Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

"Perempuan harus dijaga bukan karena mereka makhluk lemah, tapi karena menjaga memang tugas lelaki."

-cantikazhr-

Daniel menatap rumah minimalist di hadapannya, pagar yang menjadi penghalang antara Daniel dan rumah itu sudah terkunci rapat. Wajar, mengingat ini sudah terlalu malam untuk 'bertamu'.

Lelaki itu menatap paper bag yang ada di genggamannya, kemudian ia menertawakan dirinya sendiri. Untuk apa sih semua sikapnya ini?

Saat hendak menyalakan mesin motornya, Daniel mendengar suara teriakan paman bakso diiringi ketukan mangkok dan garpu yang menjadi penanda bahwa ada tukang bakso yang ingin lewat.

Mengingat perutnya yang belum diisi sejak pagi, Daniel berniat menghadang tukang bakso tersebut. Tidak lama, sang paman beserta gerobaknya mendekat ke arah Daniel.

"Abang tukang bakso, mari-mari sini!" Daniel bersenandung, tak lupa tangannya yang bergerak membuat gesture memanggil.

"Siap, Pak Bos!" Abang Tukang Bakso itu mendekati Daniel.

"Wah, ajib. Ada mie ayam nggak, Pak?" tanya Daniel.

"Ya allah, Mas. Ini tulisan di gerobak saya kurang gede kalau saya cuman jual Bakso?" tanya sang Abang.

Daniel terkikik geli. "Yaudah lah, Baksonya satu."

"Siap!" Abang itu bergerak menurunkan kursi yang ia letakkan di atas gerobaknya untuk diduduki Daniel. "Duduk dulu, Mas."

Daniel mengangguk, kemudian duduk dan memainkan ponselnya selagi menunggu baksonya siap.

"Mas-nya ngapain di sini malem-malem?" tanya sang Abang.

"Mau nemuin pacar, Bang. Tapi udah kemaleman," sahut Daniel yang masih terfokus pada layar ponselnya.

"Pacar?" Abang Tukang bakso melirik ke arah rumah di sebelahnya. "Yang punya rumah ini, Mas?"

Daniel mendongak kemudian mengangguk. "Kenal, Bang?"

"Yo kenal toh, Mas. Orang Mba Shasha itu langganan saya, nih liat aja bentar lagi juga nongol," jelas Abang tukang bakso tersebut.

"Bapak tau darimana dia bentar lagi bakalan keluar?"

"Orangnya udah sms saya tadi, Mas. Langganan pokoknya, Mba Shasha suka makan bakso tengah malem."

Mata Daniel berbinar, ditambah saat suara pagar yang dibuka menampilkan sosok Shakira dengan balutan baby doll-nya.

"Bakso aku mana, Bang?" tanya Shakira yang belum sadar bahwa ada Daniel di sana.

"Bentar yah, Neng. Ini bikinin Mas-nya dulu," ujar Abang penjual bakso itu seraya menunjuk Daniel dengan dagunya.

Mata Shakira menoleh pada apa yang ditunjuk oleh Abang tukang bakso. Kemudian, ia terbelak seketika.

"Lo ngapain di sini?!" tanya Shakira dengan nada suaranya yang meninggi.

"Suka-suka gue, lah. Emang lo yang punya jalanan ini?" sahut Daniel seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Lo liat itu nginjek pekarangan rumah gue, berarti punya gue!" Maki Shakira seraya melotot.

Bukannya menjauh, Daniel malah terkekeh geli. Ia mendekati Shakira, kemudian menyentil dagu gadis itu. "Gaboleh galak-galak sama pacar, durhaka."

"Ih, jangan pegang-pegang!" Shakira menebas kasar tangan Daniel, kemudian kembali melotot galak.

"Itu nyentuh, bukan megang. Sini, gue contohin gimana itu megang," ujar Daniel yang langsung meraih tangan Shakira dan menggenggamnya.

"Nah, ini. Ini bukan megang tapi, ini namanya menggenggam." Daniel terkekeh seraya mengangkat tangannya dan Shakira yang bertautan.

Shakira segera melepaskan genggaman Daniel yang tak begitu kuat itu, kemudian membersihkan tangannya dengan kain baju tidurnya.

"Gila!"

"Udah dibilangin, ngatain pacar itu durhaka. Mau ya nanti ada judul FTV, adzab seorang gadis yang suka mengatai pacarnya. Beuh, mau?"

Shakira sudah tak habis pikir. Bagaimana sih, caranya menghadapi makhluk sejenis Daniel Manggala Wdyatmaja ini? Digalakin saja dia begini, melunjak. Apalagi dilembutin, huh Shakira tidak dapat membayangkan.

"Neng sama Mas-nya jangan berantem mulu, dong. Ini baksonya bagaimana, siapa yang bayar?" celetuk Abang Tukang bakso yang sejak tadi memerhatikan tingkah Shakira dan Daniel.

"Sebagai lelaki sejati yang banyak duit, baik hati, ganteng dan tidak sombong, saya yang bayar, berapa?" sahut Daniel seraya mengeluarkan dompetnya yang tebal.

"Ih, nggak! Gue mampu bayar bakso gue sendiri!" sungut Shakira.

"Nggak usah gengsi deh, Sha-jiku." olok Daniel, kemudian memberikan uang senilai lima puluh ribu kepada Abang tukang bakso. "Ambil aja kembaliannya, Mas."

"Wah, kalau gitu tiap hari aja beli bakso di saya ya, Mas." canda Abang tukang bakso.

"Kalau saya makan bakso tiap hari, yang ada badan saya bulet, Bang. Kayak yang di sebelah saya, nih."

Shakira melotot. "Lo ngatain gue bulet?!"

"Enggak tuh, ngerasa ya, Sha-jiku?" Daniel terkekeh geli.

"Yaudah lah, lanjut kan saja berantemnya. Saya mau lanjut keliling dulu, besok jangan lupa beli lagi ya, Mas!" Abang itu pun langsung melesat pergi dengan mendorong gerobaknya, menyisakan Daniel dan Shakira di sana.

"Pulang sana!" usir Shakira seraya mengibaskan tangannya.

"Bentar," ujar Daniel yang kemudian berlari ke arah motornya, lalu kembali dengan paper bag di genggamannya. "Nih." Daniel menyerahkan paper bag itu pada Shakira.

"Apaan, nih?" tanya Shakira seraya menatap curiga paper bag itu tanpa mengambilnya dari tangan Daniel.

"Bangkai tikus," jawab Daniel asal.

Shakira memasang wajah marahnya, tidak lupa mata besarnya yang melotot pada Daniel. Sedangkan yang dipelototi hanya tertawa. Dasar Daniel.

"Nggak lah, yakali." Lelaki itu menggelengkan kepalanya.

"Terus, isinya apaan?" tanya Shakira dengan malas.

"Cie, kepo." Daniel kembali terkekeh, membuat Shakira semakin naik darah.

"Bodo." Shakira segera berbalik, hendak masuk ke dalam rumah, namun Daniel berhasil menahan tangannya.

"Tunggu," ujar Daniel yang beralih posisi mengambil tepat di hadapan gadis itu. "Ini paper bag isinya seragam, lebih tepatnya kemeja putih. Punya lo itu terlalu tipis, makanya waktu keringetan bisa tembus. Besok jangan pake punya lo lagi, pake yang ini. Lebih tebal, dan ukurannya nggak pas-pasan. Cowok lain nggak boleh liat tubuh lo."

Shakira hanya bisa terperangah mendengarkan ucapan Daniel dan raut wajah lelaki itu yang terlihat serius, menghilangkan tampang tengilnya yang minta ditabok setiap saat.

"Yaudah, gue pulang. Inget ya, besok pake seragam yang gue kasih. Jangan pake punya lo, dan jangan lupa besok gue jemput." Daniel mengacak rambut Shakira, membuat gadis itu mematung hingga Daniel menaiki motor besarnya dan melesat pergi menghilang dari halaman rumah Shakira.

To "Perempuan harus dijaga bukan karena mereka makhluk lemah, tapi karena menjaga memang tugas lelaki."

-cantikazhr-

Daniel menatap rumah minimalist di hadapannya, pagar yang menjadi penghalang antara Daniel dan rumah itu sudah terkunci rapat. Wajar, mengingat ini sudah terlalu malam untuk 'bertamu'.

Lelaki itu menatap paper bag yang ada di genggamannya, kemudian ia menertawakan dirinya sendiri. Untuk apa sih semua sikapnya ini?

Saat hendak menyalakan mesin motornya, Daniel mendengar suara teriakan paman bakso diiringi ketukan mangkok dan garpu yang menjadi penanda bahwa ada tukang bakso yang ingin lewat.

Mengingat perutnya yang belum diisi sejak pagi, Daniel berniat menghadang tukang bakso tersebut. Tidak lama, sang paman beserta gerobaknya mendekat ke arah Daniel.

"Abang tukang bakso, mari-mari sini!" Daniel bersenandung, tak lupa tangannya yang bergerak membuat gesture memanggil.

"Siap, Pak Bos!" Abang Tukang Bakso itu mendekati Daniel.

"Wah, ajib. Ada mie ayam nggak, Pak?" tanya Daniel.

"Ya allah, Mas. Ini tulisan di gerobak saya kurang gede kalau saya cuman jual Bakso?" tanya sang Abang.

Daniel terkikik geli. "Yaudah lah, Baksonya satu."

"Siap!" Abang itu bergerak menurunkan kursi yang ia letakkan di atas gerobaknya untuk diduduki Daniel. "Duduk dulu, Mas."

Daniel mengangguk, kemudian duduk dan memainkan ponselnya selagi menunggu baksonya siap.

"Mas-nya ngapain di sini malem-malem?" tanya sang Abang.

"Mau nemuin pacar, Bang. Tapi udah kemaleman," sahut Daniel yang masih terfokus pada layar ponselnya.

"Pacar?" Abang Tukang bakso melirik ke arah rumah di sebelahnya. "Yang punya rumah ini, Mas?"

Daniel mendongak kemudian mengangguk. "Kenal, Bang?"

"Yo kenal toh, Mas. Orang Mba Shasha itu langganan saya, nih liat aja bentar lagi juga nongol," jelas Abang tukang bakso tersebut.

"Bapak tau darimana dia bentar lagi bakalan keluar?"

"Orangnya udah sms saya tadi, Mas. Langganan pokoknya, Mba Shasha suka makan bakso tengah malem."

Mata Daniel berbinar, ditambah saat suara pagar yang dibuka menampilkan sosok Shakira dengan balutan baby doll-nya.

"Bakso aku mana, Bang?" tanya Shakira yang belum sadar bahwa ada Daniel di sana.

"Bentar yah, Neng. Ini bikinin Mas-nya dulu," ujar Abang penjual bakso itu seraya menunjuk Daniel dengan dagunya.

Mata Shakira menoleh pada apa yang ditunjuk oleh Abang tukang bakso. Kemudian, ia terbelak seketika.

"Lo ngapain di sini?!" tanya Shakira dengan nada suaranya yang meninggi.

"Suka-suka gue, lah. Emang lo yang punya jalanan ini?" sahut Daniel seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Lo liat itu nginjek pekarangan rumah gue, berarti punya gue!" Maki Shakira seraya melotot.

Bukannya menjauh, Daniel malah terkekeh geli. Ia mendekati Shakira, kemudian menyentil dagu gadis itu. "Gaboleh galak-galak sama pacar, durhaka."

"Ih, jangan pegang-pegang!" Shakira menebas kasar tangan Daniel, kemudian kembali melotot galak.

"Itu nyentuh, bukan megang. Sini, gue contohin gimana itu megang," ujar Daniel yang langsung meraih tangan Shakira dan menggenggamnya.

"Nah, ini. Ini bukan megang tapi, ini namanya menggenggam." Daniel terkekeh seraya mengangkat tangannya dan Shakira yang bertautan.

Shakira segera melepaskan genggaman Daniel yang tak begitu kuat itu, kemudian membersihkan tangannya dengan kain baju tidurnya.

"Gila!"

"Udah dibilangin, ngatain pacar itu durhaka. Mau ya nanti ada judul FTV, adzab seorang gadis yang suka mengatai pacarnya. Beuh, mau?"

Shakira sudah tak habis pikir. Bagaimana sih, caranya menghadapi makhluk sejenis Daniel Manggala Wdyatmaja ini? Digalakin saja dia begini, melunjak. Apalagi dilembutin, huh Shakira tidak dapat membayangkan.

"Neng sama Mas-nya jangan berantem mulu, dong. Ini baksonya bagaimana, siapa yang bayar?" celetuk Abang Tukang bakso yang sejak tadi memerhatikan tingkah Shakira dan Daniel.

"Sebagai lelaki sejati yang banyak duit, baik hati, ganteng dan tidak sombong, saya yang bayar, berapa?" sahut Daniel seraya mengeluarkan dompetnya yang tebal.

"Ih, nggak! Gue mampu bayar bakso gue sendiri!" sungut Shakira.

"Nggak usah gengsi deh, Sha-jiku." olok Daniel, kemudian memberikan uang senilai lima puluh ribu kepada Abang tukang bakso. "Ambil aja kembaliannya, Mas."

"Wah, kalau gitu tiap hari aja beli bakso di saya ya, Mas." canda Abang tukang bakso.

"Kalau saya makan bakso tiap hari, yang ada badan saya bulet, Bang. Kayak yang di sebelah saya, nih."

Shakira melotot. "Lo ngatain gue bulet?!"

"Enggak tuh, ngerasa ya, Sha-jiku?" Daniel terkekeh geli.

"Yaudah lah, lanjut kan saja berantemnya. Saya mau lanjut keliling dulu, besok jangan lupa beli lagi ya, Mas!" Abang itu pun langsung melesat pergi dengan mendorong gerobaknya, menyisakan Daniel dan Shakira di sana.

"Pulang sana!" usir Shakira seraya mengibaskan tangannya.

"Bentar," ujar Daniel yang kemudian berlari ke arah motornya, lalu kembali dengan paper bag di genggamannya. "Nih." Daniel menyerahkan paper bag itu pada Shakira.

"Apaan, nih?" tanya Shakira seraya menatap curiga paper bag itu tanpa mengambilnya dari tangan Daniel.

"Bangkai tikus," jawab Daniel asal.

Shakira memasang wajah marahnya, tidak lupa mata besarnya yang melotot pada Daniel. Sedangkan yang dipelototi hanya tertawa. Dasar Daniel.

"Nggak lah, yakali." Lelaki itu menggelengkan kepalanya.

"Terus, isinya apaan?" tanya Shakira dengan malas.

"Cie, kepo." Daniel kembali terkekeh, membuat Shakira semakin naik darah.

"Bodo." Shakira segera berbalik, hendak masuk ke dalam rumah, namun Daniel berhasil menahan tangannya.

"Tunggu," ujar Daniel yang beralih posisi mengambil tepat di hadapan gadis itu. "Ini paper bag isinya seragam, lebih tepatnya kemeja putih. Punya lo itu terlalu tipis, makanya waktu keringetan bisa tembus. Besok jangan pake punya lo lagi, pake yang ini. Lebih tebal, dan ukurannya nggak pas-pasan. Cowok lain nggak boleh liat tubuh lo."

Shakira hanya bisa terperangah mendengarkan ucapan Daniel dan raut wajah lelaki itu yang terlihat serius, menghilangkan tampang tengilnya yang minta ditabok setiap saat.

"Yaudah, gue pulang. Inget ya, besok pake seragam yang gue kasih. Jangan pake punya lo, dan jangan lupa besok gue jemput." Daniel mengacak rambut Shakira, membuat gadis itu mematung hingga Daniel menaiki motor besarnya dan melesat pergi menghilang dari halaman rumah Shakira.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel