Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 DJ 6

‘Plak’

Sebuah raket nyamuk kembali mendarat di lengan Sopian yang menjerit kaget karena tersengat.

"Aduh, Dek. Kamu apa-apaan, sih? Raketnya nyala itu, kesetrum loh!" adu Sopian menatap raket nyamuk yang menyala.

"Biarin. Memang sengaja karena barusan ada nyamuk genit lagi cari anak perawan. Lihat saja, sekali lagi bicara itu nyamuk, Icha tabok pakai ini raket mulutnya!" ancam Nisa dengan mata melotot menatap Sopian yang perlahan mengerjap sadar dan menutup mulutnya rapat-rapat.

"Mampus lo, mampus!" seru Aldy bergumam tanpa suara menatap Sopian karena perusak otak anaknya sedang dibantai sang istri tercinta. Sedangakan Mike hanya menahan tawa dengan wajah yang sudah memerah karena Nisa mulai beraksi.

"Besok kita berangkat jam 9, Kak. Jangan pakai telat. Jangan pakai alasan sakit perut. Sekarang masuk kamar supaya besok tak kesiangan!" perintah Nisa keras pada Mike yang hanya mengangguk lemah.

"Baik, Nyonya!" jawab Mike pelan.

Mike bangun dari duduk santainya dengan wajah macam anak kecil dimarahi sang ibu. Melirik sesaat pada Sopian yang cengengesan, dia pun melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan tersebut untuk tidur.

"Dek, Kak Pian boleh ikut gak besok?" kata Sopian setelah Mike sudah tak terlihat.

"Mau ngapain ikut?" sahut Nisa cepat.

"Yakan mau lamaran. Acara lamaran itu biasanya bawa keluarga. Kak Pian biar jadi pendamping Kak Mike, gitu!" ujar Sopian merayu karena ingin ikut.

"Tak usah. Kak Pian di rumah saja sama anak-anak. Cukup Kak Al yang ikut menemani," terang Nisa memutuskan.

"Yah, kok gitu, sih, Dek. Kak Pian pengin ikut biar tahu cara melamar itu seperti apa gitu. Sekalian latihan!" sanggah Sopian masih ngotot.

"Pengin anter atau pengin ikut beli?" pungkas Nisa yang langsung membuat Sopian bungkam.

Aldy yang duduk di sebelah Nisa tak mampu lagi menahan tawanya, hingga terdengarlah kekehan dari Aldy melihat betapa kecewanya wajah Sopian yang diserang oleh Nisa tanpa celah.

"Sudah, sekarang semua masuk dan tidur. Tak ada nonton tv lagi. Dan buat Kak Al, malam ini tidur di luar!" cetus Nisa yang langsung melenggang meninggalkan Aldy yang terus berteriak.

"Sayang, Kak Al gak bisa tidur kalau tak peluk kamu. Sayang!" teriak Aldy yang diacuhkan oleh Nisa.

"Wkwkwk, peluk aku saja, Kak. Aku ikhlas, kok, bahkan digrepe-grepe!" ledek Sopian bergaya macam bencong di pinggir rel kereta.

"Najeeeess!"

......

Keesokan paginya, Nisa sudah bersiap. Setelah sarapan, anak-anak diajak jalan-jalan keluar rumah oleh Sopian. Rencananya, Sopian akan mengajak mereka ke toko kaset mencari film baru kesukaan mereka. Mike yang menjadi terdakwa terlihat begitu menawan. Aldy yang melihat Mike terus saja menebar senyum yang membuat Mike berdecih.

"Ciee yang mau lamaran!" ledek Aldy sumringah menatap Mike yang sudah rapi.

"Macam mau disunatin saja gue sama Icha. Begini amat orang mau lamaran!" sahut Mike bingung.

Tak berapa lama, Nisa tiba menghampiri mereka karena baru saja berpamitan dengan anak-anak. Beruntung juga Lissa tak cengeng dan mau ditinggal oleh Nisa yang biasanya sangat manja.

"Kak Al sudah kabari orang kantor kalau tak masuk kerja hari ini?" tanya Nisa memastikan.

"Sudah beres, Nyonya," sahut Aldy yakin.

"Ya sudah. Ayo kita berangkat. Sudah jam 9!" ucap Nisa yang berjalan lebih dulu diikuti mereka yang seolah sepasang bodyguard ganteng.

Menempuh perjalanan sekitar 2 jam, akhirnya mereka sampai di sebuah pemukiman warga yang masih perkampungan. Mike yang sudah tahu rumah Pupe langsung menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana yang tampak sepi. Ketiganya keluar dari mobil dan berdiri di depan pagar yang terkunci, hingga seorang warga lewat dan bertanya.

"Cari siapa, Neng?" tanya seorang wanita paruh baya yang sepertinya pulang berbelanja.

"Maaf, Bu. Apa benar ini rumah Kak Pupe?" tanya Nisa memastikan saja.

"Iya betul, ini rumah Pupe," sahutnya cepat. Nampak Nisa mengulas senyum lega dan melanjutkan pertanyaannya.

"Kok rumahnya sepi, ya, Bu. Pada ke mana, ya?" lanjut Nisa lagi.

"Iya, Neng. Bu Lusi sedang sakit dan baru saja operasi kemarin. Jadi, masih dirawat di rumah sakit dan belum pulang. Sepertinya Pupe juga belum kembali sekedar melihat rumah sejak ibunya operasi," jelas wanita itu panjang lebar.

"O, begitu rupanya. Kalau boleh tahu, Bu Lusi dirawat di mana, Bu?" lanjut Nisa lagi.

"Di RSUD Bogor, Neng!" jawabnya singkat.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih untuk infonya, ya, Bu," kata Nisa berterima kasih.

"Sama-sama, Neng!" jawab wanita itu yang segera berlalu. Nisa balik badan dan menatap dua pria yang masih berdiri tak jauh darinya. Terlihat wajah Mike yang begitu tenang seolah sudah tahu dan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Kak, kita langsung ke sana saja!" ajak Nisa yang langsung diangguki. Nisa langsung masuk ke dalam mobil setelah mengatakan itu, sedangakan Aldy dan Mike saling bertatapan.

"Lo sudah tahu?" kata Aldy menebak.

"Sudah," sahut Mike cepat.

"Si anjir. Kenapa gak bilang?" kata Aldy gemas ingin menampol Mike.

"Biar Icha puas ngurusin gue dari A-Z. Gue suka lihat mukanya yang baru kali ini jadi galak macam singa!" ucap Mike tersenyum.

"Sompret lo. Ngerjain adik sendiri. Benar juga, sih, muka Icha lucu kalau lagi marah, tapi enggak, deh, nyeremin!" timpal Aldy terkekeh.

"Ayo masuk!" ajak Mike yang ambil alih mengemudi.

Tidak sampai setengah jam, mobil yang membawa mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Mereka langsung menuju bagian resepsionis untuk menanyakan tentang keberadaan pasien. Tak sampai lima menit, mereka sudah mendapatkan ruang inap di mana ibu dari Pupe berada dan langsung menuju ke sana. Seperti biasa, dua pria tampan itu setia mengekori Nisa yang seperti nyonya besar.

"Jangan bilang lo sudah tahu juga di mana ibunya Pupe dirawat!" tebak Aldy bergumam pelan.

"Yoyoy!" sahut Mike santai.

"Si kupret. Jangan bilang lo juga sudah tahu ending dari perjalanan lo dan Pupe, deh!" lanjut Aldy lagi.

"Hahaha ... lihat saja ending macam apa nanti. Semoga lo suka!" gumam Mike menebar senyum menyebalkan.

"Serah lo. Gue nonton saja perjalanan kisah cinta 100 juta lo!" timpal Aldy melempar senyum. Tak berapa lama, sampailah mereka di sebuah pintu dengan nomor 4050. Tanpa ragu, Nisa mendorong pintu tersebut dan masuk.

"Assalamualaikum!" ucap Nisa dengan suara cukup jelas.

"Walaikum Salam!" jawab seseorang dari dalam ruangan.

Nisa melangkahkan kakinya masuk diikuti oleh Aldy serta Mike. Seketika mata Pupe membulat ketika bertemu pandang dengan Mike yang tengah berdiri di dekat pintu dan baru saja tertutup.

"Pak Mike?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel