Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14 Berusaha Mengejar

Bab 14 Berusaha Mengejar

Andra baru keluar dari dalam mini market, ia berjalan menuju kearah Natasya, ia menghampiri gadis itu yang ternyata sedang duduk di kursi yang berada di teras depan mini market.

Natasya tadi sempat tersipu karena malu oleh perkataan petugas kasir, namun itu hanya sesaat, karena Natasya sudah terbiasa bergelut dengan hal hal yang berbau organ kewanitaan, dan Andra pun sama, bagi keduanya tidak lah menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah kata kata itu terlontar di depan keduanya, hingga sesaat membuat canggung Natasya dan Andra.

"Kenapa kamu malah mau ikutan duduk?" Tanya Natasya saat melihat Andra yang akan duduk di kursi sebelahnya.

"Kenapa? kamu saja boleh duduk, kenapa aku tidak?" Ucap Andra dengan sanggahannya.

"Oh...baiklah...silahkan nikmati bersantainya, aku pulang dulu kalau begitu." Ucap Natasya dengan entengnya, lalu beranjak berdiri dari duduknya dan akan melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Namun dengan cepat Andra meraih tangan Natasya dan menariknya. Seketika Natasya pun menghentikan langkahnya, berdiri mematung memunggungi Andra yang ada satu langkah di belakangnya.

"Maksud kamu apa dengan semua ini? beginikah sikapmu dengan calon suami masa depan kamu?" Ucap Andra dengan pilunya, ia sudah berusaha baik dengan gadis itu, bahkan terlihat kini ia mengejar ngejar Natasya, seperti orang gila yang tidak tahu malu.

"Lalu kamu mau aku bagaimana lagi? kamu mau aku bersikap manis di depanmu? wajah ini bisa! Andra, sangat bisa! namun hati aku tidak bisa lagi, ia sudah terlanjur hancur, oleh ulahmu sendiri Andra, salahkah aku? apa lagi lagi itu salahku?" Ucap Natasya yang membuat Andra sesak seketika.

"Tidak Natasya! baiklah...perlakukan aku sebisa yang kamu mau, dan kamu inginkan, aku akan menerimanya, memang semua yang kamu alami adalah kesalahanku! jadi...ribuan maaf yang aku ucapkan saja tidak akan mampu menyatukan kembali kepingan hatimu yang hancur itu kan?" Ucap Andra yang lalu ikut beranjak berdiri, ia masih memegangi tangan Natasya, dan kini mengajak gadis itu menuju ke mobilnya, membukakan pintu mobilnya, dan mempersilakan Natasya duduk di jok depan samping kemudi.

"Akh! astaga!" Ucap Natasya dengan kagetnya, saat wajah Andra tepat berada di depan wajanya, dengan tangan yang mengambil sabuk pengaman dan memasangkannya ke sisi Natasya. Sesaat sebelum Andra benar benar mengeluarkan tubuhnya dari dalam mobil, mengalihkan pandangannya dari hadapan wajah Natasya, sesaat lelaki tampan tersebut menatap lekat kedua mata gadis di hadapannya. Andra jelas melihat Natasya masih peduli padanya, namun saat itu pula Natasya langsung mengalihkan pandangannya menatap kearah lain. Membuang wajahnya dari tatapan menusuk Andra. Andra pun segera pergi dari depan Natasya, menutup pintu mobil tersebut rapat rapat, bahkan Andra terkesan membanting pintu mobilnya dengan sangat keras.

Ia segera masuk kedalam mobilnya, menempati kemudinya, setelah ia memasukan terlebih dahulu belanjaannya tadi, melajukan mobilnya menuju ke rumah Natasya, menghentikan mobilnya tepat di depan rumah gadis itu.

"Apa aku perlu turun untuk menyapa mama?" Tanya Andra yang sudah melepas sabuk pengaman yang ia kenakan. Dan bahkan ia akan ikut turun Natasya yang juga akan keluar dari dalam mobilnya.

"Tidak perlu! mama sudah tertidur dari tadi sore setelah kamu pulang, dia pun tidak tahu saat aku keluar, jadi lebih baik kamu pulang saja." Ucap Natasya yang langsung keluar dari dalam mobil, meninggalkan Andra yang masih terbengong mematung di tempatnya.

"Haiz...kucing ras penurut kenapa bisa menjelma menjadi kucing hutan liar sih?!" Dengus Andra dengan gerutunya, sembari menatap punggung Natasya yang berlalu dari hadapannya, dan hilang dibalik pintu rumah yang baru Natasya tutup disana.

Andra pun langsung menjalankan mobilnya, ia langsung pulng menuju ke rumahnya, sepanjng perjalanan wajah gadis yang dulu lembut dan kini berubah menjadi sadis itu terus menghantuinya. Setelah sampai rumahnya, segera Andra memarkirkan mobilnya di garasi biasa yang ia pakai, lalu masuk kedalam rumah dan bergegas membawakan bingkisan yang tadi ia beli untuk sang adik. Setelah memberikan bungkusannya pada sang mama, Andra pun langsung naik ke lantai atas menuju ke kamarnya, dimana ia tidak mengucapkan sepatah kata pun pada mama nya yang sedari tadi sudah menungguinya di ruang keluarga.

Andra melepas jaket levis nya, melemparkannya asal asalan ke sofa dekat tempat tidurnya, lalu membanting tubuhnya begitu saja ke atas tempat tidur nyaman miliknya, bayangan gadis itu terus saja lewat di dekatnya, seakan akan Natasya ada di sampingnya. Suara Natasya menggema Andra dengarkan, semakin Andra memyumpal telinganya dengan bantal, semakin kencang pula suara gadis itu ia dengarkan.

"Aku sudah hampir gila!" Ucap Andra yang lalu memasang headset di kedua tinganya, ia mendengarkan lagu lagu pop dari ponselnya dan tanpa sadar ia pun tertidur begitu saja.

Rafandra mulai mengerjap ngerjapkan matanya, merasakan cahaya mentari pagi yang masuk kedalam kamarnya, membuat kamar yang semalam sunyi dan gelap karena sengaja Andra tidak menyalakan lampu kamarnya, hanya lampu duduk di samping ranjangnya kini menjadi terang benderang, bahkan sedikit menyilaukan kedua matanya, Andra hanya bisa menutupinya dengan satu telapak tangannya yang sengaja ia balik, dan meraih ponsel di dekatnya, ia melihat Headset yang tadi malam ia pakai sudah tidak ada lagi di telinganya, sudah beralih ke atas laci samping lampu duduknya. Andra langsung tahu, bahwa itu pastilah ulah sang mama.

"Akh...sudah pukul setengah enam pagi ya...kenapa mentari sudah muncul?" Ucap Andra yang memang sengaja memasang Alarm pada ponselnya pukul enam, namun alarm yang ia pasang ternyata belum berbunyi tapi dia sudah terbangun. Setelah mematikan alarm, ia pun bergegas turun dari atas ranjangnya, menuju ke kamar mandi dengan hanya mencuci wajah dan menyikat giginya saja, setelah itu mengenakan pakaian olah raga, Andra bermaksud pagi itu akan menuju ke rumah Natasya, ia tidak akan menyerah mengambil hati calon istrinya itu, ia malah lebih gencar melakukannya, ia pikir suatu tantangan tersendiri menjinakkan kucing liar itu.

Andra segera keluar dari dalam kamar, lalu menuruni anak tangga menuju kearah dapur, dimana sang mama sudah terlihat repot membantu bibi asisten rumah tangga.

"Pagi mama..." Sapa Andra saat ia sudah sampai disana, di dekat dapur, di sebelah mamanya, Andra memeluk mamanya lalu akan berlalu pergi dari sana setelah mendapat tepukan di pundaknya dari tangan sang mama.

"Mau joging kenapa pakai parfum sayang? joging dengan papa kan?" Ucap mama Andra yang mendapat gelengan Andra sebagai balasannya.

"Lalu?" Tanya mama Andra lagi.

"Lalu...Andra akan menjemput calon menantu mama, nanti kita sarapan sam sama ya disini, kan mama sendiri yang bilang kemarin kalau Andra ada kencan hari ini dengan Natasya, jadi...Andra akan memperpanjang waktunya mama, dari pukul sekarang...sampai nanti malam, kan siapa tahu dengan begitu Natasya menjadi luluh hatinya mah..." Ucap Andra yang tengah menerangkan, sedangkan sang mama hanya menatapnya sembari mengerutkan kedua alisnya, sang mama sudah terlalu tua untuk mencerna kata kata anak muda, apa lagi yang Andra ucapkan baru saja.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel