Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3

Kenapa harus ada hitam jika putih menyenangkan? Kenapa harus ada putih yang lemah jika hitam yang terkuat. Hitam dan putih tidak akan bisa dipisahkan karena sudah hukum alam kalau ada hitam pasti ada putih.

Sepulang dari perusahaannya Reagan langsung pulang ke mansionnya. Malam ini ia lembur lagi, bukan disengaja tapi pekerjaan Reagan memang menumpuk.

"Dimana Nyonya Kara?" Reagan bertanya pada Lee.

"Di kamarnya, Tuan." jawab Lee.

"Dia sudah makan?" Reagan bertanya lagi.

"Nyonya tidak mau makan. Tapi Tuan jangan cemas karena saya sudah menyuntikan asupan untuk Nyonya Kara."

"Kau memang bisa diandalkan, Lee." Reagan menepuk pundak Lee lalu segera meninggalkan pria berdarah Korea itu.

Reagan melangkah menaiki tangga, tujuan langkahnya saat ini adalah kamar Kara. Ia membuka kamar itu dengan perlahan. Kara ternyata sudah terlelap.

"Malam, Karalyn." Reagan menyapa Kara. Ia berjongkok di sebelah ranjang, memperhatikan Kara yang terlelap.

"Ini pasti sakit," Reagan menyentuh kening Kara yang lukanya belum kering. "Maafkan aku, aku membiarkanmu terluka seperti ini." sisi lembut Reagan memang seperti ini. Meminta maaf padahal itu bukan salahnya.

Di balik selimutnya. Kara tengah menggenggam pisau. Ia akan menikam Reagan saat waktunya tepat. Sejak tadi Kara tidak tertidur, mana bisa dia tertidur di tempat yang sangat ia benci.

"Semoga cepat sembuh, Kara." Reagan mendekatkan wajahnya ke wajah Kara hendak mencium kening Kara.

"MATI KAU IBLIS!!!" Kara mengayunkan pisaunya.

"Akh!!" Reagan meringis. Pisau itu menusuk bagian punggungnya.

Kara mendorong tubuh Reagan lalu segera berlari keluar dari kamar itu.

Sisi Reagan hilang ditelan kedatangan Key.

"Wanita sialan!" Key mengumpat lalu mencabuti pisau yang kira-kira menancap di tubuhnya sedalam 2cm.

Ia segera berlari mengejar Kara. "Lee, hentikan dia!" Key memberi perintah. Dengan sigap Lee mengejar Kara. Key tidak memperdulikan punggungnya yang berdarah. Ia segera mengejar Kara yang lincah berlari dari Lee.

"Lepaskan aku, sialan!!" Kara memberontak dari Lee yang sudah menangkapnya. Dugh!! Kara menendang tulang kering Lee hingga Lee meringis sakit.

Kara berlari lagi. Srak.. "Kau tidak akan lari kemanapun!" Key mencengkram rambut Kara. "Wanita sialan!! Kau diberi cinta tapi malah menusukku!! Benar-benar tidak tahu diri" Key menyeret Kara dengan cengkraman di rambutnya.

"Lepaskan aku, bajingan!!" Kara memberontak, kemarahan Key tidak bisa dibendung lagi. Kara terlalu melunjak. Ia membalas sikap baik Reagan dengan sebuah tusukan.

"Kau tidak akan lari kemanapun!! Tidak meski hanya keluar kamar!!" Key meremas rambut Kara makin erat hingga membuat Kara meringis sakit. Kedua tangannya meraih tangan Key agar bisa melepaskan cengkramannya.

Rambut-rambut Kara rasanya sudah terlepas dari kepalanya.  Brugh.. Key menghempaskan tubuh Kara ke lantai kamarnya. Ia mendekat ke Kara. Mencengkram erat rahang Kara.

"Jika kau ingin membunuhku bukan di punggung tempatnya tapi di sini!" Key menunjuk ke dada Kara tempat dimana jantung berada. "Percobaanmu kali ini gagal, Kara. Lakukan lagi lain kali! Tapi aku pastikan kalau kau tidak akan mendapatkan kesempatan itu!"

Kara merasa kalau rahangnya akan remuk karena cengkraman Key.

"Aku tidak akan pernah membiarkan kau melukai tubuh ini lagi! Aku sudah bersikap baik padamu dengan memperlakukanmu sangat baik tapi sepertinya kau lebih suka diperlakukan kasar. Kau menganggap istanaku ini neraka huh? Maka anggaplah saja seperti itu. Aku akan buat ini benar-benar jadi neraka. Seharian ini kau tidak makan bukan? Maka biarlah seperti itu sampai minggu depan. Kita akan lihat kau mati atau tidak? Kita akan lihat apakah tuhan lebih berpihak padamu atau padaku!! Dengar, Kara, jika kau berpikir aku akan membunuhmu maka kau salah karena aku tidak sudi memgotori tanganku dengan darahmu! Kau hanya punya dua pilihan, bunuh diri atau menunggu ajal menjemputmu tapi yang harus kau tahu, kau tidak akan bebas dari tempat ini!! Kau mengerti!!" Key melepaskan cengkramannya di rahang Kara.

"Lee, tempatkan beberapa pengawal untuk menjaga kamar ini. Pastikan kalau wanita ini tidak akan kabur lagi!" Key memberi perintah pada Lee. "Dan jangan pernah beri dia minum atau makan sebelum aku mengizinkan. Jalang itu ingin mati maka biarkan dia mati kelaparan." usai mengatakan itu Key meninggalkan Lee dan juga Kara yang masih di lantai.

Lee menatap Kara datar, "Nyonya, Nyonya. Aku memberikan pisau itu bukan untuk anda membunuh Tuan Reagan tapi untuk anda bunuh diri. Sayang sekali, sekarang matipun anda hanya menunggu keputusan Tuhan dan Tuan Reagan." Usai mengatakan itu Lee segera keluar dari kamar Kara.

"Brengsek!!" Kara mengumpat marah. "Tuhan, tunjukan keberadaanmu. Aku tidak mau bersama dengan iblis itu!" Kara berdoa pada Tuhan. 

Kini penjagaan untuk Kara makin diperketat, dan tak akan ada kesempatan bagi Kara untuk kabur lagi.

Di dalam kamarnya Key tengah mengobati lukanya yang cukup dalam.

"Untuk beberapa hari ke depan kau tidak usah mengambil alih tubuh ini." Key berbicara pada Reagan yang ada di cermin.

"Kenapa?" Reagan menatap Key tidak mengerti.

"Karena untuk beberapa hari kedepan luka ini masih akan terasa sakit. Aku heran, bagaimana bisa ada orang yang dicintai setengah mati malah menikam seperti ini." Key mendengus kasar.

"Baiklah. Tapi berjanjilah padaku kau tidak akan melukai Kara." Reagan masih saja memikirkan Kara.

"Ha, aku janji." Terpaksa Key berjanji padahal di otaknya ia memiliki segudang penyiksaan untuk Kara. Demi Tuhan, kenapa Key jadi mendendam pada Kara?

"Apa itu sakit?" Reagan bertanya pada Key. Itu yang dimaksud Reagan adalah lukanya.

"Tidak. Ini tidak sakit, ini sangat-sangat enak." Key bersuara manis. "Ini sakit, bodoh!! untuk apa aku meminta kau tidak muncul kalau ini tidak sakit! lulusan terbaik sepertimu rupanya idiot juga!" Key kesal dengan Reagan. Memang seperti inilah Key. Jika tubuh Reagan terluka maka dirinya yang akan mengambil alih. Key adalah perisai untuk Reagan. seperti namanya Key adalah pelindung sang raja. Itulah kenapa Key sangat menyayangi tubuh Reagan, ia tidak mau tubuh itu terluka agar Reagan bisa mengambil alihnya tapi jika sedang terluka Key tidak tega membiarkan Reagan merasakan sakitnya. Ya kecuali lukanya kecil seperti dia yang sering memecahkan kaca dengan tangannya.

Reagan nyengir idiot. "Aku kira alter ego tidak akan kesakitan." ingin sekali Key memecahkan cermin tapi tenaganya sudah terkuras habis. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Reagan tahu kalau Key sedang menahan amarahnya.

"B-baiklah, aku tahu kau juga manusia biasa yang bisa sakit." suaranya.

Key mendengus karena Reagan. Meski dia alter ego dia tetap saja manusia, sakit yang tubuh Reagan rasakan pasti akan ia rasakan jika jiwanya mengambil alih tubuh itu. 

♥♥

"Bajingan kau, Reagan!!" Zelvin datang ke ruang kerja Reagan dan mengoceh kesal.

"Jangan mengumpat! santai saja, ada apa?"

"Dimana Reagan? Setengah jiwamu itu keterlaluan sekali. Dia memintaku menjemput Cyzarine Kira Newmann, wanita yang paling tidak mau aku lihat di dunia ini!" Zelvin marah-marah. Ah Kira, Zelvin memang sangat benci pada Kira.

"Nanti saja marah-marahnya saat Reagan mengambil alih tubuh ini. Lalu dimana adikku sekarang?" Key bertanya tanpa peduli pada kemarahan Zelvin. 

Zelvin menghela nafas panjang. Ia ingin meluapkan kemarahannya tapi ia tidak bisa meluapkannya pada Key yang tidak tahu apa-apa.

"Aku tidak tahu! Aku segera pergi saat aku melihat itu Kira," Zelvin memang selalu menghindari Kira.

"Kau mau cari mati hah! Bagaimana kalau Kira tersesat? Aku akan di penggal oleh Daddy Ose. Kau harus tahu kemarahannya lebih menyeramkan dari kemarahanku." Key benar-benar kesal. Ayah angkatnya itu pasti akan memenggal kepalanya jika Kira anak satu-satunya sampai lecet barang satu milimeter saja.

"Masa bodoh dengan Daddynya Kira. Aku tidak ada urusan dengannya." Zelvin tak menghiraukan kekesalan Key.

"Kau terlalu pendendam, Zelvin." Seorang wanita sudah masuk ke dalam ruangan itu.

"Ah, Kira. Syukurlah kamu baik-baik saja." Key langsung menghampiri Kira. Wajah tegang Key sudah kembali datar. Kira masuk ke dalam pelukan Key.

"Ayolah, Kak Key. Aku sudah sering ke tempat ini jadi mana mungkin aku akan tidak baik-baik saja." Kira menempelkan kepalanya di dada bidang Key. "Kak Reagan. Sedang tidur, hm?" Kira mengetuk-ngetuk dada Key.

"Tidak, sayang. Dia melihatmu. Dia mengucapkan selamat datang untuk adik tersayangnya." seru Key.

"Baiklah. Terimakasih, Kak Reagan," Kira melepaskan pelukannya.

"Hey. Mau kemana kau?" Kira menahan tangan Zelvin yang hendak pergi.

"Jauhkan tanganmu dariku!!" Zelvin menepis tangan Kira dengan kasar. "Aku pulang, Key." Setelahnya Zelvin meninggalkan Kira dan Key.

"Dia tidak bisa melupakan masalalu." Kira menatap pintu yang sudah kembali tertutup. Key merangkul bahu Kira.

"Lupakan tentang makhluk bodoh itu. Ayo duduk." Key mengajak Kira duduk di sofa.

"Aku  sudah belajar melupakannya, Kak, tapi gagal. Mungkin ini yang namanya karma." Kira bergumam sedih.

Key tahu benar bagaimana masalalu Kira dan Zelvin. Key tidak mau membahasnya biarkan Kira dan Zelvin yang membuka masalalu mereka.

"Sudahlah. Kamu akan dapatkan pria yang lebih baik dari Zelvin," Key mendadak jadi bijak. Memang seperti ini, seorang Key pasti akan bijak jika itu menyangkut Kira dan satu lagi adik sepupunya. Key memang lemah jika dengan dua adiknya.

"Kak. Tunggu dulu," Kira menyela ucapan Key.

"Ada apa?" Key menatap Kira tidak mengerti.

Coba berbalik," seru Kira.

Kira menyentuh punggung Key, "Ya Tuhan. Kakak berdarah!!" Kira berteriak karena menyadari kalau Key berdarah.

"Tidak apa-apa , hanya luka kecil." Key menenangkan adiknya yang panik.

"S-siapa? siapa yang sudah berani melukai kakak? Biar Kira yang meledakan kepalanya!" Kira nampak marah. Ia begitu menyayangi Key begitu juga dengan Reagan.

Key menggenggam tangan Kira, "Ini akan segera sembuh sayang. Percayalah," Key meminta lembut.

"Biar Kira lihat lukanya," Kira bukan sedang meminta izin tapi ia sedang memaksa.

"Lakukan," Key membuka kemejanya. 

"Ini ditikam dari dekat. Aneh, biasanya kakak tidak akan menerima luka seperti ini?" Kira memeriksa luka itu.

"Pasti bukan Kak Key yang ditikam, Kak Reagan, kan?"

Key tersenyum kecil, ia memasang kembali kancing kemejanya. "Agen CIA satu ini memang yang terbaik." Key mencubiti hidung mancung Kira. "Benar. Kak Reagan yang ditikam," ujarnya. 

"Sudah aku duga," Kira hafal betul dengan perbedaan Key dan Reagan. Key selalu sensitif dengan serangan sedangkan Reagan tidak.

"Lupakan tentang itu, sekarang telepon Daddy dan katakan kalau kakak." suara Key.

"Ah baiklah." Kira segera mengeluarkan ponselnya.

"Kakak saja yang bicara." Kira memberikan ponselnya pada Key.

"Halo, sayang," itu suara Ose.

"Ini Key, Dad. Kira sudah sampai di New York."

"Ah, Key. Baguslah kalau Kira sudah sampai. Tolong jaga dia baik-baik, anak itu sulit diatur." ujar Ose yang saat ini tengah duduk dengan secangkir kopi buatan Libby.

"Baik Dad. Tolong sampaikan salamku untuk Mommy." seru Key.

"Akan Daddy sampaikan. Selamat bekerja, Key."

"Hm, Dad." setelahnya Key memutuskan sambungan itu dan mengembalikan ponselnya pada Kira.

"Kak, aku lapar," Kira merengek manja.

"Akan kakak pesankan makanan. Istirahatlah dulu." Key mengelus kepala Kira dengan sayang.

♥♥

"Tuan, apakah tidak sebaiknya memberikan Nyonya Kara makan?" Lee berbicara hati-hati pada Key yang baru saja sampai.

"Siapa Nyonya Kara?" Kira yang tak sengaja mendengar langsung bertanya.

"Jangan coba-coba mendekatinya!! Dia berbahaya," Key memperingati Kira.

"Apakah wanita itu yang menikam Kak Reagan?" tanya Kira.

"Berhenti bertanya tentangnya, Kira. Masuk ke kamarmu sekarang juga!" Key masih belum bisa melupakan kejadian semalam. Amarahnya bahkan masih tinggi jika itu tentang Kara. "Dan kau, Lee!! Jangan mengajariku!! Biarkan wanita itu mati kelaparan!!" Key melangkah meninggalkan Kira dan Lee.

"Siapa Kara?" Kira bertanya pada Lee.

"Dia adalah wanita yang tuan Reagan dan tuan Key cintai." Lee menjawab pertanyaan Kira.

Kira mencoba mengingat-ingat lagi. "Tunggu dulu... Apakah Kara ini adalah wanita yang sama dengan wanita yang sering diperhatikan oleh Kak Reagan dari jauh?" Kira menebak.

"Benar,"

"Damn it! Aku sudah menunggu lama untuk melihat wanita mana yang dicintai oleh dua jiwa itu." Kira mengumpat pelan. Tapi Kira mendadak lemas seketika, ia ingat kalau Key tidak mengizinkannya untuk mendekati Kara, dan Kira tak akan bisa membantah Key.

"Lupakan tentang Nyonya Kara. Ayo saya antar Nona ke kamar Nona." Lee mengambil alih koper Kira.

"Damn it, Lee!! Sudah berapa kali aku katakan jangan panggil aku nona!" Kira tak suka dipanggil nona oleh Lee karena Ia dan Lee cukup dekat.

“Ya ya, Kira. Ayo kita ke kamarmu," gaya bahasa Lee berubah nonformal.

Key masuk ke dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas ranjang lalu menutup matanya. Ia bahkan tak mau repot-repot untuk melihat keadaan Kara. Sudah Key katakan bahkan membunuh cintanyapun ia tega.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel