Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Intimidasi Dari Eros

Suasana di balkon semakin sunyi, hanya terdengar hembusan angin malam yang membawa aroma bunga dari taman di bawahnya. Audrea menatap ke depan, mencoba mengalihkan pikirannya dari kehadiran Eros yang berdiri begitu dekat di sisinya. Ia tahu, pria itu sedang menunggu jawaban. Namun memberi jawaban sama saja dengan mengakui bahwa ia tertarik, dan itu bukan hal yang ingin ia lakukan.

“Kau selalu memaksa orang berada dalam situasi sulit seperti ini?” Audrea akhirnya membuka suara, mencoba menjaga nadanya tetap datar.

“Memaksa? Aku hanya menawarkan pilihan.” Eros menatapnya dengan senyum tipis di wajahnya, seolah menikmati bagaimana Audrea berusaha tetap tenang. “Pergi, atau tetap di sini. Semudah itu.”

“Pilihanmu terdengar seperti jebakan.” Audrea berbalik menghadapnya, menatap lurus ke mata pria itu yang terlihat penuh keyakinan. “Jika aku pergi, kau akan menganggapku pengecut. Jika aku tetap di sini, kau akan menganggap itu sebagai bentuk ketertarikan.”

Eros tersenyum lebih lebar, merasa puas karena Audrea bisa membaca situasinya dengan baik. “Kau cerdas. Itu hal lain yang membuatku semakin ingin mengenalmu.”

“Aku tidak tertarik untuk dikenal lebih jauh.” Audrea melipat tangan di depan dada, mencoba menciptakan jarak yang terasa semakin tipis setiap kali Eros berbicara. “Lagipula, aku yakin ada banyak wanita di dalam sana yang akan dengan senang hati menerima perhatianmu.”

“Aku tidak mengejar banyak wanita, Audrea. Aku mengejarmu.” Nada suara Eros terdengar lebih serius, membuat Audrea sedikit terdiam. “Dan aku tidak peduli berapa kali kau mencoba menolakku, aku tetap akan mencari cara untuk mendekat.”

“Kau terlalu percaya diri.” Audrea menggeleng pelan, merasa harus segera mengakhiri percakapan ini sebelum semuanya semakin rumit. “Bukan semua orang bisa kau dapatkan dengan mudah.”

“Aku tidak pernah berkata bahwa aku ingin sesuatu yang mudah. Aku justru menikmati tantangan seperti ini.” Eros berjalan mendekat, menghentikan langkahnya tepat di depan Audrea, membuat wanita itu harus mendongak sedikit untuk tetap menatapnya. “Katakan padaku satu alasan mengapa aku harus berhenti mengejarmu.”

Audrea terdiam sejenak, menimbang setiap kata yang akan keluar dari mulutnya. Ia tahu pria ini bukan orang yang mudah menyerah, dan menolaknya secara terang-terangan hanya akan membuat segalanya semakin buruk. “Karena aku bukan tipe wanita yang mencari hubungan singkat. Aku tidak tertarik pada pria yang hanya ingin bermain-main.”

“Siapa bilang aku hanya ingin bermain-main?” balas Eros dengan nada rendah, hampir seperti bisikan yang dibawa angin malam. “Kau terlalu cepat menyimpulkan, Audrea.”

Audrea menghela napas panjang, merasa tak punya cara lain untuk melawan pria yang begitu yakin dengan setiap ucapannya. “Jadi, kau benar-benar serius?”

“Lebih dari yang kau bayangkan.” Eros menatapnya lekat, seolah ingin memastikan bahwa Audrea memahami maksudnya. “Aku tidak tahu apa yang membuatku tertarik padamu. Mungkin sikap dinginmu, mungkin caramu menatapku dengan sinis, atau mungkin cara kau mencoba menjauh setiap kali aku mendekat. Tapi yang jelas, aku ingin lebih dari sekadar percakapan singkat ini.”

Audrea menelan ludah perlahan, mencoba menjaga ekspresinya tetap tenang meski hatinya bergejolak. Ia tak tahu apakah harus merasa tersanjung atau justru khawatir. “Kau tidak tahu apa pun tentangku, Eros.”

“Kalau begitu, biarkan aku mengetahuinya.” Eros tersenyum tipis, tatapannya tidak lagi sekadar menggoda, tetapi penuh ketegasan. “Berikan aku kesempatan untuk mengenalmu, dan jika pada akhirnya kau tetap tidak tertarik, aku akan mundur.”

“Kau serius?” Audrea menatapnya dengan alis terangkat, tidak yakin apakah pria di depannya benar-benar mengatakan hal itu atau hanya bagian dari permainan liciknya.

“Aku selalu serius dengan apa yang kuinginkan.” Eros mengulurkan tangan, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar sentuhan. “Dan kali ini, aku menginginkanmu.”

Audrea terdiam, menatap tangan Eros yang terulur di hadapannya, seolah menunggu jawaban yang akan menentukan bagaimana cerita ini berlanjut. Ia tahu, menerima uluran tangan itu berarti membuka pintu bagi sesuatu yang tidak pasti, sesuatu yang mungkin saja akan berakhir dengan luka. Namun menolak berarti mengabaikan rasa penasaran yang sejak tadi mengganggu pikirannya.

Dengan napas berat, Audrea akhirnya berkata, “Aku tidak percaya pada janji-janji manis, Eros.”

“Bagus,” balas Eros cepat. “Aku tidak berjanji apa pun, kecuali satu hal—aku akan membuatmu percaya bahwa kau tidak salah membiarkanku mengenalmu.”

Langit malam mulai gelap sempurna ketika Audrea melangkah keluar dari hotel, meninggalkan suasana pesta yang semakin meriah di belakangnya. Udara malam yang sejuk menyambutnya, sedikit membantu meredakan debar jantungnya yang sejak tadi belum benar-benar tenang. Pertemuan dengan Eros Alvarro masih membekas jelas di pikirannya—sikap pria itu, tatapan tajamnya, dan terutama cara bicaranya yang penuh keyakinan.

"Aku tidak boleh terlalu memikirkan ini," gumam Audrea pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ia segera memesan taksi melalui ponselnya dan menunggu di tepi jalan.

---

Setibanya di apartemen mewahnya yang terletak di jantung kota, Audrea langsung melepas sepatu hak tinggi yang membuat kakinya terasa lelah. Lantai kayu yang dingin terasa nyaman di bawah telapak kakinya. Ia berjalan ke arah dapur, menuang segelas air putih, lalu menyesapnya perlahan. Pikiran tentang Eros masih saja memenuhi benaknya.

“Dia benar-benar pria yang sulit ditebak…” Audrea menaruh gelas di meja, kemudian melangkah menuju ruang tamu, membiarkan tubuhnya tenggelam di sofa empuk berwarna krem. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya sibuk memutar kembali percakapan mereka di balkon.

Ia menghela napas panjang, merasa kesal pada dirinya sendiri. “Aku tidak seharusnya terpengaruh.”

Ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja, membuatnya terlonjak sedikit. Dengan malas, Audrea meraih ponsel itu dan membaca pesan yang baru masuk.

Eros: “Sudah sampai di rumah?”

Audrea menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. Ia tidak ingat pernah memberi tahu pria itu nomor ponselnya. Jemarinya mengetik balasan cepat sebelum ia sadar bahwa sebenarnya ia tak perlu merespons.

Audrea: “Bagaimana kau mendapatkan nomorku?”

Tidak butuh waktu lama hingga ponselnya kembali bergetar.

Eros: “Aku punya banyak cara, Audrea. Dan seperti yang kukatakan, aku tidak mudah menyerah.”

Audrea menggeleng, merasa antara kesal dan bingung. Pria ini benar-benar tidak tahu batas, pikirnya. Namun entah kenapa, ia tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya.

Sebelum ia bisa membalas pesan itu, ponselnya kembali bergetar, kali ini panggilan masuk dari nomor yang sama. Audrea ragu sejenak sebelum akhirnya menggeser layar untuk menerima panggilan.

“Kau selalu seenaknya, ya?” Audrea membuka percakapan dengan nada setengah jengkel.

“Bukankah itu yang membuatku menarik?” balas Eros di seberang sana dengan nada santai yang membuat Audrea ingin memutar bola matanya.

“Aku tidak punya waktu untuk pria yang suka mengganggu malam tenangku.” Audrea mencoba terdengar tegas, tetapi Eros hanya tertawa kecil.

“Malam yang tenang pasti membosankan tanpa sedikit gangguan dariku. Ngomong-ngomong, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Kau pulang sendirian, kan?”

“Ya, dan aku baik-baik saja. Sekarang, kalau tidak ada hal penting, aku ingin tidur.”

“Aku akan membiarkanmu tidur, tapi ini bukan akhir dari percakapan kita, Audrea.”

“Kalau itu ancaman, aku tidak terkesan.”

“Bukan ancaman. Itu janji.” Suara Eros terdengar rendah dan penuh keyakinan, membuat Audrea harus berusaha keras menjaga nada suaranya tetap dingin.

“Selamat malam, Eros,” balas Audrea singkat sebelum memutus panggilan, meletakkan ponselnya di meja, dan bersandar kembali di sofa.

Namun, meski ia mencoba memejamkan mata, suara Eros masih terngiang-ngiang di kepalanya, membuat malam yang ia harap bisa tenang berubah menjadi penuh kegelisahan. Audrea tahu, ini baru permulaan dari sesuatu yang mungkin tak pernah ia duga sebelumnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel