Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Raja Iblis

Bab 11 Raja Iblis

Mata Andra mengedar melihat ke sekeliling, tidak ada satupun sudut yang lepas dari tatapan matanya, medali medali yang begitu banyak tengah di gantung di alamari khusus di samping almari pakaian. Hingga tanpa sadar Andra terduduk di tepian ranjang yang Natasya tempati.

"Kelihatannya kau sangat berprestasi, akh...kenapa dengan singkat tanpa pemikiran matang matang kau begitu saja keluar dari Rumah sakit dan Klinik?" Dengus Andra sembari menatap wajah gadis yang tengah tertidur dengan sebagian wajah yang tertutup rambut panjangnya.

Tanpa terasa, satu tangan Andra terulur, dan beberapa jemarinya menyibakan helaian helaian rambut tersebut sampai wajah cantik itu terlihat.

"Mah...biarkan Nat tidur, Nat lelah mah...dan itu si raja iblis! biarkan dia pulang, Nat malas bertemu dengannya mah..." Ucap Natasya dengan gumamannya tiba tiba yang membuat melongo Andra disana. Saat itu Natasya masih memejamkan kedua matanya.

"Kamu pikir akan mudah menyingkirkanku? tidak Sya! jangan harap!" Ucap Andra dalam hatinya.

"Bangun! ini raja iblis yang membangunkan kamu! bukan mama!" Ucap Andra dengan tepukan ringan beberapa kali di pipi Natasya, hingga sesaat langsung membuat kedua mata Natasya terbuka, terbelalak tidak percaya atas apa yang baru di dengarnya.

"Hah! raja iblis kenapa bisa masuk ke kamarku? akh paling juga mimpi!" Ucap lirih Natasya sembari akan menutup kembali kedua matanya.

"Kamu mau bangun? atau mau aku cium lagi? pilih yang mana?" Ucap Andra yang langsung membuat Natasya terjaga dari tidurannya, ia kini terduduk tepat di samping Andra, bahkan saking dekatnya, sedikit lagi Natasya bergerak maju, atau Andra yang maju, wajah keduanya pasti saling berbenturan satu sama lain.

Meski demikian, hembusan nafas keduanya saling terasa satu sama lain, tatapan keduanya pun tanpa sadar saling menatap dan memandang beberapa saat, di tambah suasana kamar dengan lampu yang remang karena sengaja Natasya matikan yang paling terang, membuat suasana makin intens tercipta. Tanpa aba aba, Andra mulai mendekatkan wajahnya, ia sudah terbawa suasana saat itu, hingga membuat Natasya merasa sesaak, ia ingin memalingkan wajahnya dari sana, namun dorongan itu sangat kuat bagi Natasya, hingga tinggal dua centi saja, tiba tiba mama Natasya masuk kedalam, membuat keduanya gelagapan dan saling memunggungi satu sama lain.

"Apa mama datang di waktu yang salah? kenapa kalian jadi salah tingkah seperti ini?" Tanya mama yang langsung membuat Andra beranjak berdiri dari duduknya dan melewati calon mama mertuanya begitu saja, Andra keluar mendahului mama Natasya dan Natasya.

"Nat! apa yang tadi terjadi? kamu sudah berbaikan sama Andra?" Ucap mama yang ingin tahu, sembari berjalan mendekat kearah Natasya.

"Mama bicara apa sih mah? mana ada baikan? jelas jelas mama tahu sendiri bagaimana hancurnya hati Natasya saat itu kan? Natasya tidak begitu mudahnya bisa memaafkan Andra mah, Andra sangat sadis pada Natasya saat dia tidak tahu dan belum tahu bahwa Natasya adalah calon istrinya, sekarang dia baik seperti itu! pasti juga karena kedua orang tuanya yang memaksanya mah, dan menghormati mama juga tentunya." Ucap Natasya yang merasakan perasaan Andra tidak tulus padanya.

"Ayo keluar kalau begitu sayang, kita makan malam bersama agar Andra cepat pulang." Ucap mama yang langsung di angguki Natasya, ia pun segera turun dari atas ranjang, berjalan dengan masih tertatih tatih keluar dari kamar, menuju ke meja makan, terlihat disana sudah ada Andra yang menunggui keduanya.

"Mah, dari mana mama tahu makanan kesukaan Andra ini?" Ucap tanya Andra yang sudah bisa ia tebak, pasti Natasya sering bercerita tentang kesukaan nya dan alergi apa yang ia miliki.

"Akh...mama hanya menebak saja, di dapur juga adanya bahan bahan ini saja, mama buat deh, sungguh." Ucap mama yang menerangkan, ia terpaksa berbohong agar puterinya tidak malu di hadapan calon suaminya itu, hal se detail apapun pasti Natasya ceritakan pada sang mama, apa lagi mengenai lelaki yang Natasya sukai, dan makanan apa yang memicu alergi Andra.

"Ouh...Andra sudah sangat senang mah, Andra kira Natasya yang memberi tahukan semua ini, karena dulu di tempat kerja, ia sering memasakkan Andra ini." Ucap Andra menerangkan, dan bayangan beberapa hari yang lalu terlintas tiba tiba, dimana Natasya sudah menyiapkan bekal makan siang di meja kantornya dengan satu botol jus melon kesukaan Andra. Dan tanpa ia sadari senyumnya tersungging seketika.

Kemarin, masih kemarin, benar benar teringat jelas, Natasya meletakkan kertas tempel yang sengaja ia tempelkan disana, diatas bekal makan siang miliknya, dengan kata kata penyemangat bagi Andra. Tapi sehari saja, semuanya itu telah hilang dan sirna karena kesalahannya, yang memaksa gadis itu untuk menjauh pergi darinya setelah ia memastikan mengiyakan acara perjodohan dari sang mama. Andra tahu kesalahannya, jika ia jadi Natasya pun, pasti tidak akan bisa memaafkanya begitu mudah.

"Sabar Andra, sabar...Natasya pasti akan kembali seperti Natasya yang dulu Andra...tunggu sampai waktu itu tiba, pasti semua akan kembali baik baik saja." Ucap Andra di dalam hati, sembari menikmati makanan yang ada di atas piring depan mejanya, dimana calon mama mertuanya sudah mengambilkan makanan untuknya.

Hingga sepi dan hening saat ketiganya makan malam, yang ada hanya menikmati makanan yang ketiganya kunyah.

Tepat pukul sembilan malam saat itu, Andra pun langsung berpamitan untuk pulang, Natasya yang terpakasa mengantar Andra sampai teras depan rumahnya, karena paksaan sang mama, hanya bisa menurutinya saja.

"Kamu benar benar sudah memutuskan untuk keluar dari Rumah sakit dan Klinik? kamu tidak ingin menemani suamimu dan membantu pekerjaanya kelak?" Tanya Andra dengan seriusnya, sembari sudah beberapa langkah di depan Natasya dan berbalik menghadap Natasya yang tinggal di belakangnya.

"Tidak! aku hanya punya mama disini, yang sudah pasti mencintaiku dengan sepenuh hati, bahkan jiwa raganya pasti akan ia berikan untukku jika aku memintanya, tidak seperti calon suamiku! dia bahkan tidak memberikan ku jawaban atas pertanyaanku, untuk bilang tidak saja ia tidak mau, dan sekarang muncul dengan sejuta senyum serta seolah olah dia bahagia akan menikah denganku, apa itu masuk akal? apa aku pantas menemaninya mengelola semuanya? pikir dong! apa ada kepercayaan antara kita jika begitu ceritanya?! tidak!" Ucap Natasya yang langsung berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Andra, dan tanpa Andra sadari, kedua pelupuk matanya menggenang cairan bening yang akan menetes, namun sebisanya ia tahan, sedang kan Natasya, ia yang terlalu cengeng, sudah beberapa kali tetesan di kedua matanya yang ia biarkan menetes terjatuh.

Natasya benar benar tidak bisa menerimanya dengan mudah, dua tahun ia setia dan menemani dengan tanpa kenal menyerah di sisi Andra, bahkan mantan mantan istrinya yang terdahulu pun tidak tahu makanan apa kesukaan Andra, minuman apa, buah buahan apa dan apa yang memicu alerginya, semua tidak tahu, namun Natasya tahu semuanya tentang Andra. Dan di detik detik terakhir, saat mama Natasya memintanya untuk segera pulang karena acara perjodohan, dan embel embel penyakit tekanan darah sang mama, Natasya mau tidak mau menggertak Andra, mendesaknya agar memberi kepastian padanya, pada kesetiaan penantiannya selama dua tahun itu, tapi apa? yang Natasya terima hanyalah bibir yang membungkam dan kata kata yang tertelan, Andra diam tanpa menjawab, bungkam tanpa memberikan sepatah kata pun pada Natasya. Sakit, hancur, pasti! semua itu Natasya rasakan, bahkan saat itu pun rasa sakitnya masih menghujam menancap dalam dan belum bisa Natasya atasi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel