Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5

"Ah kau masih hidup rupanya," Key masuk ke dalam kamar Kara. Nyatanya ia tidak bisa menyiksa Kara lebih dari 3 hari. "Turun, dan makan malam sekarang!" perintah Key.

 Kau tidak punya pilihan lain selain mempercayai ini. Jika kau tidak melakukannya maka kau akan terkurung disini selamanya. Dan jika kau melakukannya maka kau akan bebas untuk selama-lamanya. Kata-kata Kira kembali terngiang di telinga Kara. Tidak ada cara lain, ia harus mengikuti ucapan Kira. 

Kara menekan semua kebenciannya. Ia harus memainkan perannya dengan baik jika ia ingin pergi dari neraka ini. "Jangan membuatku mengulang kata-kataku Kara," Key bersuara pelan tapi mengancam. Kara beringsut dari tempat duduknya, ia mengikuti kemauan Key.

"Pintar," Key bergumam kecil.

Pelayan langsung menunduk saat Key turun bersama dengan Kara. Di tempat meja makan sudah ada Kira yang tersenyum tipis. Kara sudah masuk ke dalam jebakannya.

"Duduklah," Key meminta Kara duduk di tempat duduk yang sudah ia siapkan untuk Kara. "Apa yang kamu lihat, Kira. Makan makananmu!" Perintah Key pada Kira.

"Oh Kak, jangan terlalu galak." Kira mencibir Key.

Key mengambilkan makanan untuk Kira,"Kalau berat badanmu menyusut barang satu ons saja Daddy pasti akan memenggal kepala Kakak. Kakak tidak mau ambil resiko," 

Kira memajukan bibirnya. Key terlalu berlebihan. 

"Apa yang kau lihat! Habiskan makananmu!" Key beralih ke Kara. Kara hanya diam, sebenarnya ia tidak sudi makan bersama Key tapi ia harus makan, selain karena ia memang butuh makan ia juga harus membuat Key percaya pada sandiwaranya.

Tak ada perbincangan di meja makan, beginilah jika Key yang memimpin meja makan. Ia tidak akan mengizinkan siapapun untuk bicara berbeda dengan Reagan tak pernah mempermasalahkan hal itu.

"Kak, malam ini aku akan keluar." Kira berbicara setelah makan.

"Kemana?"

"Menyergap transaksi narkoba di perbatasan hutan pinggir kota, anggota teamku sudah ke lokasi," 

"Hah, menggelikan. Kakaknya mafia dan adiknya seorang pembasmi kejahatan," Kara mencibir.

Kira hanya tersenyum kecil sedang Key memasang wajah datarnya. "Kami adalah kombinasi keluarga yang pas. Aku sebagai kepala team CIA dan kakakku sebagai mafia terkuat di negara ini." Kira membalas santai.

Kara memasang wajah masamnya. 

"Abaikan saja dia, Kira. Pergilah, orang-orang Kakak akan ikut denganmu." seru Key.

"Tidak. Aku akan pergi sendirian." tolak Kira.

"Baiklah." Key mengalah. Kira tersenyum, ia bangkit dari tempat duduknya lalu mengecup pipi kiri dan kanan Key.

"Aku pergi," Kira lalu pergi meninggalkan Key dan Kara.

Kara hanya memandang Kira dan Key tanpa minat. Sikap manis Key pada Kira membuatnya mual, ia pikir seoarang Key yang ia kenal sebagai Reagan tak pantas bersikap seperti itu.

"Sudah selesai, naik ke kamarmu!" perintah Key. Key terlalu monoton, ia benar-benar kaku.

Kara tidak menunggu perintah lanjutan, ia segera naik ke kamarnya.

"Ikuti Kira! Jangan membantunya jika dia tidak perlu bantuan. Cukup pastikan dia baik-baik saja," Key tidak akan melewatkan hal tentang Kira. "Baik, Tuan," Lee segera menjalankan perintah Key.

Setelahnya Key segera melangkah menuju ke kamar Kara. Malam ini ia akan menghabiskan waktunya bersama sang istri. 

Mata Kara langsung menatap ke arah pintu saat pintu itu terjaga. "Jangan menatapku terkejut seperti itu. Mulai hari ini aku akan tidur disini," Key bersuara datar. "Tak perlu khawatir, aku sedang tidak bernafsu menyentuhmu!" Key naik ke atas ranjang tanpa memperdulikan persetujuan Kara. Ah Key memang tidak butuhkan persetujuan itu.

"Tidurlah sebelum aku berubah pikiran," Key berbicara dengan mata tertutup. Kara yang berada dalam posisi duduk segera membaringkan tubuhnya. 

Mana mungkin Kara bisa tidur jika Key disebelahnya. Perasaan was-was, takut, benci, dan marah terus menghantuinya.

"Aku tidak suka berbicara dua kali, Kara. Tidur sebelum aku 'meniduri'mu!"

Kara mendengus, ia segera menutup matanya.

Saat Kara sudah terlelap Key membuka matanya. Key memiringkan tubuhnya menghadap ke Kara yang tidur memunggunginya, "Apa yang kurang dari kami Kara? Kami bisa memberimu cinta yang bahkan tak akan bisa kau bayangkan," 

♥♥

Kara terjaga dari tidurnya dengan posisi yang tak bisa ia sebut nyaman.

"Selamat pagi, putri tidur," Sapaan itu diterima oleh Kara, siapa lagi yang menyapanya kalau bukan Key. Kara segera mendorong tubuh Key jauh darinya.

"Jangan pernah memelukku saat aku tidur! Menjijikan!" Ah tetap saja Kara tidak bisa bersikap manis pada Key. Katakanlah kalau sandiwara ini gagal dibagian depan. Kara bukanlah pemain sandiwara yang baik.

"Tapi aku menyukainya, Kara, lantas kau mau apa?" Key makin mengeratkan pelukannya pada tubuh Kara.

"Menjauh dariku, sialan!" Kara memberontak. Ia hanya melakukan hal yang sia-sia.

"Wanita itu ditakdirkan untuk bersikap manis, Kara, berhentilah memberontak. Aku sudah lelah menyakitimu. Aku tidak ingin membuatmu terluka, jadi tolong mengertilah," Kata-kata seperti ini harusnya Reagan yang mengatakan tapi tidak, ini masih Key. Ia menyerah pada Kara.

"Aku tidak suka berada disini, Reagan! ini bukan tempatku! aku ingin bersama Seth bukan dengan kau!" Ah Kara tidak mengerti sama sekali. Ia terlalu dibutakan oleh kebencian.

Key jengah. Ia melepaskan pelukannya pada tubuh Kara. "Suka atau tidak suka kau akan berada disini selamanya. Aku tidak peduli kau ingin bersama siapa! yang aku pedulikan aku ingin bersamamu!" Key turun dari ranjang Kara. "Sekarang bersihkan dirimu dan turun untuk sarapan. Aku beri kau waktu 30 menit!" Key keluar dari kamar Kara.

"Brengsek sialan!" Kara mengumpat.

Setengah jam kemudian Kara sudah berada di meja makan. Disana sudah ada Kira minus Key yang masih di kamarnya.

"Pagi, Kakak ipar," Kira melemparkan senyuman manisnya pada Kara.

"Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikan itu. Aku bukan istri bajingan itu!" Kara berkata tajam.

"Uups," Kira menutup mulutnya seolah keceplosan. "Ayolah, Kara, kau sudah menikah dengan Kakakku jadi wajar jika aku memanggilmu Kakak ipar," 

"Aku tidak pernah merasa menikah dengan siapapun. Kalaupun pernikahan itu memang terjadi maka itu tidak sah karena aku tidak pernah menghendakinya!" tukas Kara.

Kira tersenyum. "Tapi bagi semua penghuni rumah ini kau adalah istri dari Kakakku," 

"Aku tidak peduli pada pemikiran mereka!" 

"Hentikan perdebatan kalian!" Suara bass Key menghentikan perdebatan Kira dan Kara.

"Pagi, Kakak sayang," Kira bangkit dan mengecup singkat pipi kiri dan kanan Key.

"Pagi kembali, Sayang," Key duduk ditempatnya.

"Menunggu apalagi, Kara? Makan sarapanmu!" Perintah Key. Kara hanya menatap Key kosong lalu segera memakan sarapannya.

"Jadi, Kak, apa yang akan kita lakukan dihari libur ini?" Kira bertanya. Bukan pada Key namun pada Reagan yang sudah menguasai tubuhnya kembali. Key sudah membiarkan Reagan mengambil alih tubuhnya lagi. Sakit di bahu Reagan juga sudah tidak terasa lagi.

"Memangnya kamu tidak ada pengintaian?" Reagan bertanya.

"Ada," Kira tersenyum.

"Lantas, kenapa kamu bertanya, huh?" 

"Hanya memastikan sesuatu saja," Reagan tahu apa maksud ucapan Kira.

"Ah ya, Kak bisa minta Zelvin untuk datang ke sini?" Kira mentap Reagan memelas.

"Tidak," Bukannya Reagan pelit namun ia tidak mau sahabatnya itu murka karena permintaannya. Ya walaupun Reagan tidak tahu bagaimana kemarahan Zelvin padanya saat ia meminta untuk menjemput Kira tapi ia yakin Zelvin benar-benar murka padanya.

"Ayolah, Kak, kau mohon." Kira memelas lagi.

"Tidak, Kira. Kamu bisa datang menemuinya jika kamu merindukannya," kata Reagan tegas.

"Kakak kejam," Kira merajuk.

"Ha, biar saja. Kakak tidak mau ambil resiko. Zelvin masih sangat marah denganmu," Reagan bergeming.

"Ya Tuhan, Kakak. Ayolah," Kira memelas lagi.

"Kira sayang, adiknya Kakak yang paling cantik. Sekali kakak bilang tidak ya tidak. Begini saja, kamu datang ke rumah Zelvin dan meminta maaf padanya atas kejadian beberapa tahun lalu. Kalau kamu masih cinta jangan gengsi," Nasihat Reagan.

"Aku memang masih cinta, Kak, tapi dianya tidak. Harga diriku akan jatuh kalau aku menemuinya." Permasalahan Kira memang ada di harga dirinya yang tak boleh tersentuh sedikitpun.

"Kalau begitu biarkan saja seperti ini. Ah ya, setahu Kakak saat ini Zelvin sedang berhubungan dengan seorang perempuan." pemberitahuan Reagan membuat Kira patah hati, tapi itu terjadi hanya sesaat karena setelahnya Kira tersenyum lebar.

"Aku akan merebutnya, itu gampang." kata Kira

Kara berdecih sinis. "Beginilah cara kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan. Menjijikan!" Kara berkomentar tajam. 

"Well, Kara, dalam cinta semuanya sah, termasuk merebut. Ketahuilah, saat ini kau berada di sini karena hal itu. Kami mampu melakukan apapun yang kami inginkan Kara," Kira membalas ucapan Kara dengan baik.

"Mau kemana, Kara?" suara Reagan menghentikan Kara yang hendak berdiri. "Tak ada yang boleh meninggalkan meja makan sebelum aku selesai sarapan!" Jika Key tidak suka ada yang bicara di meja makan maka Reagan tidak suka kalau teman makannya meninggalkannya sebelum selesai makan. Reagan tidak suka ditinggalkan, ia tidak suka kesepian.

Kara kembali duduk. Tak ada untungnya bagi dia untuk membangkang. Ia harus menemukan jalan keluar dari hutan.

"Tak ada salahnya jadi wanita penurut, Kara." Reagan bersuara pelan tapi tegas. 

Selanjutnya semua diam. Kira dan Reagan memakan sarapannya sedang Kara menunggu dua makhluk didepannya selesai makan.

"Olla!" Reagan memanggil seseorang.

"Ya, Tuan," seorang pelayan datang.

"Antarkan Nyonya Kara untuk berkeliling mansion ini, dia pasti bosan terkurung di kamarnya." Reagan melirik Kara dari ekor matatnya, namun Kara tak bereaksi sama sekali. Ia baru akan bereaksi kalau dirinya dibebaskan dari rumah itu.

"Aku saja, Kak," Kira menawarkan diri.

"Tidak, Kira! Kakak tidak akan ambil resiko membiarkan kamu sendirian dengan dia. Terakhir kalinya Kakak bersama dia, dia menikam Kakak dengan sebilah pisau. Dia cantik tapi berbahaya," Reagan menolak usulan Kira.

Kara mendengus pelan. Yang Reagan katakan menurutnya berlebihan karena seingatnya semalam ia tidak menikam Reagan.

"Baiklah," Kira menuruti mau Reagan.

Usai mengatakan itu Reagan segera meninggalkan meja makan. Ia melangkah menuju ke ruang kerjanya.

Jadi, Key, apa saja yang terjadi selama aku tertidur?" Reagan bertanya pada Key yang saat ini sudah terlihat di cermin.

"Tak ada yang spesial. Aku  menghukum Kara tidak makan selama 3 hari, dan ya mulai dari malam kemarin kita akan tidur bersama Kara," 

"Damnit! jadi semalam kau sudah tidur bersamanya?" Reagan menepuk jidatnya.

"Ada apa?" tanya Key.

"Aku tadi mengatakan kalau terakhir kali bersamanya aku di tikam. Damnit, kenapa kau tidak mengatakan ini sebelumnya, Key?" Reagan frustasi.

"Easy, Re, Easy. Memangnya kenapa kalau kau salah bicara? Biarkan saja, lambat laun dia juga akan tahu kalau kau memiliki dua kepribadian."

"Kau benar, Key, Kenapa aku jadi takut sendiri." Reagan kembali relaks.

"Bagus, sekarang aku harus tidur. Melelahkan menjaga tubuhmu berhari-hari," tanpa persetujuan, Key menghilang dari cermin.

Reagan akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia sudah cukup lama meninggalkan tubuhnya dan sepertinya dia harus olahraga.

"Apa yang kau lakukan disini?" Reagan mendekati Kara. Saat ini mereka sedang berada di rumah kaca yang dipenuhi oleh berbagai jenis bunga. Reagan dan Key memang pencinta keindahan.

"Mencari celah untuk kabur dari sini," Kara menjawab jujur.

Reagan tertawa kecil, "Kau tak akan menemukannya, Kara."

"Apa sebenarnya maumu, Reagan? Aku tidak mencintaimu, tidakkah ini keterlaluan?" Kara menatap Reagan, api kemarahan masih terlihat disana.

"Aku cuma mau kau, Kara."

"Tapi aku tidak mau kau, Reagan!" Kara mulai emosi.

"Belajarlah menerimaku maka kau pasti akan menginginkanku," 

"Tapi sayangnya aku tidak mau belajar, Reagan! Aku benci kau dan selamanya akan begitu!" Kara pergi meninggalkan Reagan.

"Hati-hati, Kara, cinta dan benci itu beda tipis." Reagan bergumam kecil. Suka atau tidak suka Kara akan tetap bersamanya, setidaknya sampai Reagan benar-benar lelah dengan sikap Kara.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel