Bab 12 Uring-uringan
Bab 12 Uring-uringan
Andra menuju ke mobilnya yang terparkir tepat di depan rumah Natasya, perasaanya sakit saat mengingat Natasya mengatakan hal yang tidak ia duga, apa lagi gadis itu pergi begitu saja meninggalkannya tanpa menoleh sekalipun ke belakang ke arahnya.
Andra membawa mobilnya, melajukannya menembus malam yang sunyi sepi disana, tidak seperti di kota yang ia tinggalinya, saat pukul yang sama masih terlihat kemacetan di beberapa tempat, keramaian yang bahkan memekakan telinga, kebisingan alat alat berat yang masih belum usai. Setengah jam sudah Andra berada di jalan raya, hingga ia sampai di depan rumahnya, menghentikan mobilnya disana di tempat garasi mobil papanya, namun ia masih belum turun dari dalam mobil. Andra menyandarkan punggungnya ke jok belakang kursi yang di dudukinya, menengadahkan wajahnya keatas menatap langit langit dalam mobilnya, sesekali matanya terpejam namun bukan tertidur. Sengaja Andra memejamkannya untuk sesaat meletakkan lelah dan penatnya.
"Andra! kamu sudah kelewatan, kamu benar benar tidak bisa di maafkan, sampai seperti itu bencinya gadis yang dulu mengejarmu, kini ia benar benar membencimu, Natasya membenci sikapmu yang plinplan, yang tanpa arah dan tujuan, bisa bisanya kini kamu menjadikannya tujuan hidupmu! pasti dia tidak akan percaya begitu saja Andra! kamu harus memulainya dari awal, jangan pernah tunjukkan padanya keangkuhanmu, kamu akan semakin melukainya Andra." Ucap dalam hati Andra yang benar benar menyayat kala itu saat ia semakin memikirkannya.
"Tok, tok, tok." Tiba tiba ketukan ringan terdengar dari luar kaca jendela pintu mobil Andra, dan seketika membuat Andra membuka matanya lalu menurunkan kaca jendelanya.
"Papa..." Sapa Andra saat itu pada papanya.
"Ada apa? kenapa kamu sendirian disini? kata mama kamu tadi, bukankah kamu mengantarkan calon mertuamu pulang kerumah? ada apa? apa kamu kecewa setelah bertemu dengan puterinya? setelah bertemu calon istrimu?" Tanya papa yang bertubi tubi ingin tahu jawaban dari pertanyaannya, dan masalah apa yang sedang mengganggu puteranya itu.
"Pah...papah sudah melihat calon menantu papa itu belum?" Tanya Andra yang masih di dalam mobilnya.
"Sini nak keluar...ayo masuk..." Ucap papa yang langsung di lakasanakan Andra, ia pun lalu keluar dari dalam mobilnya, setelah terlebih dahulu menutup jendela kaca mobilnya.
"Papa sudah melihatnya sekali, dia sangat cantik, dan baik, apa menurutmu yang kurang pada dirinya? papa yakin kamu sudah bertemu kan tadi dengannya?" Ucap papa menerangkan, dan Andra langsung mengangguk.
"Pah...kenapa takdir mempermainkan Andra? kenapa jodoh selalu menyusahkan Andra? apa salah Andra?" Ucap Andra sembari turut berjalan di samping papanya menuju kedalam rumah.
"Apa masalahnya? kenapa kamu sampai se sedih ini?" Tanya papa yang tidak mengerti apa yang Andra maksudkan.
"Kebetulan, dia adalah gadis yang Andra sukai pah." Ucap Andra yang lalu duduk di kursi teras rumahnya.
"Syukur nak, kenapa malah galau seperti ini? apa masalahnya?" Tanya papa lagi yang makin penasaran atas cerita sang putera.
"Masalahnya! Andra tidak memberinya jawaban atas perasaanya pada Andra pah, dan Andra terpaksa memintanya pergi menjauh dari Andra! karena Andra sudah memutuskan bahwa Andra menerima perjodohan yang mama siapkan untuk Andra, Andra tidak tahu bahwa jodoh Andra itu Natasya! Andra pikir dengan melukai hati dan perasaanya, membuat dia bisa membenci Andra! membuatnya dengan mudah melupakan Andra dan cintanya pada Andra pah, dia yang sudah dua tahun menemani Andra saat Andra jatuh dan jauh dari papa mama, tapi kini dia seakan menolak Andra saat ia tahu Andra adalah jodoh yang mama nya siapkan untuknya, dia menjadi dingin pada Andra dia..." Ucap Andra menerangkan dengan perasaan yang benar benar kacau kala itu, dengan kedua tangan yang menangkup ke wajahnya, dan kedua siku yang bertumpu di atas pangkuannya, dan papa nya hanya bisa mengelus punggung sang putera beberapa kali elusan disana.
"Pyang..." Tiba tiba terdengar bunyi gelas yang jatuh dari balik pintu utama, ternyata sang mama tengah mendengar semua cerita yang Andra ucapkan, yang Andra jabarkan pada papanya.
"Sayang...kamu disana? tidak apa apa kan?" Ucap papa yang langsung beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat kearah sang istri yang terdiam mematung di tempatnya.
"Pah...apa mama membuat kesalahan yang fatal? apa mama akan menggagalkan pernikahan putera kita kali ini?" Ucap mama yang langsung mendapat pelukan dari suaminya.
"Kamu ini bicara apa sih? ini masalah anak muda sayang, kita lihat saja bagaimana Andra melewati ujiannya itu, bagaimana Andra bisa mengambil hati istrinya kelak, papa ingin tahu, putera papa se sabar apa menghadapi semua masalah yang bertubi tubi." Ucap papa yang sedari tadi menatap kearah Andra, dan Andra yang sudah berdiri mematung itu pun hanya bisa menatap kedua orang tuanya yang sudah menginginkan Andra untuk hidup bahagia, lebih tepatnya ingin melihat Andra secepatnya bahagia.
"Mama jangan khawatir, cepat atau lambat, Andra pasti bisa merebut kembali hati Natasya, Andra yakin itu mah...pah...pesona Andra dua tahun memikat hatinya, pasti tidak mudah ia lupakan." Ucap Andra dengan mantapnya, agar kedua orang tuanya merasa sedikit lega, dan tidak berpikir terlalu jauh tentang masalah yang Andra hadapi, bagi Andra, kedua orang tunya sudah cukup menderita dengan persoalan yang selalu menimpa Andra, dan saat itu waktunya Andra untuk meyakinkan keduanya bahwa semua baik baik saja. Meski Andra tahu, tidak akan mudah mendapatkan kembali hati Natasya.
"Akh sudahlah mah...Andra capek, Andra ke kamar dulu ya mah, pah..." Ucap Andra yang berlalu pergi dari hadapan keduanya dan berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.
Segera Andra mengambil pakaian handuk dari almari pakaiannya, pakaian yang tersusun rapi di sana, Andra mengambil satu lalu membawanya menuju ke kamar mandi, dan beberapa saat terdengarlah guyuran air dari dalam sana.
Andra segera keluar dari kamar mandi setelah usai dengan mandinnya, merebahkan begitu saja tubuhnya di atas pembaringan, hari itu adalah hari yang sangat melelahkan dan juga mengejutkan baginya, bagaimana tidak! di hari yang sama ia memutuskan untuk menjauhkan diri dari wanita yang di cintainya, dan menjauhkan gadis itu darinya, di tambah hal mengejutkan yang lain, saat ia mengetahui ternyata gadis yang sedang di jodohkan padanya ternyata adalah gadis yang sudah ia tolak mentah mentah. Andra hanya menggosok gosok rambut basah setengah keringnya dengan kedua tangan hingga berantakan tidak beraturan, lalu mengambil ponselnya yang berada di samping bantal yang di kenakannya, menatap pada layar ponselnya, membuka kunci yang dipasang disana, Andra memilih melihat pesan masuk, dimana ia akan membaca satu persatu pesan Natasya yang kemarin masih menghiasi hari harinya dan membuat sibuk ponselnya karena nada pesan masuk yang terus terusan tidak berhenti. Andra baru sadar betapa posesifnya gadis itu padanya, tapi itu kemarin, dan hari itu ponselnya tidak nampak satu pun pesan yang masuk disana. Membuat Andra uring uringan dan ingin membanting ponsel yang ada di tangannya itu.