Bab 9 Syok Berkali-kali
Bab 9 Syok Berkali-kali
Natasya berteriak lantang saat lelaki di depannya seakan angkat tangan pada perbuatanya tadi.
"Iya Sya...iya! aku dengar...maaf, maaf ya...sungguh aku tidak tahu bahwa lelaki itu adalah keponakanmu Sya, maaf..." Ucap Andra yang menerangkan, dengan senyum kecut yang ia tunjukan pada Natasya.
"Aku berharap semua ini hanya mimpi." Ucap Natasya sembari menengadahkan wajahnya dan memejamkan kedua matanya, ucapanya yang ia pikir begitu lirih ternyata Andra masih bisa mendengarkannya.
"Aku malah berharap semua ini nyata! bukan hanya mimpi Natasya Abiyasa." Ucap Andra sembari mendekatkan wajahnya tepat di atas wajah Natasya, dan saat Natasya membuka matanya, ia begitu terkejut dan hampir jatuh kebelakang, namun dengan sigap satu tangan Andra menopangnya sampai Natasya terjaga dan tidak jadi terjatuh.
"Maaf Natasya, aku benar benar tidak tahu lagi harus berkata apa, aku sungguh sungguh menyesali perkataanku, ucapanku, semua kata kasar yang aku lontarkan tempo hari agar kamu mau menjauh dariku, maaf untuk semua benteng yang aku pasang di sekitarku, yang tidak bisa aku buka untukmu, tapi itu dahulu Sya, sekarang aku benar benar membutuhkanmu!" Ucap Andra dengan tulusnya, namun saat itu Natasya belum mengetahui bahwa Andra adalah calon suami yang mama nya pilih untuknya.
"Maaf? apa kata kata itu sekarang perlu? setulus apapun ucapan maaf, aku rasa sudah tidak bisa mengembalikan hati aku yang hancur dan berkeping keping Ndra! mengertilah...aku mau pulang sekarang! aku mohon pulanglah..." Ucap Natasya yang segera memakai alas kakinya dan mencoba berdiri dari duduknya.
"Akh!" Dengusnya saat ia baru melangkahkan satu kakinya disana, rasa nyeri dan mungkin masih ada sisa sisa batu kerikil yang menancap disana, membuat Natasya meringis menahan sakit di area telapak kakinya.
"Kamu baik baik saja Sya? apa aku perlu menggendongmu?" Tanya Andra sembari kedua tanganya sudah memasang kuda kuda, ia selalu sigap saat gadis yang berjalan terpincang pincang di depannya itu jatuh, ia bisa menangkapnya dengan segera.
Sudah sepuluh langkah Natasya lewati, dan ia masih bertahan dengan langkah kakinya, namun semakin lama, malah Andra yang ngilu melihatnya, hingga tanpa sungkan ia pun memapah tubuh Natasya dengan segera, meletakkan satu tangnnya ke pinggang ramping gadis di sampingnya, dan satu tangannya memaksa mengambil dan mengalungkan tangan Natasya ke lehernya. Dengan meronta Natasya ingin melepaskan apa yang Andra paksakan padanya itu, ia tidak ingin tingkahnya di ketahui tetangga ataupun saudaranya yang lain, karena sudah tersebar kabar bahwa Natasya pulang ke rumah karena akan menikah, Natasya khawatir akan menjadi gosip jika ada yang melihatnya.
"Lepas Andra! kamu masih anak baru gede ya? kenapa sikap kamu labil seperti ini sih? aku sudah akan menikah, dan aku pastikan akan melupakanmu Ndra! lepas!" Ucap Natasya dengan berontak nya, namun tidak di hiraukan oleh lelaki yang memikiki tangan kekar di sampingnya yang menempel padanya.
Dan Andra yang sudah tidak tahan dengan rengekan Natasya, hanya bisa segera mengangkat tubuh gadis yang di papahnya itu, Andra membopong tubuh Natasya tanpa aba aba dan tanpa persetujuan darinya.
"Rafandra Erlangga! lepaskan! apa maumu!" Teriak Natasya dengan sangat lantangnya, bahkan sampai memekakkan telinga Andra saat itu.
"Cup." Tiba tiba Andra mengecup bibir yang tengah berteriak itu, hingga Natasya terdiam dan mengatupkan bibirnya, Andra tidak ada pilihan lain selain melakukan itu, bagi Andra mungkin sudah terbiasa mencium, namun bagi Natasya itu adalah kali pertama pengalamannya, Natanya seketika merasa tubuhnya gemetar panas dan wajahnya memerah, bukan karena ia marah, melainkan ia tersipu malu, terkejut, kaget, bahkan bisa di bilang ia syock berkali kali saat itu.
"Sya maaf...tidak ada cara lain untuk menghentikan cerewetmu itu." Ucap Andra yang masih membawa tubuh Natasya di kedua tangannya, membawanya menuju kearah rumah. Sedangkan Natasya hanya diam saja menyadari perbuatan yang mengejutkan dari perlakuan Andra baru saja.
"Kau! kenapa mobilmu ada disini? darimana kamu tahu rumah ku? sejak kapan kamu peduli pada semua tentangku!" Ucap Natasya lagi dengan nada tingginya, namun kembali terdiam dan mengatupkan rapat rapat bibirnya, ia tidak ingin ciuman keduanya Andra ambil lagi tanpa persetujuannya, yang Natasya tahu, selama bertahun tahun itu, jangankan tanggal lahirnya, alamatnya pun Andra tidak mengetahuinya, saat itu membuat kebingungan Natasya yang tiba tiba tanpa ia sadari Andra berkunjung kerumahnya dan bahkan mencarinya.
"Sayang...ada apa?" Teriak mama Natasya saat ia melihat dari kejauhan Andra membopong puterinya. Mama Natasya sedang menunggui keduanya di teras depan rumahnya.
"Mah! bantu Andra! Tasya kakinya terluka!" Ucap Andra saat keduanya sudah hampir sampai di depan rumah, di dekat mama Natasya.
"Bohong mah, Andra bohong! apa!? mama? sejak kapan Andra memanggil mama dengan sebutan mama? mama!" Teriak Natasya lagi dengan lantangnya, saat ia baru menyadari sesuatu tanpa sepengetahuannya.
"Sya! diberi tahu jangan teriak teriak! tidak enak kalau di dengar orang!" Ucap Andra dengan dewasanya, dan makin membuat Natasya melongo menatap kearahnya, seakan tidak percaya pada apa yang di dengarnya.
Andra pun lalu meletakkan tubuh Natasya keatas sofa dengan perlahan lahan, ia tidak menghiraukan rasa pegal yang ada di pinggang dan lengan tangannya.
"Sya dimana antibiotik semprotnya? sama plesternya?" Tanya Andra sembari berdiri dan terlihat meregangkan punggungnya sampai ke pinggang.
"Tidak usah! kakiku baik baik saja! tidak usah sok jadi pahlawan deh, aku tadi jalan pun bisa! sampai rumah! dan lagi aku jadi seperti ini karena kamu juga! kamu yang tiba tiba datang seperti jin botol dan langsung begitu saja asal asalan menarik tanganku." Ucap Natasya dengan kedua mata melotot dan bibir yang sewot. Andra hanya membalasnya dengan tatapan tajam yang sengaja ia sipitkan dan kedua tangan yang ia sedekapkan di bawah dadanya.
"Ndra, sudah kamu duduk saja! biar mama yang ambilkan!" Ucap mama Natasya yang lalu pergi meninggalakan keduanya.
"Tuk. Akh sakit!" Andra sengaja mengetuk kening Natasya dengan sentilan ringan jarinya, dan terlihat refleks Natasya mengaduh dan mengusap usap keningnya.
"Kau! awas ya! jangan sentuh aku!" Ucap Natasya yang benar benar masih marah pada lelaki di depannya itu, dan tanpa Natasya ketahui, Andra tersenyum tipis melihat tingkah calon istrinya itu.
Tingkah yang begitu menggemaskan yang baru Andra sadari setelah sekian tahun keduanya saling tegur sapa satu sama lain. Karena saat itu Andra tidak berniat untuk memperhatikanya.
"Kamu kira aku akan patuh pada kata kata yang kamu ucapkan itu? tidak! tidak Natasya! cepat atau lambat, aku pastikan menyentuhmu sesukaku." Ucap Andra yang membuat Natasya melongo menoleh menatap kearahnya, dengan pertanyaan pertanyaan yang memenuhi otaknya.
"Apa maksudmu Ndra?" Tanya Natasya yang memang penasaran dengan ucapan yang Andra lontarkan baru saja.