Bab 8 Keterlaluan
Bab 8 Keterlaluan
Andra mengusap usap rambutnya, mengacak acaknya seakan tidak ada yang melihatnya, lalu kedua telapak tanganya mengusap usap pula ke wajah tampannya, ia menoleh, kini tatapannya menatap kearah calon mama mertuanya.
"Mama! apa Andra bermimpi? apakah ini semua nyata? jika mimpi! tolong jangan bangunkan Andra mah!" Ucap Andra sembari mengambil satu tangan mama Natasya dan memukul mukul kannya ke lengannya sendiri hingga beberapa kali. Andra tidak peduli lagi, entah perempuan paruh baya itu siapa, yang ia tahu adalah mama dari gadis yang di cintainya, dan ia tidakembutuhkan persetujuan darinya untuk mengalihkan panggilan dari tante berubah menjadi mama, yang pasti Andra saat itu benar benar bahagia, ia ingin meluap kan nya, namun tidak tahu pada siapa.
"Aduh sakit mah!" Ucap Andra yang merasakan sakit di lengannya, ternyata itu benar benar nyata dan bukan hanya mimpi belaka. tawa bercampur tangis haru Andra pecah disana, dan mama Natasya hanya menatap sembari ikut menangis melihat calon menantu yang ternyata begitu mencintai puterinya, mama Natasya baru tahu bahwa Andra menolak puterinya karena tidak ingin nama baik Natasya tercemar pula.
"Mah...ayo pulang!" Ucap Andra seketika, lalu menancap gas mobil yang di kemudikanya menuju alamat yang beberapa waktu lalu calon mertuanya itu berikan padanya. Disepanjang jalan nampak Andra benar benar bahagia, senyumanya, tawanya terus tersungging tiada henti di bibirnya, terlihat sesekali mama Natasya saat melirik kearah calon menntunya itu.
Setengah jam sudah perjalanan terlewati, hingga mobil yang di kendarai Andra masuk di sebuah halaman rumah yang lumayan luas dengan kiri kanan taman bunga yang tertata, meski rumah kuno, namun dibangun kembali dengan pondasi yang tinggi dan kokoh, nampak gagah serta antik saat pertama kali memandangnya.
Andra segera turun dari dalam mobilnya, ia sudah tidak sabar ingin memeluk gadis yang sudah dua tahun lalu mendapat perhatiannya itu, ia menahan begitu lama untuk bisa membalas perasaan Natasya, dan bahkan sudah mematahkan perasaannya, kini Andra memiliki kesempatan yang tidak semua orang bisa dapatkan, dan Andra tidak ingin menyia nyiakan waktu lagi.
"Sabar nak..." Ucap mama Natasya yang ikut turun dari dalam mobil, mengajak calon menantunya untuk masuk kedalam rumah.
"Duduklah dulu, mama panggil Nat dulu ya..." Ucap mama Natasya yang lalu pergi dari hadapan Andra tanpa persetujuan calon menantunya itu. Hingga beberapa saat Andra menunggu dengan harapnya, namun mama Natasya keluar dari dalam hanya seorang diri saja.
"Mah, mana Tasya?!" Ucap Andra yang seketika sembari terperanjat dari duduknya, Tasya adalah panggilan Andra pada gadis itu.
"Apa Tasya tidak mau menemuiku mah? apa begitu?" Ucap Andra lagi yang belum di jawab oleh calon mertuanya itu.
"Andra...tenang...mama mau bicara dari tadi kamu sela terus, Natasya mungkin sedang keluar untuk jalan jalan, dia kan sudah lama tidak pulang, mungkin ia merindukan suasana malam disini, kamu mau menunggunya disini? sepertinya dia tidak membawa sepeda atau sepeda motor, mobilnya juga ada di rumah, pasti dia jalan jalan di dekat sini saja!" Ucap mama Natasya menerangkan, dan Andra hanya tersenyum sembari segera keluar dari dalam rumah Natasya.
"Mah Andra cari Tasya dulu ya..." Ucap Andra dengan teriakannya yang sudah sambil berlari keluar rumah.
Segera Andra menyingsing lengan kemeja panjangnya sampai siku, melepas dua kancing kemeja atasnya dua baris, dengan begitu membuat Andra mudah untuk berlari keliling daerah disana, mencari gadis yang sangat ia rindukan itu.
"Akh ini seakan mimpi! kami akan bersatu, aku akan bisa membalas perasaannya, aku pun sungguh mencintainya." Ucap Andra yang masih berlari lari ringan disana, sembari kedua matanya dengan tajam menatap ke arah sekelilingnya.
Hingga langkah kakinya tiba tiba terhenti, senyum yang sedari tadi tersungging di bibirnya meredup dan berubah menjadi gemeretakan gigi giginya yang saling mengerat menyatu rapat, ketika ia melihat sosok yang ia cari tengah duduk di bangku tepi sungai kecil dengan seorang lelaki disana, Andra makin mendidih saat ia melihat cekikik tawa Tasya yang sesekali terdengar hingga ke arahnya, Nafas Andra makin memburu, ia benar benar tidak tahu lagi harus bersikap. Dengan langkah kaki lebarnya, dan nafas yang memburu, Andra datang memuju ke arah Natasya dan lelaki di sampingnya itu.
"Sya!" Ucap Andra seketika sembari menarik pergelangan tangan Natasya hingga gadis itu beranjak dari duduknya dan beralih ke pelukan Andra, dengan satu kaki yang bertelanjang karena refleks dari sikap Andra, Natasya tidak sempat memakai sempurna alas kaki yang ia pakai, sampai tanpa sadar satu kakinya berdarah karena terkena bebatuan kecil yang ada ditanah bawah kakinya.
"Andra!" Teriak Natasya yang begitu terkejut atas perlakuan lelaki yang sudah berusaha ia lupakan itu.
"Apa yang kamu lakukan disini? kenapa kamu ada disini?" Tanya Natasya yang benar benar tidak tahu lelaki yang tengah memeluknya tersebut datang dari arah mana dan tahu dia disana dari mana.
"Yang pasti aku tidak suka kamu dekat dekat dengan lelaki ini! aku tidak suka!" Ucap galak Andra dengan kedua mata yang memicing seram yang membuat Natasya tertawa seketika.
"Sejak kapan kamu peduli aku dekat dengan siapapun? dan sejak kapan pula aku perlu persetujuanmu untuk dekat dengan orang manapun." Ucap sanggahan Natasya yang masih menyimpan amarah pada lelaki di depannya itu, hingga ia memaksa untuk melepaskan diri dari rengkuhan tangan kekar Andra, sampai ia jatuh terduduk di dudukanya kembali dengan kaki yang ia tahan karena terluka tadi. Sedangkan lelaki di sebelahnya hanya memasang wajah yang tidak berdosa, seakan ia tidak menyesali perbuatanya itu, karena memang ia tidak merasa sedang merebut kekasih orang lain.
"Kakak punya masalah ya? selesaikan di rumah, jangan di tempat umum!" Ucap lelaki yang lebih muda dari Natasya itu pada Andra, lalu akan pergi meninggalkan keduanya.
"Kak Nat! pacar kakak galak! yang sabar ya..." Ucap lirih lelaki tersebut sebelum benar benar meninggalkan keduanya.
"Maaf dek..." Ucap Natasya saat lelaki tersebut sudah berjalan pergi meninggalkan keduanya.
"Puas sekarang? kamu sudah menjauhkanku dari keponakan aku! dan sekarang berlagak seperti seorang pacar! mau kamu apa sih Ndra!?" Ucap Natasya yang membuat Andra melongo seketika dengan kedua mata yang hampir mencuat.
Bukan ia kaget karena perkataan Natasya, melainkan tidak percaya pada apa yang ia lakukan barusan, yang tanpa ia sadari sudah begitu kelewatan menurutnya. Ia terbengong beberapa saat, bahkan ocehan Natasya tidak di hiraukanya sama sekali.
"Hya! Rafandra Erlangga! kamu benar benar kelewatan!" Teriak Natasya karena tidak di hiraukan oleh Rafandra, bukan niat Rafandra tidak menggubris, namun Rafandra sendiri tidak percaya pada apa yang dilakukanya baru saja.