Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

"Orang ketiga tidak akan bisa hadir, kecuali jika kamu membiarkannya masuk."

Shakira menatap pantulan dirinya di kaca. Seriously, Daniel benar-benar membelikan seragam yang ukurannya pas padanya. Lihatlah dirinya sekarang, Shakira sepertinya harus mengacungi dua jempolnya untuk hal ini.

Gadis itu kemudian beranjak mengambil tas sekolahnya, kemudian segera menuruni anak tangga untuk berangkat sekolah sepagi mungkin untuk menghindari jemputan Daniel. Biar saja lelaki itu menunggu lama, Shakira akan berangkat duluan.

Saat sampai di depan pintu pagar rumahnya yang masih terkunci rapat, Shakira membuka pelan-pelan pagar itu. Jika menunggu sang satpam bergerak, sudah pasti membutuhkan waktu yang lama mengingat Pak Tarno--satpam di rumah Shakira pasti sedang memenuhi panggilan alamnya pagi begini.

Shakira segera melesat keluar dengan cepat, berjalan mengendap-endap di rumahnya sendiri seakan ia adalah maling.

"Pstt!" seseorang menyentuh pelan pundak Shakira.

"Apaan?" Sahut Shakira tanpa menoleh, kebiasaan Pak Tarno.

"Kenapa jalannya gitu?"

"Aku mau ngehindarin orang gila, makanya berangkat pagi-pagi. Bapak jangan kepo, lah." Shakira menepis pelan tangan Pak Tarno dari pundaknya.

"Orang gila?"

"Aduh, bapak nggak bakalan kenal meskipun dia terkenal. Namanya Daniel Manggala Wdyatmaja, pasti bapak nggak kenal 'kan?"

"Kenal," Shakira langsung menoleh ke belakang dan matanya terbelalak.

"Lo sejak kapan di sini?!" tanya gadis itu dengan nada sensian khas bila bertemu dengan Daniel.

"Sejak negara api menyerang," sahut Daniel dengan cengiran khas-nya.

Shakira memutar bola matanya malas. "Lo ngapain coba, subuh-subuh gini udah di depan rumah gue?"

"Yah, firasat gue kuat. Katanya hari ini gue disuruh dateng cepet-cepet, eh bener, lo mau kabur 'kan?" tebak Daniel seraya menampilka senyum penuh kemenangannya.

Perhatian Daniel teralih pada seragam yang dikenakan Shakira. Lelaki itu kembali tersenyum puas, gadis itu menurut padanya.

"Padahal gue cuman nebak ukurannya, ternyata pas. Gue emang pacar yang baik," ucap Daniel berbangga diri.

"Bisa nggak, satu menit aja lo nggak usah ngeluarin sifat pede akut lo itu?" hardik Shakira.

"Nggak bisa, di kamus hidup Daniel, kata pede akut itu tercetak tebal dengan font ukuran 46."

Shakira sudah habis kata-kata. Tidak mampu melawan Daniel yang kepintarannya dalam berkata-kata sudah di atas rata-rata, lelaki itu benar-benar bisa membuat Shakira yang cerewet menjadi bungkam karena kalimatnya.

Menyadari kekalahan Shakira yang tak mampu membalas kata-katanya, Daniel kembali terkekeh. Ia langsung meraih tangan gadis itu, namun seperti biasa Shakira selalu menolaknya.

"Biar gue tebak, pasti sebentar lagi lo mau bilang, jangan pegang-pegang gue!" ujar Daniel seraya meniru gaya bicara Shakira setiap ia menyentuh gadis itu.

Shakira yang sudah bersiap hendak mengucapkan kalimat yang diucapkan Daniel, kembali menutup mulutnya. Dalam hati, gadis itu terus mengumpat. Bagaimana ia bisa hidup tenang jika makhluk seperti Daniel terus menganggu hidupnya?!

"Udah lah, lupain." Daniel terkekeh. "Lo pasti belum sarapan, kan? Feeling gue bilang gitu, sih. Sama, gue juga belum. Ayo kita cari makan."

Daniel langsung menarik tangan Shakira tanpa menunggu jawaban gadis itu. Anehnya, Shakira tidak memberontak atau berteriak kesetanan seperti biasanya. Sekali lagi Daniel terkekeh pelan, lihat, Daniel sudah mulai bisa menjinakkan si singa betina di belakangnya.

**

Motor besar Daniel telah sampai di parkiran SMA Golden. Shakira yang berada di belakangnya segera turun, bergegas ingin pergi ke kelas. Namun panggilan Daniel membuat langkahnya terhenti.

Shakira menoleh, memasang wajah kesalnya. Wajar ia kesal, itu karena ulah Daniel yang mengajaknya berkeliling di jalanan selama 30 menit lebih, berkata ingin mencari sarapan, namun sampai mereka menginjakkan kaki di SMA Golden, sarapan itu hanya tinggal harapan.

"Lo mau ke kelas pake helm?" tanya Daniel dengan raut wajah menahan tawa, sepertinya lelaki ini memang sangat hoby tertawa. Lebih tepatnya, menertawakan.

Sadar akan kebodohannya, Shakira langsung melepaskan helm Daniel yang melekat di kepalanya. Kemudian menaruh asal helm itu, dan kembali bejalan menuju kelasnya. Shakira benar-benar malu dibuat Daniel.

Di perjalanan menuju kelas, Shakira tak berhenti mendumel tidak jelas. Ini semua ulah Daniel Manggala Wdyatmaja, the prince of troublemaker!

"Kak Sha," panggil seseorang seraya menepuk pelan bahu Shakira.

"Apa?!" sahut Shakira dengan nada tinggi, seakan orang yang memanggilnya barusan adalah si Troublemaker Boy, Daniel.

Titania, seorang adik kelas yang tadi memanggil Shakira kini meneguk salivanya. Ini masih pagi, ia tidak memiliki salah apa-apa namun sudah mendapatkan semprotan dari kakak kelasnya yang katanya terkenal ramah itu. Positif thinking, mungkin Shakira sedang PMS.

"Ma-maaf, kak. Aku cuman mau kasih kabar, kalau ulang tahun SMA Golden nanti, Star Crew diminta untuk tampil," jelas Titania tanpa berani menatap wajah Shakira.

Mendengar itu, raut wajah Shakira langsung berubah. "Star crew diminta tampil?" tanyanya dengan mata berbinar.

"I-iya, kak. Kebetulan aku koordinasi acaranya, dan kami mau minta star crew untuk tampil."

Star crew, bagi murid SMA Golden nama itu sudah tidak asing lagi. Grup dance yang beranggotakan 4 orang gadis cantik dengan Shakira sebagai ketuanya itu telah membawa banyak piala dan menaikkan nama SMA Golden di banyak perlombaan.

Setelah vakum lebih dari 6 bulan karena Shakira, sang ketua harus fokus pada olimpiade matematika-nya, inilah job pertama yang akan Shakira emban untuk kembali mengembangkan bakatnya.

"Boleh, boleh. Acaranya kapan?" tanya Shakira antusias.

"Masih 2 bulan lagi, kak. Tapi aku tah, latihan dance untuk mencapai hasil maksimal itu nggak gampang. Makanya aku konfirmasi dari sekarang, gimana, kak?"

Tanpa pikir panjang, Shakira langsung mengiyakan tawaran dari adik kelasnya tersebut. Ia tidak perlu menunggu jawaban dari keempat anggota star crew yang lain, mengingat mereka pasti akan langsung setuju.

"Oke, star crew bakalan tampil di HUT SMA Golden," ucap Shakira dengan mantap.

**

Lagi-lagi waktu sudah menunjukkan tengah malam saat motor besar Daniel tiba di depan pagar rumah Shakira yang terkunci rapat. Tadi, Shakira berhasil kabur dengan pulang ikut mobil sahabatnya, Adelia. Jadilah Daniel kesal karena ia kalah dari gadis itu untuk pertama kalinya.

Daniel mengeluarkan ponselnya, kemudian mengetikkan pesan kepada sang empunya rumah. Sifat jahil Daniel muncul. Ia sengaja menghubungi Shakira via sms, agar gadis itu tidak tau siapa yang menghubunginya. Tapi, Daniel tetaplah Daniel, aktor terhebat sepanjang masa.

0821xxxxxxxx

Selamat malam neng, baksonya udah nyampe nih.

0823xxxxxxxx

Loh, bang tukang bakso ganti nomor ya? Tapi saya nggak pesen bakso loh malam ini.

"Sialan, kata si Abang tukang bakso ini cewek pesen bakso tiap malem," gumam Daniel.

0821xxxxxxxx

Ini bakso spesial, neng. Soalnya saya lagi ulang tahun, mau bagi-bagi bakso gratis ke pelanggan setia saya. Makanya buruan diambil baksonya neng, ntar dingin

0823xxxxxxxx

Wah, gitu? Okedeh bang, saya turun sekarang.

"Gampang banget dibegoin." Daniel terkekeh geli.

Beberapa menit kemudian, Daniel mendengar pintu pagar itu terbuka. Ia segera mencari tempat aman untuk bersembunyi.

Dari tempat persembunyiannya, Daniel dapat melihat Shakira yang tengah menggunakan baju tidurnya sedang menengok ke kanan dan ke kiri. Pasti gadis itu sedang mencari Abang tukang bakso langganannya.

Daniel berjalan perlahan dari tempat persembunyiannya menuju ke arah Shakira. Lelaki itu berdiri tepat di belakang Shakira tanpa ia sadari, kemudian menepuk pelan pundak Shakira.

Shakira menoleh dan matanya melotot. Daniel berani bertaruh, sebentar lagi gadis itu akan berteriak 'lo ngapain di sini?' Cubit Daniel jika Shakira tidak berteriak seperti itu.

"Lo ngapain di sini?!" teriak Shakira dengan mata melotot.

Nah kan, benar. Batin Daniel.

"Suara lo nggak abis-abis, ya. Teriak mulu," komentar Daniel.

"Kalau suara gue habis, lo penyebabnya." sinis Shakira.

Daniel diam, namun bibirnya tidak berhenti menampilkan senyum khas-nya. Lelaki itu meraih plastik yang tergantung di motornya, kemudian menyerahkan pada Shakira. Namun, bukan Shakira namanya jika langsung menerima pemberian Daniel tanpa rasa curiga.

"Apaan lagi?" tanyanya.

"Ini bakso, tujuan lo ke bawah sini buat ngambil bakso 'kan? Nih, gue bawain. Itung-itung buat permintaan maaf, karena tadi pagi gue nggak jadi ngajak lo sarapan."

Dahi Shakira mengkerut. "Kok lo tau gue ke sini mau ngambil bakso?"

"Ya jelas lah, yang sms lo tadi kan gue. Itu nomor gue, disimpen, ya. Daniel ganteng, gitu. Mau ditambahin emoji hati warna merah kuning hijau juga boleh." Daniel mengedipkan sebelah matanya.

"Untung apa juga gue nyimpen nomor lo?"

"Banyak, lah. Pertama, lo punya nomor orang paling ganteng se-Indonesia, kedua, lo punya nomor orang paling tajir se-Indonesia, ketiga--"

"Gue orang paling nggak beruntung se-Indonesia," potong Shakira dengan cepat.

Daniel menyeringai. "Ntar pasti ada hari di mana lo bakalan nelpon gue, gue tunggu hari itu."

"Buat apaan gue nelpon lo? Kurang kerjaan." Shakira memutar bola matanya malas.

"Yaudah, ini baksonya dimakan. Gue mau pulang," Daniel meraih tangan Shakira dan menyelipkan plastik berisi bakso itu di jarinya. "Ah iya, tolong bilangin sama Abelia temen lo itu, jangan sekali-sekali bantuin lo kabur dari gue lagi. Oke?"

"Nama temen gue Adelia," koreksi Shakira dengan sedikit berteriak karena posisi Daniel sudah berada jauh dari dirinya.

"Yah, itulah pokoknya. Bilangin sama Anisa."

Shakira hanya bisa mengelus dada.

"Orang ketiga tidak akan bisa hadir, kecuali jika kamu membiarkannya masuk."

Shakira menatap pantulan dirinya di kaca. Seriously, Daniel benar-benar membelikan seragam yang ukurannya pas padanya. Lihatlah dirinya sekarang, Shakira sepertinya harus mengacungi dua jempolnya untuk hal ini.

Gadis itu kemudian beranjak mengambil tas sekolahnya, kemudian segera menuruni anak tangga untuk berangkat sekolah sepagi mungkin untuk menghindari jemputan Daniel. Biar saja lelaki itu menunggu lama, Shakira akan berangkat duluan.

Saat sampai di depan pintu pagar rumahnya yang masih terkunci rapat, Shakira membuka pelan-pelan pagar itu. Jika menunggu sang satpam bergerak, sudah pasti membutuhkan waktu yang lama mengingat Pak Tarno--satpam di rumah Shakira pasti sedang memenuhi panggilan alamnya pagi begini.

Shakira segera melesat keluar dengan cepat, berjalan mengendap-endap di rumahnya sendiri seakan ia adalah maling.

"Pstt!" seseorang menyentuh pelan pundak Shakira.

"Apaan?" Sahut Shakira tanpa menoleh, kebiasaan Pak Tarno.

"Kenapa jalannya gitu?"

"Aku mau ngehindarin orang gila, makanya berangkat pagi-pagi. Bapak jangan kepo, lah." Shakira menepis pelan tangan Pak Tarno dari pundaknya.

"Orang gila?"

"Aduh, bapak nggak bakalan kenal meskipun dia terkenal. Namanya Daniel Manggala Wdyatmaja, pasti bapak nggak kenal 'kan?"

"Kenal," Shakira langsung menoleh ke belakang dan matanya terbelalak.

"Lo sejak kapan di sini?!" tanya gadis itu dengan nada sensian khas bila bertemu dengan Daniel.

"Sejak negara api menyerang," sahut Daniel dengan cengiran khas-nya.

Shakira memutar bola matanya malas. "Lo ngapain coba, subuh-subuh gini udah di depan rumah gue?"

"Yah, firasat gue kuat. Katanya hari ini gue disuruh dateng cepet-cepet, eh bener, lo mau kabur 'kan?" tebak Daniel seraya menampilka senyum penuh kemenangannya.

Perhatian Daniel teralih pada seragam yang dikenakan Shakira. Lelaki itu kembali tersenyum puas, gadis itu menurut padanya.

"Padahal gue cuman nebak ukurannya, ternyata pas. Gue emang pacar yang baik," ucap Daniel berbangga diri.

"Bisa nggak, satu menit aja lo nggak usah ngeluarin sifat pede akut lo itu?" hardik Shakira.

"Nggak bisa, di kamus hidup Daniel, kata pede akut itu tercetak tebal dengan font ukuran 46."

Shakira sudah habis kata-kata. Tidak mampu melawan Daniel yang kepintarannya dalam berkata-kata sudah di atas rata-rata, lelaki itu benar-benar bisa membuat Shakira yang cerewet menjadi bungkam karena kalimatnya.

Menyadari kekalahan Shakira yang tak mampu membalas kata-katanya, Daniel kembali terkekeh. Ia langsung meraih tangan gadis itu, namun seperti biasa Shakira selalu menolaknya.

"Biar gue tebak, pasti sebentar lagi lo mau bilang, jangan pegang-pegang gue!" ujar Daniel seraya meniru gaya bicara Shakira setiap ia menyentuh gadis itu.

Shakira yang sudah bersiap hendak mengucapkan kalimat yang diucapkan Daniel, kembali menutup mulutnya. Dalam hati, gadis itu terus mengumpat. Bagaimana ia bisa hidup tenang jika makhluk seperti Daniel terus menganggu hidupnya?!

"Udah lah, lupain." Daniel terkekeh. "Lo pasti belum sarapan, kan? Feeling gue bilang gitu, sih. Sama, gue juga belum. Ayo kita cari makan."

Daniel langsung menarik tangan Shakira tanpa menunggu jawaban gadis itu. Anehnya, Shakira tidak memberontak atau berteriak kesetanan seperti biasanya. Sekali lagi Daniel terkekeh pelan, lihat, Daniel sudah mulai bisa menjinakkan si singa betina di belakangnya.

**

Motor besar Daniel telah sampai di parkiran SMA Golden. Shakira yang berada di belakangnya segera turun, bergegas ingin pergi ke kelas. Namun panggilan Daniel membuat langkahnya terhenti.

Shakira menoleh, memasang wajah kesalnya. Wajar ia kesal, itu karena ulah Daniel yang mengajaknya berkeliling di jalanan selama 30 menit lebih, berkata ingin mencari sarapan, namun sampai mereka menginjakkan kaki di SMA Golden, sarapan itu hanya tinggal harapan.

"Lo mau ke kelas pake helm?" tanya Daniel dengan raut wajah menahan tawa, sepertinya lelaki ini memang sangat hoby tertawa. Lebih tepatnya, menertawakan.

Sadar akan kebodohannya, Shakira langsung melepaskan helm Daniel yang melekat di kepalanya. Kemudian menaruh asal helm itu, dan kembali bejalan menuju kelasnya. Shakira benar-benar malu dibuat Daniel.

Di perjalanan menuju kelas, Shakira tak berhenti mendumel tidak jelas. Ini semua ulah Daniel Manggala Wdyatmaja, the prince of troublemaker!

"Kak Sha," panggil seseorang seraya menepuk pelan bahu Shakira.

"Apa?!" sahut Shakira dengan nada tinggi, seakan orang yang memanggilnya barusan adalah si Troublemaker Boy, Daniel.

Titania, seorang adik kelas yang tadi memanggil Shakira kini meneguk salivanya. Ini masih pagi, ia tidak memiliki salah apa-apa namun sudah mendapatkan semprotan dari kakak kelasnya yang katanya terkenal ramah itu. Positif thinking, mungkin Shakira sedang PMS.

"Ma-maaf, kak. Aku cuman mau kasih kabar, kalau ulang tahun SMA Golden nanti, Star Crew diminta untuk tampil," jelas Titania tanpa berani menatap wajah Shakira.

Mendengar itu, raut wajah Shakira langsung berubah. "Star crew diminta tampil?" tanyanya dengan mata berbinar.

"I-iya, kak. Kebetulan aku koordinasi acaranya, dan kami mau minta star crew untuk tampil."

Star crew, bagi murid SMA Golden nama itu sudah tidak asing lagi. Grup dance yang beranggotakan 4 orang gadis cantik dengan Shakira sebagai ketuanya itu telah membawa banyak piala dan menaikkan nama SMA Golden di banyak perlombaan.

Setelah vakum lebih dari 6 bulan karena Shakira, sang ketua harus fokus pada olimpiade matematika-nya, inilah job pertama yang akan Shakira emban untuk kembali mengembangkan bakatnya.

"Boleh, boleh. Acaranya kapan?" tanya Shakira antusias.

"Masih 2 bulan lagi, kak. Tapi aku tah, latihan dance untuk mencapai hasil maksimal itu nggak gampang. Makanya aku konfirmasi dari sekarang, gimana, kak?"

Tanpa pikir panjang, Shakira langsung mengiyakan tawaran dari adik kelasnya tersebut. Ia tidak perlu menunggu jawaban dari keempat anggota star crew yang lain, mengingat mereka pasti akan langsung setuju.

"Oke, star crew bakalan tampil di HUT SMA Golden," ucap Shakira dengan mantap.

**

Lagi-lagi waktu sudah menunjukkan tengah malam saat motor besar Daniel tiba di depan pagar rumah Shakira yang terkunci rapat. Tadi, Shakira berhasil kabur dengan pulang ikut mobil sahabatnya, Adelia. Jadilah Daniel kesal karena ia kalah dari gadis itu untuk pertama kalinya.

Daniel mengeluarkan ponselnya, kemudian mengetikkan pesan kepada sang empunya rumah. Sifat jahil Daniel muncul. Ia sengaja menghubungi Shakira via sms, agar gadis itu tidak tau siapa yang menghubunginya. Tapi, Daniel tetaplah Daniel, aktor terhebat sepanjang masa.

0821xxxxxxxx

Selamat malam neng, baksonya udah nyampe nih.

0823xxxxxxxx

Loh, bang tukang bakso ganti nomor ya? Tapi saya nggak pesen bakso loh malam ini.

"Sialan, kata si Abang tukang bakso ini cewek pesen bakso tiap malem," gumam Daniel.

0821xxxxxxxx

Ini bakso spesial, neng. Soalnya saya lagi ulang tahun, mau bagi-bagi bakso gratis ke pelanggan setia saya. Makanya buruan diambil baksonya neng, ntar dingin

0823xxxxxxxx

Wah, gitu? Okedeh bang, saya turun sekarang.

"Gampang banget dibegoin." Daniel terkekeh geli.

Beberapa menit kemudian, Daniel mendengar pintu pagar itu terbuka. Ia segera mencari tempat aman untuk bersembunyi.

Dari tempat persembunyiannya, Daniel dapat melihat Shakira yang tengah menggunakan baju tidurnya sedang menengok ke kanan dan ke kiri. Pasti gadis itu sedang mencari Abang tukang bakso langganannya.

Daniel berjalan perlahan dari tempat persembunyiannya menuju ke arah Shakira. Lelaki itu berdiri tepat di belakang Shakira tanpa ia sadari, kemudian menepuk pelan pundak Shakira.

Shakira menoleh dan matanya melotot. Daniel berani bertaruh, sebentar lagi gadis itu akan berteriak 'lo ngapain di sini?' Cubit Daniel jika Shakira tidak berteriak seperti itu.

"Lo ngapain di sini?!" teriak Shakira dengan mata melotot.

Nah kan, benar. Batin Daniel.

"Suara lo nggak abis-abis, ya. Teriak mulu," komentar Daniel.

"Kalau suara gue habis, lo penyebabnya." sinis Shakira.

Daniel diam, namun bibirnya tidak berhenti menampilkan senyum khas-nya. Lelaki itu meraih plastik yang tergantung di motornya, kemudian menyerahkan pada Shakira. Namun, bukan Shakira namanya jika langsung menerima pemberian Daniel tanpa rasa curiga.

"Apaan lagi?" tanyanya.

"Ini bakso, tujuan lo ke bawah sini buat ngambil bakso 'kan? Nih, gue bawain. Itung-itung buat permintaan maaf, karena tadi pagi gue nggak jadi ngajak lo sarapan."

Dahi Shakira mengkerut. "Kok lo tau gue ke sini mau ngambil bakso?"

"Ya jelas lah, yang sms lo tadi kan gue. Itu nomor gue, disimpen, ya. Daniel ganteng, gitu. Mau ditambahin emoji hati warna merah kuning hijau juga boleh." Daniel mengedipkan sebelah matanya.

"Untung apa juga gue nyimpen nomor lo?"

"Banyak, lah. Pertama, lo punya nomor orang paling ganteng se-Indonesia, kedua, lo punya nomor orang paling tajir se-Indonesia, ketiga--"

"Gue orang paling nggak beruntung se-Indonesia," potong Shakira dengan cepat.

Daniel menyeringai. "Ntar pasti ada hari di mana lo bakalan nelpon gue, gue tunggu hari itu."

"Buat apaan gue nelpon lo? Kurang kerjaan." Shakira memutar bola matanya malas.

"Yaudah, ini baksonya dimakan. Gue mau pulang," Daniel meraih tangan Shakira dan menyelipkan plastik berisi bakso itu di jarinya. "Ah iya, tolong bilangin sama Abelia temen lo itu, jangan sekali-sekali bantuin lo kabur dari gue lagi. Oke?"

"Nama temen gue Adelia," koreksi Shakira dengan sedikit berteriak karena posisi Daniel sudah berada jauh dari dirinya.

"Yah, itulah pokoknya. Bilangin sama Anisa."

Shakira hanya bisa mengelus dada.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel