Bab 8 DJ 7
"Pak Mike!" gumam Pupe ketika bertemu pandang dengan Mike yang tersenyum melihatnya di dekat pintu. Tersenyum manis, Nisa menghampiri Pupe yang terkejut melihat kedatangan mereka dan menatap secara bergantian serta terkesiap ketika Nisa sudah berada di hadapannya.
"Dengan Kak Pupe?" ucap Nisa dengan suara lembutnya bertanya memastikan. Pupe mengerjapkan mata berkali-kali dan tak henti-hentinya menatap sosok Mike yang hanya tersenyum tipis di samping Aldy.
"I-iya. Saya Pupe!" jawab Pupe sedikit terbatah. Tanpa ragu, Nisa mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Pupe yang langsung menyambut uluran tangannya tersebut.
"Kenalkan, saya Nisa, adik dari Kak Mike!" kata Nisa tanpa mengurangi senyum manisnya yang terus terukir.
"Saya Pupe," sahutnya pelan. Di belakang Nisa, Aldy yang tengah berdiri berdampingan dengan Mike langsung maju ke depan menghampiri Nisa dan mengulurkan tangan pada Pupe.
"Saya Aldy, suami Nisa!" ucap Aldy memperkenalkan diri. Pupe menyambutnya dengan mengulas senyum, walaupun sebenarnya dalam hati dia merasa bingung kenapa Mike datang membawa rombongan ke rumah sakit.
Setelahnya, baik Nisa maupun Aldy menoleh ke belakang di mana Mike masih berdiri dan terdiam. Sedangkan Pupe juga nampak diam hingga akhirnya Mike menghampiri mereka.
"Kami datang ingin melihat kondisi Ibu. Apa semua berjalan dengan baik?" tanya Mike yang berdiri di sebelah ranjang di mana Lusiana sedang tertidur.
"Alhamdulillah, Ibu baik-baik saja, Pak!" sahut Pupe menatap ibunya.
Melihat reaksi Mike yang terlihat akrab dengan Pupe dan begitu perhatian pada Lusiana, Nisa dan Aldy saling pandang. Mereka yakin jika hubungan keduanya sudah terlalu jauh dan bukan hanya sampai hubungan badan saja serta bernilai 100 juta.
"Silakan duduk, Pak. Maaf, sampai lupa menawarkan," ujar Pupe tak enak hati membiarkan mereka berdiri terus menerus.
Sebelum duduk, Nisa menyerahkan sebuah parcel pada Pupe yang diterima dan diletakkannya di meja bersebelahan dengan ranjang di mana Lusiana terbaring. Pupe mengambil tiga botol air mineral ukuran kecil dan meletakkan di meja agar mereka dapat meminumnya dan ikut duduk bergabung dengan mereka pula.
"Oya, Kak. Apa tak ada keluhan apa pun yang dirasakan oleh Ibu setelah operasi?" tanya Nisa lagi setelah Pupe mendudukkan tubuhnya di kursi berhadapan dengan mereka.
"Alhamdulillah tidak. Hanya nyeri saja karena luka jahitan, tapi sudah diberi obat, kok!" sahut Pupe pelan. Terlihat mereka mengangguk tanda paham dan sesekali menoleh pada ranjang di mana Lusiana masih belum bangun dari tidurnya karena baru terlelap sekitar sejam yang lalu.
"Kak Pupe kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu, jangan sungkan kasih tahu Icha, ya!" ucap Nisa jelas.
Pupe yang mendengar ucapan Nisa tentu merasa sungkan dan tak enak hati. Walaupun sebenarnya cenderung bingung kenapa adik dari pria yang menolongnya begitu baik dan perhatian. Ada apa pikirnya dalam hati.
"Iya, terima kasih."
"Kak, sebenarnya kedatangan kami ke sini selain untuk menjenguk Ibu, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Apa Kak Pupe tak keberatan kalau Icha bertanya?" ujar Nisa menatap serius pada Pupe yang terlihat kaget.
Pupe terdiam, jari-jarinya saling bertautan satu sama lain karena mendadak hatinya cemas. Pupe khawatir dan tak siap mendengar pertanyaan adik dari Mike yang begitu cantik dan imut di hadapannya kini menatap tanpa berkedip.
"Bagaimana ini? Apa dia akan marah karena tahu Pak Mike memberikan uang itu untuk Ibu? Kalau dia minta kembalikan secepatnya, dari mana dapat uang sebanyak itu? Ya Allah, harus apa sekarang?" jerit hati Pupe yang sudah berandai-andai.
Perlahan kepalanya yang tertunduk menatap pada Lusiana dan beralih ke Nisa yang kini menatapanya bingung. Nisa melihat seketika gurat sedih di wajah Pupe kini.
"Kak!" gumam Nisa pelan.
"Maafkan saya. Untuk saat ini, saya belum bisa kembalikan uang itu. Jika sudah mendapat pekerjaan, saya akan menggantinya dengan cara mencicil. Hmm … maafkan saya sudah mengganggu kalian dan saya mohon jangan katakan pada Ibu karena dia tak tahu apa-apa. Saya janji akan mengganti kelebihan uang itu secepatnya!" ujar Pupe dengan suara lirihnya. Mendengar kalimat itu, dengan cepat Nisa bangun dari posisinya dan duduk di sebelah Pupe serta memeluk bahunya.
"Kak Pupe bicara apa? Kami tak ada niat bahas itu, kok. Jangan khawatirkan tentang uang itu!" tutur Nisa menatap Pupe dengan jarak dekat kini. Pupe menoleh kaget pada Nisa yang berujar barusan.
"Ma-maksudnya?" kata Pupe bingung.
"Uang Kak Mike banyak. Kalau hanya 100 juta tidak akan membuatnya bangkrut, Kak!" sahut Nisa terkekeh geli melirik Mike yang duduk tenang seperti di pantai menikmati panorama bikini yang berlalu lalang.
"Kamu jangan khawatir tentang uang itu. Aku sarankan, kamu minta sekalian yang banyak dari Mike. Semua kalau perlu!" timpal Aldy cekikikan melirik Mike yang masih diam dan hanya melirik malas.
"Hah? Tapi saya jual 50 juta, kok, sisanya ditambahin, dan saya tahu itu pasti dianggap hutang!" sahut Pupe dengan polosnya membuat Nisa dan Aldy cekikikan.
"Benar apa yang dibilang Kak Al barusan. Minta yang banyak saja, kalau perlu ambil saja semua isi dompetnya, Kak!" lanjut Nisa memberi saran pada Pupe.
"Itu mah kamu, Sayang. Sukanya sisain uang 50 ribu di dompet aku kalau sedang ngambek!" sahut Aldy membocorkan kebiasaan Nisa saat sedang marah padanya.
"Biarin. Lagian rese!" jawab Nisa kesal.
"Untung cinta banget aku sama kamu," gumam Aldy mengerucutkan bibirnya.
Pupe yang mendengar celoteh sepasang suami istri hanya mampu tersenyum. Lucu sekali menurutnya pasangan suami istri itu cara bertengkarnya. Sudah istrinya cantik, suaminya pun tampan sekali. Apalagi pria yang sejak tadi diam, benar-benar tampan juga misterius.
"Pokoknya Kak Pupe jangan pikirkan tentang uang itu lagi, terlebih beranggapan kalau kami ke sini untuk menagihnya. Malahan, kalau sampai Kak Mike meminta uang itu balik, katakan pada Icha. Biar nanti Icha yang gebukin Kak Mike!" seru Nisa antusias membuat wajah Pupe yang awalnya tegang menjadi rileks dan tersenyum.
Di seberang meja, Mike yang mendapati Pupe tersenyum untuk pertama kalinya mendadak kejang-kejang di dalam hati. Matanya menatap tanpa kedip senyum yang terlihat karena kecomelan Nisa dan Aldy karena terus menyudutkannya. Hati Mike merasa sangat bahagia melihat Pupe yang tertawa mendengar guyonan mereka. Sesekali Mike terlihat mengulas senyum tanpa membuang waktu melihat Pupe yang nampak bahagia.
"Aku akan buat kamu bahagia, Pe!" Begitulah suara hati Mike di dalam diamnya. Tak banyak bicara dan membiarkan Nisa yang berbicara dan melakukan apa pun sesuai keinginannya.
"Lalu, sebenarnya apa yang ingin kalian tanyakan padaku kalau bukan tetang uang itu?" kata Pupe yang tersadar kembali akan maksud kedatangan mereka.
"O, itu. Maksud kedatangan kami ke sini adalah ingin melamar Kak Pupe!" jawab Nisa tersenyum lebar.
'Degg'
Jantung Pupe berdetak tak karuan. Matanya melotot mendengar ucapan Nisa. Apa katanya barusan? Melamar?
"Ma-maksudnya?" sahut Pupe terbatah.
Nisa menarik nafas. Semua mata tertuju pada Mike yang sedang sibuk membuka segel botol air mineral seolah tak ada hal serius yang menyambangi indra pendengarannya. Aldy melirik pada Nisa dan memberi kode agar melanjutkannya.
"Kak Pupe mau gak menikah sama Kak Mike?"