Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Star Crew

*visual Shakira bukan Lisa, tapi di video ini anggap aja Lisa itu Shakira?*

***

Hari minggu, jika sebagian orang mungkin akan bermalas-malasan dan tidur seharian, maka berbeda dengan Shakira. Gadis itu sudah bersiap ingin pergi ke studio dance tempat ia dan para sahabatnya biasa berlatih.

Khusus untuk hari ini, Shakira akan pergi dengan supir. Tidak dengan Daniel karena ia tidak ingin mood baiknya harus hancur jika bertemu dengan Troublemaker Boy itu.

Setelah siap dengan handuk dan pakaian sport yang biasa ia kenakan untuk latihan dance, Shakira segera turun menuju lantai 1 rumahnya untuk bertemu dengan Pak Tarno, satpam yang kadang merambat jadi supir pribadi Shakira.

"My baby honey sweetie, pagi begini mau ke mana?" Suara sang Mama yang datang dari dapur membuat langkah Shakira terhenti.

"Mami?" kagetnya seraya berlari memeluk sang Mama. "Mami udah pulang?"

"Sudah dong, my baby honey sweetie. Mami pulang tengah malam, kamu sudah tidur. Mami nggak tega mau bangunin," balas Soraya, ibu Shakira.

"Yah, Shasha masih pengen ngobrol. Tapi Shasha harus latihan dance, nggak papa?"

"It's okay, sweetie. Nanti kita ngobrol lagi setelah kamu pulang latihan, dan setelah papi mu yang kebo itu bangun, tentunya." Soraya terkekeh. "Have fun!"

Shakira tersenyum kemudian mencium pipi Ibunya, gadis itu segera berlari keluar rumah. Shakira memang jarang bertemu orang tuanya, seperti orang sibuk lainnya, mereka pun jarang ada di rumah. Terkadang di sini, terkadang di sana. Namun, Shakira sudah paham, apa yang orang tuanya lakukan demi masa depannya.

Shakira bersyukur keluarganya tetap harmonis meskipun mereka sangat jarang berkumpul bersama. Walau terkadang ia kesepian, karena Shakira adalah anak tunggal, tapi itu tidak bisa Shakira jadikan alasan untuk marah terhadap orang tuanya.

"Wah, kita emang sehati banget, ya? Gue ke sini mau ngajak lo olahraga bareng," ucap Daniel tepat di telinga Shakira membuat gadis itu menjerit.

"Lo kok bisa masuk?!" teriak Shakira dengan suara delapan oktav-nya.

"Ya bisa, lah. Satpam lo yang nyuruh gue masuk," ucap Daniel seraya menampilkan senyum kebanggaannya.

"Astagfirullah, Shasha sayang! Kenapa kamu teriak pagi-pagi begini?" Soraya tiba dengan membawa pisau buah di genggamannya, matanya teralih pada sosok Daniel. "Eh, kamu siapa?" tanya Mama Shakira pada Daniel seraya mencondongkan pisau.

Daniel meneguk salivanya. "Pa-pacar Shakira, Tante."

"Ihh, bukan!" elak Shakira seraya menggeleng menatap Maminya.

"Yang bener yang mana ini?" tanya Soraya yang tak kunjung menurunkan pisaunya dari hadapan Daniel.

"Tante, ini turunin dulu pisaunya, dong. Ini muka ganteng karya Mama dan Papa saya nanti bisa lecet," ujar Daniel seraya menurunkan pisau itu dengan telunjuknya.

"Ini siapa sih, Sha?" tanya Soraya pada Shakira. Yang ditanya hanya menjawab dengan bahasa tubuh, 'orang gila'.

"Masa orang gila ganteng sama rapi begini?" ucap Soraya yang membuat Shakira menepuk jidatnya.

"Wah, masa pacar sendiri dikatain orang gila." Daniel menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan mendekat ke arah Soraya.

"Tante pasti Mamanya Shakira, ya?" tanya Daniel. "Kenalin tante, saya pacarnya Shakira. Kalau tante tanya saya punya apa sampe berani pacarin anak tante, jawabannya saya yang punya Indonesia."

Soraya ternganga, ia menatap putrinya yang sedang menggesekkan telunjukknya di jidat, bermaksud mengatai Daniel gila.

"Tante nggak niat nanya nama panjang saya, nih?" tawar Daniel.

Soraya kembali melirik ke arah Shakira, dan gadis itu kini tengah melambai-lambai. Memerintah Ibunya untuk menolak. Seperti perintah Shakira, Soraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Wah, sayangnya saya nggak nerima penolakan, Tante." Daniel tersenyum manis. "Saya Daniel Manggala Wdyatmaja, nama Ayah saya Sultan Adipati Bramasta, nama Ibu saya Cleopatra Wdyatmaja, Nama Kakek saya Farrel Manggala Wdyatmaja, dan nama nenek saya Aretha Maharani Alexis."

"W-wdyatmaja? Bramasta? Alexis?" ulang Soraya seraya ternganga. "Kamu anak Sulthan?"

"Betul, tapi Tante, nama Papa saya itu Sultan bukan Sult han." koreksi Daniel. "Jadi gimana tante, saya boleh pacaran sama Shakira?"

Soraya langsung mengangguk. "Boleh dong, nggak mau sekalian nikahin?"

"Nikah muda kata Mama saya nggak enak, Tante. Nanti aja." Daniel mengedipkan sebelah matanya. "Shakira boleh saya bawa pergi nggak, Tan?"

"Oh, iya boleh-boleh!" Soraya mengangguk-angguk. "Jangan sampai lecet, ya."

"Jangankan lecet, debu aja saya usir kalau berani sentuh Shakira," ucap Daniel yang membuat Shakira memasang gesture ingin muntah.

Dengan raut wajah songong yang menampakkan jelas bahwa ia sudah menang, Daniel menarik pelan tangan Shakira menuju mobil yang sengaja ia bawa khusus.

"Mami!" teriak Shakira pasrah saat tangannya ditarik Daniel.

"Dennis, tolong jagain Shasha, ya!" teriak Soraya seraya melambai.

Daniel menoleh ke arah Shakira. "Bilangin sama nyokap lo, nama gue Daniel bukan Dennis. Nama udah keren gini pake acara diganti."

Apa lelaki di hadapan Shakira ini tidak sadar, kalau ia juga sering mengganti nama orang sembarangan?

"Masuk," titah Daniel seraya membukakan pintu mobilnya.

Shakira masuk dengan terpaksa, setelah Daniel masuk, Shakira menarik tubuh lelaki itu untuk menatapnya.

"Lo mau ngajak gue ke mana, sih? Gue udah ada janji latihan Dance!"

"Gue mau ngajak lo olahraga, biar sehat. Tapi kayaknya dance lebih bikin berkeringat, di mana tempat latihannya?"

"Engga, engga, engga. Gue nggak mau dianter sama lo." Shakira menggeleng seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Iya, iya, iya. Kalau lo nggak mau dianter sama gue, kita bakalan ada di dalem sini semaleman." Daniel mengikuti gaya bicara Shakira, lengkap dengan gesture-nya.

Saat Shakira hendak berbicara lagi, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia segera merogoh tas kecilnya, mencari benda pipih tersebut, kemudian segera mengangkat telpon dari sahabatnya, Adelia.

"Sha, lo di mana, sih?! Kita udah nunggu satu jam di sini," sambar Adelia begitu Shakira mengangkat teleponnya.

"Duh, iya-iya, sorry. Gue on the way nih," sahut Shakira seraya menatap sebal ke arah Daniel.

"Lo on the way udah di jalan, apa on the way baru mau mandi?" tanya Adel.

"Di jalan kok, di jalan. Udah dulu, ya!" Shakira langsung mematikan sepihak teleponnya.

Daniel memasang raut wajah penuh kemenangannya, kemudian kembali menoleh pada Shakira, menunggu kalimat yang lagi-lagi akan membuat Daniel menang.

"So?" tanya Daniel.

Shakira menarik panjang napasnya, menatap tajam ke arah Daniel. "Studio ceria." ucap Shakira dengan malas.

"Mukanya jangan kusut gitu, dong. Kan mau ke studio ceria." Daniel terkekeh geli, sedangkan Shakira merengut kesal.

**

Mata Daniel tidak berhenti berkedip saat Shakira menari dengan lincah di hadapannya. Setelah bernegosiasi dan memaksa masuk sampai ke dalam studio, Daniel menang dan akhirnya dapat menyaksikan proses latihan Shakira. Mulai dari memilih lagu, sampai menentukan gerakan. Gadis itu terlihat fokus dan serius, berbeda saat ia bertemu dengan Daniel, seperti gadis PMS yang sedang kelaparan.

"Oke, girls. Latihan hari ini cukup," ucap sang pelatih yang sedikit gemulai.

Shakira berjalan ke arah Daniel, bukan karena ia ingin menghampiri lelaki itu, namun karena tasnya berada pada Daniel.

"Tas," ucap Shakira seraya menunjuk tasnya dengan dagu.

"Tas aku dong, sayang. Gitu cara minta yang bener ke pacar, manis dikit, dong." sahut Daniel yang tidak memberikan tas Shakira.

"Ih, gue haus, Daniel! Gue juga udah keringetan, tas gue buruan!" pinta Shakira dengan kesal.

"Cewek kalau lagi keringetan itu cantik, jadi nggak papa lo keringetan. Lagian keringetan itu sehat," ujar Daniel seraya terkekeh.

"Daniel, gue lagi males berantem. Tas gue," ucap Shakira dengan suaranya yang merendah. Ia terlalu lelah untuk mengamuk pada lelaki itu.

"Karena gue ganteng, tidak sombong dan baik hati, nih." Daniel menyodorkan tas kecil berwarna hitam itu pada Shakira.

Shakira menerimanya tanpa berkomentar apa-apa, ia langsung membuka tasnya, mengambil handuk dan menggantungkannya di leher, kemudian meraih botol minum dan langsung meneguk isi botol itu tanpa jeda.

Daniel yang sejak tadi memerhatikan pergerakan Shakira, tanpa sadar melamun. Sialan, mengapa dari bawah sini, gadis itu nampak sangat mengagumkan.

Daniel segera berdiri, menyamakan tingginya dengan Shakira, menghilangkan segala pikirannya yang menjerumus ke mana-mana. Ia segera melepaskan jaket kulit berwarna hitam yang ia kenakan, kemudian menyampirkan jaket itu di pinggang Shakira tanpa seizin gadis itu.

"Lo ngapain?" tanya Shakira bingung.

"Kalau lo latihan lagi, jangan pakai celana pendek begini lagi." Daniel menatap tajam mata Shakira. "Gue cowok normal yang suka cewek sexy, tapi gue benci saat tau kenyataan kalau cewek sexy itu statusnya pacar gue."

Star Crew

*visual Shakira bukan Lisa, tapi di video ini anggap aja Lisa itu Shakira?*

***

Hari minggu, jika sebagian orang mungkin akan bermalas-malasan dan tidur seharian, maka berbeda dengan Shakira. Gadis itu sudah bersiap ingin pergi ke studio dance tempat ia dan para sahabatnya biasa berlatih.

Khusus untuk hari ini, Shakira akan pergi dengan supir. Tidak dengan Daniel karena ia tidak ingin mood baiknya harus hancur jika bertemu dengan Troublemaker Boy itu.

Setelah siap dengan handuk dan pakaian sport yang biasa ia kenakan untuk latihan dance, Shakira segera turun menuju lantai 1 rumahnya untuk bertemu dengan Pak Tarno, satpam yang kadang merambat jadi supir pribadi Shakira.

"My baby honey sweetie, pagi begini mau ke mana?" Suara sang Mama yang datang dari dapur membuat langkah Shakira terhenti.

"Mami?" kagetnya seraya berlari memeluk sang Mama. "Mami udah pulang?"

"Sudah dong, my baby honey sweetie. Mami pulang tengah malam, kamu sudah tidur. Mami nggak tega mau bangunin," balas Soraya, ibu Shakira.

"Yah, Shasha masih pengen ngobrol. Tapi Shasha harus latihan dance, nggak papa?"

"It's okay, sweetie. Nanti kita ngobrol lagi setelah kamu pulang latihan, dan setelah papi mu yang kebo itu bangun, tentunya." Soraya terkekeh. "Have fun!"

Shakira tersenyum kemudian mencium pipi Ibunya, gadis itu segera berlari keluar rumah. Shakira memang jarang bertemu orang tuanya, seperti orang sibuk lainnya, mereka pun jarang ada di rumah. Terkadang di sini, terkadang di sana. Namun, Shakira sudah paham, apa yang orang tuanya lakukan demi masa depannya.

Shakira bersyukur keluarganya tetap harmonis meskipun mereka sangat jarang berkumpul bersama. Walau terkadang ia kesepian, karena Shakira adalah anak tunggal, tapi itu tidak bisa Shakira jadikan alasan untuk marah terhadap orang tuanya.

"Wah, kita emang sehati banget, ya? Gue ke sini mau ngajak lo olahraga bareng," ucap Daniel tepat di telinga Shakira membuat gadis itu menjerit.

"Lo kok bisa masuk?!" teriak Shakira dengan suara delapan oktav-nya.

"Ya bisa, lah. Satpam lo yang nyuruh gue masuk," ucap Daniel seraya menampilkan senyum kebanggaannya.

"Astagfirullah, Shasha sayang! Kenapa kamu teriak pagi-pagi begini?" Soraya tiba dengan membawa pisau buah di genggamannya, matanya teralih pada sosok Daniel. "Eh, kamu siapa?" tanya Mama Shakira pada Daniel seraya mencondongkan pisau.

Daniel meneguk salivanya. "Pa-pacar Shakira, Tante."

"Ihh, bukan!" elak Shakira seraya menggeleng menatap Maminya.

"Yang bener yang mana ini?" tanya Soraya yang tak kunjung menurunkan pisaunya dari hadapan Daniel.

"Tante, ini turunin dulu pisaunya, dong. Ini muka ganteng karya Mama dan Papa saya nanti bisa lecet," ujar Daniel seraya menurunkan pisau itu dengan telunjuknya.

"Ini siapa sih, Sha?" tanya Soraya pada Shakira. Yang ditanya hanya menjawab dengan bahasa tubuh, 'orang gila'.

"Masa orang gila ganteng sama rapi begini?" ucap Soraya yang membuat Shakira menepuk jidatnya.

"Wah, masa pacar sendiri dikatain orang gila." Daniel menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan mendekat ke arah Soraya.

"Tante pasti Mamanya Shakira, ya?" tanya Daniel. "Kenalin tante, saya pacarnya Shakira. Kalau tante tanya saya punya apa sampe berani pacarin anak tante, jawabannya saya yang punya Indonesia."

Soraya ternganga, ia menatap putrinya yang sedang menggesekkan telunjukknya di jidat, bermaksud mengatai Daniel gila.

"Tante nggak niat nanya nama panjang saya, nih?" tawar Daniel.

Soraya kembali melirik ke arah Shakira, dan gadis itu kini tengah melambai-lambai. Memerintah Ibunya untuk menolak. Seperti perintah Shakira, Soraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Wah, sayangnya saya nggak nerima penolakan, Tante." Daniel tersenyum manis. "Saya Daniel Manggala Wdyatmaja, nama Ayah saya Sultan Adipati Bramasta, nama Ibu saya Cleopatra Wdyatmaja, Nama Kakek saya Farrel Manggala Wdyatmaja, dan nama nenek saya Aretha Maharani Alexis."

"W-wdyatmaja? Bramasta? Alexis?" ulang Soraya seraya ternganga. "Kamu anak Sulthan?"

"Betul, tapi Tante, nama Papa saya itu Sultan bukan Sult han." koreksi Daniel. "Jadi gimana tante, saya boleh pacaran sama Shakira?"

Soraya langsung mengangguk. "Boleh dong, nggak mau sekalian nikahin?"

"Nikah muda kata Mama saya nggak enak, Tante. Nanti aja." Daniel mengedipkan sebelah matanya. "Shakira boleh saya bawa pergi nggak, Tan?"

"Oh, iya boleh-boleh!" Soraya mengangguk-angguk. "Jangan sampai lecet, ya."

"Jangankan lecet, debu aja saya usir kalau berani sentuh Shakira," ucap Daniel yang membuat Shakira memasang gesture ingin muntah.

Dengan raut wajah songong yang menampakkan jelas bahwa ia sudah menang, Daniel menarik pelan tangan Shakira menuju mobil yang sengaja ia bawa khusus.

"Mami!" teriak Shakira pasrah saat tangannya ditarik Daniel.

"Dennis, tolong jagain Shasha, ya!" teriak Soraya seraya melambai.

Daniel menoleh ke arah Shakira. "Bilangin sama nyokap lo, nama gue Daniel bukan Dennis. Nama udah keren gini pake acara diganti."

Apa lelaki di hadapan Shakira ini tidak sadar, kalau ia juga sering mengganti nama orang sembarangan?

"Masuk," titah Daniel seraya membukakan pintu mobilnya.

Shakira masuk dengan terpaksa, setelah Daniel masuk, Shakira menarik tubuh lelaki itu untuk menatapnya.

"Lo mau ngajak gue ke mana, sih? Gue udah ada janji latihan Dance!"

"Gue mau ngajak lo olahraga, biar sehat. Tapi kayaknya dance lebih bikin berkeringat, di mana tempat latihannya?"

"Engga, engga, engga. Gue nggak mau dianter sama lo." Shakira menggeleng seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Iya, iya, iya. Kalau lo nggak mau dianter sama gue, kita bakalan ada di dalem sini semaleman." Daniel mengikuti gaya bicara Shakira, lengkap dengan gesture-nya.

Saat Shakira hendak berbicara lagi, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia segera merogoh tas kecilnya, mencari benda pipih tersebut, kemudian segera mengangkat telpon dari sahabatnya, Adelia.

"Sha, lo di mana, sih?! Kita udah nunggu satu jam di sini," sambar Adelia begitu Shakira mengangkat teleponnya.

"Duh, iya-iya, sorry. Gue on the way nih," sahut Shakira seraya menatap sebal ke arah Daniel.

"Lo on the way udah di jalan, apa on the way baru mau mandi?" tanya Adel.

"Di jalan kok, di jalan. Udah dulu, ya!" Shakira langsung mematikan sepihak teleponnya.

Daniel memasang raut wajah penuh kemenangannya, kemudian kembali menoleh pada Shakira, menunggu kalimat yang lagi-lagi akan membuat Daniel menang.

"So?" tanya Daniel.

Shakira menarik panjang napasnya, menatap tajam ke arah Daniel. "Studio ceria." ucap Shakira dengan malas.

"Mukanya jangan kusut gitu, dong. Kan mau ke studio ceria." Daniel terkekeh geli, sedangkan Shakira merengut kesal.

**

Mata Daniel tidak berhenti berkedip saat Shakira menari dengan lincah di hadapannya. Setelah bernegosiasi dan memaksa masuk sampai ke dalam studio, Daniel menang dan akhirnya dapat menyaksikan proses latihan Shakira. Mulai dari memilih lagu, sampai menentukan gerakan. Gadis itu terlihat fokus dan serius, berbeda saat ia bertemu dengan Daniel, seperti gadis PMS yang sedang kelaparan.

"Oke, girls. Latihan hari ini cukup," ucap sang pelatih yang sedikit gemulai.

Shakira berjalan ke arah Daniel, bukan karena ia ingin menghampiri lelaki itu, namun karena tasnya berada pada Daniel.

"Tas," ucap Shakira seraya menunjuk tasnya dengan dagu.

"Tas aku dong, sayang. Gitu cara minta yang bener ke pacar, manis dikit, dong." sahut Daniel yang tidak memberikan tas Shakira.

"Ih, gue haus, Daniel! Gue juga udah keringetan, tas gue buruan!" pinta Shakira dengan kesal.

"Cewek kalau lagi keringetan itu cantik, jadi nggak papa lo keringetan. Lagian keringetan itu sehat," ujar Daniel seraya terkekeh.

"Daniel, gue lagi males berantem. Tas gue," ucap Shakira dengan suaranya yang merendah. Ia terlalu lelah untuk mengamuk pada lelaki itu.

"Karena gue ganteng, tidak sombong dan baik hati, nih." Daniel menyodorkan tas kecil berwarna hitam itu pada Shakira.

Shakira menerimanya tanpa berkomentar apa-apa, ia langsung membuka tasnya, mengambil handuk dan menggantungkannya di leher, kemudian meraih botol minum dan langsung meneguk isi botol itu tanpa jeda.

Daniel yang sejak tadi memerhatikan pergerakan Shakira, tanpa sadar melamun. Sialan, mengapa dari bawah sini, gadis itu nampak sangat mengagumkan.

Daniel segera berdiri, menyamakan tingginya dengan Shakira, menghilangkan segala pikirannya yang menjerumus ke mana-mana. Ia segera melepaskan jaket kulit berwarna hitam yang ia kenakan, kemudian menyampirkan jaket itu di pinggang Shakira tanpa seizin gadis itu.

"Lo ngapain?" tanya Shakira bingung.

"Kalau lo latihan lagi, jangan pakai celana pendek begini lagi." Daniel menatap tajam mata Shakira. "Gue cowok normal yang suka cewek sexy, tapi gue benci saat tau kenyataan kalau cewek sexy itu statusnya pacar gue."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel