Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 DJ 9

Kedua mata Lusi yang baru beberapa menit terjaga, membulat sempurna mendengar kalimat Nisa yang meluncur bagai kran bocor. Lusi menatap Pupe yang kini menggaruk kepalanya bingung.

"Nak, apa maksud dari yang dia katakan?" tanya Lusi menuntut penjelasan pada Pupe yang salah tingkah.

Berbeda dengan Pupe yang bingung harus cerita dari mana, Nisa justru tak sabar untuk semakin menyudutkan Pupe agar mengatakan sejujurnya pada Lusi bahwa dia akan menikah dengan Mike.

"Nak!" seru Lusi lagi karena tak mendapat penjelasan dari Pupe.

"Biar saya yang menjelaskan, Bu!" kata pria tampan berdiri di sebelah Aldy yang tak lain adalah Mike.

Tersenyum, Mike mendekat pada Lusi dan berdiri di sebelah kakinya yang tertutup selimut. Mata Mike menatap Pupe yang mengernyit berharap Mike tak mengatakan pada ibunya perihal jual beli yang terjadi antara mereka.

"Bu, saya ingin meminta anak Ibu untuk jadi istri saya. Apa ibu mengizinkan?" ucap Mike tanpa basa basi.

‘Mag deg’

Semua orang di ruangan itu terhenyak kaget dengan ucapan singkat Mike yang tak pakai intro lagi. Terlihat nafas Pupe yang seolah tertahan seperti terkena asma melihat Mike menatap serius ibunya yang terdiam, hingga tak berapa lama. Lusi mengulas senyum di balik wajahnya yang masih pucat.

"Kamu yakin ingin menjadikan Pupe istrimu?" jawab Lusi dengan suara pelannya.

"Iya, Bu."

"Apa alasannya?" jawab Lusi lagi. Mike terdiam.

"Pupe hanya orang miskin dan yatim. Dia hanya lulusan SMA. Dia tak punya apa-apa. Apa yang membuatmu ingin memperistrinya?" tutur Lusi menatap Mike yang memasang wajah tenangnya. Nisa dan Aldy nampak menyimak saksama pembicaraan Mike dengan Lusi. Ini adalah upaya Mike untuk mendapatkan lampu hijau dari Lusi.

"Saya sudah tahu itu, Bu. Itu bukan masalah untuk saya. Yang saya tahu, jantung saya sakit kalau lihat anak Ibu!" jawab Mike dengan suara terdengar mengecil. Sontak kening Lusi mengkerut. Hal yang sama juga terjadi pada Aldy dan Nisa serta Pupe yang melogo.

"Jantung sakit?" ucap Pupe bingung.

"Iya," sahut Mike menoleh pada Pupe yang memicing.

"Kenapa? Emang mukaku mirip setan bikin jantung Pak Mike sakit?" kata Pupe bingung dengan pengakuan Mike.

"Mau tahu jawabannya?" ucap Mike bertanya pada Pupe dan langsung dianggukinya ragu.

"Karena kau telah menjerat hatiku. Eaaaaak ...."

‘Gubrak’

Semua orang tertawa tak terkecuali Lusi yang terkekeh sambil memegang perutnya karena terasa nyeri.

"Si goblok! Gue kira apaan, gak tahunya gombalan ala kodok buduk!" cicit Aldy sambil menoyor kepala Mike.

"Kakak ada-ada saja. Lagi bicara sama calon mertua malah bercanda!" timpal Nisa yang mencubit pinggang Mike karena gemas.

"Lagian, mukanya tegang semua macam lagi tunggu orang sunatan!" sahut Mike tersenyum jahil.

Pupe masih terkekeh melihat kejahilan Mike di tengah acara wawancara Lusi terhadap dirinya. Tak Pupe pungkiri kalau hatinya juga ikut jantungan tatakala Mike dihujani rentetan pertanyaan oleh ibunya. Dalam kekehannya, Lusi menatap wajah sumringah Pupe yang terlihat senang dan senyumannya pun membuat hati Lusi menghangat.

"Kamu harus tahu, Nak. Pupe punya beban hutang. Hutang yang dia buat karena penyakit Ibu. Hal itu akan menjadi beban bagimu nanti jika memiliki istri tukang hutang!" tutur Lusi kembali membuka aib Pupe selama ini.

"Hutang sama siapa, Bu. Rentenir?" sahut Nisa yang penasaran.

"Sebagian iya, karena kami tak dapat pinjaman. Jadi, terpaksa kami pinjam rentenir," kata Lusi lagi.

"Jadi, Ibu harap kamu berpikir ulang tentang niatmu menjadikan Pupe istri. Kamu akan pusing karena akan banyak penagih hutang yang menggangu rumah tangga kalian. Belum lagi, entah dari mana Pupe mendapatka uang untuk biaya operasi Ibu yang mahal ini karena Pupe belum mengatakannya," sambung Lusi yang menarik nafas dalam di akhir kalimat serta melempar tatapan sendu pada Pupe yang menunduk malu.

Iya, Pupe malu karena ibunya dengan lancar membuka aib kalau dia memiliki banyak hutang. Apalagi tempatnya meminjam uang kini ada di hadapannya dan tersenyum lebar mendengarkan semua aibnya terbongkar.

"Ibu jangan pikirkan itu. Hutang itu akan saya urus secepatnya," sahut Mike menenangkan Lusi.

"Tidak, Nak. Hutang itu banyak. Biar saja nanti ibu menjual rumah untuk membayar hutang biaya oprasi Ibu," tolak Lusi pada niat baik Mike untuk membantu melunasi hutang.

"Hutang itu tak ada, Bu. Tak ada hutang tentang biaya operasi untuk Ibu!" kata Mike jelas.

"Kenapa begitu?" bingung Lusi lagi.

"Apa ada seorang calon menantu menghitung hutang untuk Ibu mertuanya?" kata Mike sangat jelas.

‘Krik krik krik’

Seketika mata Lusi membulat setelah mencerna kalimat yang Mike ucapkan.

"Apa kau yang memberikan uang itu untuk biaya operasi Ibu?" tanya Lusi meyakinkan dugaannya. Dan perlahan, kepala Mike mengangguk diiringi senyum manisnya yang terukir.

"Nak!" panggil Lusi dengan suara pelannya.

"Iya, Bu."

"Kamu harus menikah dengannya. Jangan cuma mau uangnya saja!" kata Lusi menatap Pupe yang terkejut.

"Ibu?" seru Pupe bingung.

"Kamu tak mau?" tanya Lusi.

"Bu-bukan itu."

"Lalu?" sahut Lusi cepat.

"I-itu, hmm ... anu ... hmm ...," bingung Pupe tak tahu berkata apa.

"Tak apa, Bu. Mungkin Kak Pupe malu bilang iya, tapi malu. Nisa wakili saja, ya, kalau Kak Pupe setuju menikah dengan Kak Mike. Iyakan, Kak?" kata Nisa ambil alih dan bertanya pada Pupe yang akhirnya mengangguk dengan wajahnya yang merah merona.

"Nah, tuh! Kak Pupe sudah manggut. Nisa akan segera atur acara nikahannya!" sambung Nisa tersenyum lebar.

Akhirnya semua tertawa bahagia karena pernikahan Mike yang sudah ditunggu akhirnya segera terlaksana. Sekilas mata Mike melirik Pupe yang tak berkutik ketika bertemu pandang mata Mike yang tajam ingin menyerangnya.

......

Di sudut lain, Sopian dan Haruna sedang duduk di kursi panjang yang ada di taman. Aldo dan Lissa sedang asik main bersama anak-anak lainnya. Dengan cepat mereka berbaur dan pasti akan lupa waktu.

"Na, lo ke mana waktu itu gue cariin hilang di parkiran?" tanya Sopian yang baru sempat menanyakan kejadian tempo hari.

"Gue kebelet pipis!" sahut Haruna asal.

"Hmm, tapi kalau kebelet pipis kenapa gak balik lagi?" lanjut Sopian sambil menyedot es dogernya.

"Gue lihat lo sedang asik bicara sama cewek, karena gak mau ganggu akhirnya gue pulang naik taxi!" jawab Haruna lagi.

Semua kalimat Haruna hanya bohong belaka, dia tak mungkin mengatakan kalau dia kesal karena diabaikan dan lebih memilih pergi daripada melihat pemandangan yang entah membuat hatinya bergemuruh.

"O, gitu. Gue cuma bicara bentar, kok!" sahut Sopian.

Haruna tak menanggapi dan malah sibuk memakan cireng yang baru dibelinya beberapa saat lalu. Bagi Haruna, untuk apa juga menanggapi hal itu karena dia tak mengenal mereka.

"Kayaknya gue masih cinta sama dia, deh, Na!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel