Bab 10 Ungkapan
Bab 10 Ungkapan
Andra menyadari, dan merasa gadis yang selalu ada untunya selama dua tahun itu ternyata begitu menggemaskan.
"Dulu kau tidak pernah berkata kasar padaku! apa lagi sampai se sewot ini, lalu kenapa kau jadi berubah dan pemarah sekarang?" Ucap Andra yang memang menyadari perubahan Natasya.
"Apa kau pikir hatiku ini seperti naget pisang? empuk menul dan suka kau makan! apa lagi sekeras corcoran beton yang tidak bisa runtuh dengan desakan! kau salah Andra! aku sudah menghapus semua tentangmu, dan asal kau tahu! kau sudah benar benar tidak berarti untukku! dan lagi, dulu kau seniorku, sekarang tidak lagi, jadi sesukaku! mau aku bertingkah seperti apapun! bukan urusanmu." Ucap Natasya dengan sadisnya, ia pikir kata katanya mampu menggores hati lelaki angkuh di dekatnya itu, namun Natasya salah, Andra tidak bergeming dengan mudahnya. Tanpa keduanya sadari, mama Natasya tengah menguping sedari tadi di balik sekat pintu ruang tengah, dengan kedua tangan yang memegangi obat disana, mama hanya mendengarkan saja apa yang keduanya bahas.
"Aku kira akan lebih mudah, saat Natasya tahu Andra adalah calon suaminya, tapi kenapa malah mereka bertengkar?!" Ucap dalam hati mama Natasya kala itu.
"Kamu!" Ucap Andra yang tertahan karena mama Natasya sudah keluar dengan obat di kedua tangannya.
"Kalian kenapa bertengkar?" Ucap mama yang lalu menyerahkan obat di tangannya pada calon menantunya. Dan Andra yang mengerti pun langsung mengambil obat tersebut, dan segera duduk di samping Natasya, mengambil paksa satu kakinya yang terluka, menahanya di atas pangkuannya. Bahkan saat itu Natasya menolaknya dengan segera, namun karena kekarnya tangan yang mencekal kakinya, Natasya hanya bisa terdiam dengan wajah tertekuknya. Andra mulai mengoleskan obat di kaki Natasya dan menutup lukanya dengan plester. Hingga usai, Natasya langsung menarik turun kaki yang ada di pangkuan Andra.
"Nak, mama siapkan makan malam ya, kita makan malam sama sama!" Ucap mama Natasya yang lalu pergi menuju ke dapur meski tanpa Andra jawab, sang mama terlihat memaksa Andra agar sedikit lebih lama disana, mama ingin keduanya menyelesaikan masalahnya berdua, hingga tidak ada salah paham lagi di kemudian hari.
"Tunggu! kenapa kamu memanggil mama aku dengan sebutan mama?" Tanya Natasya dengan penasarannya, sebenarnya ia sudah berpikir bahwa Andra adalah calon suami yang mama nya pilih untuknya, namun Natasya segera menepis pikiran konyolnya tersebut. Ia sudah sekuat tenaga melupakan Andra, melupakan lelaki itu meski sulit, dan rasanya tidak sebanding dengan rasa sakit patah hatinya yang ia rasakan saat Andra terang terangan menghancurkan hatinya, dan rasa sakit itu kian bertambah saat ia melihat Andra dengan senyumanya yang merasa tanpa dosa duduk di sampingnya.
"Bukannya sudah jelas! kalau bukan anaknya, anak angkatnya, atau menantunya saja yang memanggil mama pada orang yang di anggapnya ibu!" Ucap Andra yang menunjukan sikap dingin dan tidak bersahabat pada Natasya.
"Sebenarnya mau kamu apa sih? kenapa kamu berbelit belit menjawabnya!" Ucap Natasya dengan sikap yang sama pada lelaki disampingnya.
"Lulusan Spesialis Kedokteran ternama di Negara ini! tapi tidak bisa mengartikan kata kata mudah seperti itu." Ucap Andra dengan sindiran sinisnya.
Namun Natasya tidak ingin berdebat lebih panjang lagi pada lelaki di sampingnya, ia segera beranjak berdiri dari duduknya, berjalan pergi meninggalkan Andra menuju kearah kamarnya.
"Sini aku bantu!" Ucap Andra yang langsung mengambil tangan Natasya dan mencoba memapahnya, namun Natasya dengan keras menolaknya, ia mengibaskannya begitu saja tangan kekar Andra dengan kasarnya.
"Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini padaku? sudah jelas aku ini calon suamimu! apa kau tidak tahu itu?" Ucap Anda yang membuat Natasya menghentikan langkah kakinya, dan kembali menghadap kearah Andra, keduanya kini saling berhadapan satu sama lain.
"Aku tahu! tapi aku mencoba menepisnya. Rasa hancur dan sakitnya hatiku, kenapa begitu membuatmu bahagia? pantaskah itu? coba kau pikirkan itu." Ucap Natasya yang lalu pergi meninggalkan Andra yang masih mematung disana. Andra hanya bisa menatap punggung gadis yang dua tahun sudah memperjuangkannya itu berlalu pergi begitu saja, dan hilang dibalik pintu kamarnya.
"Kenapa semua menjadi rumit seperti ini? dulu sepertinya begitu mudah mendapatkannya saat ia menawarkan diri, tapi aku tidak mau, kenapa sekarang aku yang mengejarnya! kenapa nasip mempermainkanku seperti ini! apa salahku?" Ucap dalam hati Andra yang lalu duduk kembali ke sofa ruang tamu. Beberapa saat Andra disana, memainkan ponsel di tanganya, ia sudah memberi kabar sang mama bahwa ia sedikit telat pulang karena masih pendekatan dengan calon menantunya, dan sang mama pun memberi izin padanya, mama Andra belum mengetahui siapa sebenarnya Natasya tersebut, yang mama tahu Natasya adalah gadis yang baik dan suka menolong.
"Loh...kok sendirian Ndra? Nat mana?" Tanya mama Natasya saat ia baru keluar dari dapur dan akan memanggil keduanya untuk makan malam, namun Natasya tidak ada di tempatnya.
"Tasya di kamarnya mah." Ucap Andra yang membuat mama Natasya iba seketika.
"Dasar anak itu! mama kira tadi kamu ngobrol berdua dengan dia Ndra! yasudah ayo ke meja makan, makan malam sama sama, biar Natasya mama yang panggilkan." Ucap calon mama mertuanya, namun saat sang mama akan beranjak pergi dari sana, Andra mencegahnya.
"Mah...bolehkah Andra yang memanggilnya? mama tidak berpikiran macam macam kan?" Ucap Andra yang langsung di angguki mama Natasya.
"Iya Ndra tidak apa apa, lagian kamu kan calon suaminya, tidak apa apa kok, panggilkan ya...mama tunggu di meja makan." Ucap mama Natasya pada calon menantunya itu. Dengan segera Andra pun berjalan menuju ke kamar calon istrinya, mengetuk beberapa kali pintu kamar yang tertutup. Sudah beberapa kali ketukan namun tidak ada jawaban dari dalam, sampai Andra putuskan untuk memutar knop pintu dan membukanya, setelah pintu terbuka, perlahan Andra tidak langsung masuk kedalam, ia masih memastikan Natasya tidak akan marah jika ia tahu Andra lancang akan masuk kedalam kamarnya.
"Sya...Sya..." Ucap Andra saat ia memanggil Natasya, namun suaranya terlalu lirih, hingga Natasya tidak menyahutnya, Andra pun perlahan masuk kedalam, dan tiba tiba langkahnya terhenti seketika, senyumnya tersungging dengan hangatnya, saat ia dapati gadis yang tengah ia panggil panggil tersebut terlihat tengah tidur dengan pulasnya, memeluk boneka besar dan memunggungi guling di belakangnya.
"Hmmmz...sejak kapan aku menyadari kamu se imut ini saat tidur?" Ucap dalam hati Andra, yang lalu perlahan mendekat kearah ranjang yang Natasya tempati, sembari melihat ke sekeliling kamar, begitu banyak medali disana, namun Andra tidak tahu, medali medali itu dari mana saja.