Alisya menatap mereka dengan pandangan penuh kebencian, tetapi juga kebingungan yang mendalam. Dia merasa tak berdaya, meskipun kekuatan yang dia miliki jauh lebih besar.

"Tapi… kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan…" suara Alisya terhenti, hilang dalam gemuruh cahaya yang semakin kuat.

Pada saat itu, ruangan itu tiba-tiba terdiam. Cahaya yang memenuhi segala sesuatu itu berhenti, dan suasana kembali sunyi. Namun, sesuatu telah berubah. Takdir yang mereka lawan, yang telah mengikat mereka selama berabad-abad, kini terguncang. Dunia yang mereka kenal, yang penuh dengan ketidakpastian, mulai terungkap. Dan dengan itu, perjalanan mereka baru saja dimulai.

Namun, saat mereka menatap Alisya, mereka tahu—pertempuran ini jauh dari selesai.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel