Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Suami Possesif

Kehamilan Jingga, adalah hal terbaik yang kini dirasakan oleh Badai. Sejak mengetahui kehamilan isterinya itu, Badai terus mengawasi Jingga tanpa ampun. Hingga membuat Jingga nyaris kesusahan karenanya. Badai tak mengijinkan Jingga melakukan apapun selain makan, minum, membaca dan melayaninya tentu saja.

"Sayang, malam nanti ada undangan jamuan makan malam. Kau mau ikut?" ucap Badai bertanya sambil mengelus lembut perut buncit Jingga.

"Tentu saja aku ikut, tapi bagaimana bajunya?" ucap Jingga manja.

"Tenanglah, akan kumintakan Theresia mencarikan gaun yang cocok untukmu." ucap Badai sambil mengecup kening Jingga berpamitan berangkat ke kantornya.

"Mas, bolehkah aku mencarinya sendiri. Kau sangat bosan terus di rumah." ucap Jingga saat Badai hampir menutupkan pintu kamarnya.

"Tidak, bersabarlah. Setelah kau melahirkan aku janji kita akan menghabiskan libur panjang kemanapun kau mau." ucap Badai sambil menutup pintu.

Jingga tak bisa berbuat banyak, Badai benar benar tak mengijinkannya keluar rumah kecuali ke dokter maupun menghadiri undangan yang wajib seperti malam nanti.

Jingga kemudian menyibukkan dirinya dengan bermain piano. Jemarinya cukup lincah memainkan tuts demi tust piano, meski tak sehebat para pianis. Beberapa lagu dilantunkannya hingga dirinya merasa semakin lega dan tenang. Gerakan bayi di dalam perutnya yang mulai lincah kini menjadi teman baiknya setiap hari.

Jingga tak menyalahkan Badai karena sikapnya yang possesif itu, sebaliknya Jingga justru sangat menikmatinya.

Siang akhirnya tiba, meski waktu terasa berjalan sangat lambat namun jingga tetap bisa menikmatinya. Theresia yang datang dengan enam jenis gaun untuknya kini membuat Jingga sangat sibuk. Sebuah gaun umbrella dipilih Jingga, dengan model kerah cheongsam namun tetap terlihat sensual.

"Selera anda sangat baik Nyonya." ucap Theresia, salah satu staff senior di perusahaan Hankaara Group yang dipimpin suaminya itu memebrikan komentarnya.

"Terimakasih Bibi There, sejujurnya aku sangat malas menggunakan gaun resmi seperti ini." ucap Jingga jujur.

"Tentu saja, namun anda tetap harus menggunakannya bukan?" ucap Theresia sambil merapihkan gaun lainnya yang akan dia kembalikan ke toko.

"Benar, Bibi apakah kau mengenal kedua mertuaku?" ucap Jingga yang sangat penasaran dengan bagaimana karakter mertuanya itu karena belum pernah menemuinya.

"Mereka, Kuharap anda sudah siap dengan segala aturan ketatnya. Sejujurnya Tuan dan Nyonya Hankaara mereka sangat baik dan tak pernah mengharuskan ini itu terhadap menantu menantunya. Hanya satu hal saja yang ingin mereka lihat yaitu kebahagiaan puteranya." tutur Theresia sangat panjang lebar membuat Jingga merasa lega.

"Bibi, apakah menurut anda mas Badai saat ini bahagia denganku?" ucap Jingga kemudian.

"Kau mau aku jujur?" ucap Theresia balik bertanya dengan mata membulat lebar menatap Jingga.

"Iyaaa, jujurlah." jawab Jingga snagat penuh harap.

"Badai Hankaara adalah pria sangat bahagia saat ini." ucap Theresia sambil berpamitan pergi.

Sekulum senyum kemudian menghiasi wajah Jingga, mengetahui jika benar Badai sangat bahagia itu sudah sangat cukup untuknya.

'kau laki laki sangat baik mas, aku tak akan menyia-nyiakan suami sepertimu.' gumam Jingga dalam hatinya.

Wanita hamil itu kemudian berjalan jalan ke taman, dia memetik beberapa bunga melati kesukaannya dan kembali lagi ke kamar. Dengan meletakkan melati segar di dalam kamarnya, Jingga merasa lebih nyaman dan tak bosan.

Sore hari, Badai pulang lebih awal sehingga Jingga tak mengetahuinya. Jingga tengah berada di bathtub dan sibuk membalurkan lulur di sekujur tubuhnya sehingga beberapa panggilan Badai tak terdengar olehnya.

Badai yang mendengar suara shower di kamar mandi akhirnya berjalan kesana dan menemukan isterinya tengah berdiri di bawah shower sambil memainkan busa yang tengah dibasuhnya itu.

"Sayang," ucap Badai membuat Jingga sangat terkejut.

"Mas?" jawab Jingga sambil membelalakan matanya karena melihat suaminya sudah berada dibelakangnya dengan sangat siap melahapnya.

"Yaa, aku mau bergabung menikmatinya." ucap Badai yang langsung masuk ke bawah guyuran shower membasahi tubuhnya.

Jingga tak mampu menolak, dengan sigap dia mengambil shampoo juga sabun dan mulai memandikan bayi besarnya itu. Namun perhatian Jingga itu menjadi sinyal lain bagi Badai yang langsung menariknya ke dalam bathtub.

"Mas," ucap jingga sangat manja ketika Badai menuntunnya untuk naik.

"Perutnya makin besar yaa, hallo sayang maaf yaa karena papa sangat tergila-gila pada mama-mu ini" ucap Badai sambil mendekatkan wajahnya ke perut Jingga saat mengatakannya.

Wanita mana yang tak meleleh dengan suami selembut itu, Jingga yang kini semakin pengalaman menangani Badai langsung melayani hasrat suaminya itu dengan sangat baik.

"Pelan-pelan saja" ucap Badai yang kini tengah menyesakki rongga inti isterinya dengan sangat perlahan.

"Aaahhhhhh" Jingga tak kuasa menahan erangannya ketika benda keras itu masuk semakin dalam.

Keduanya kemudian saling berbagi hasrat untuk menghilangkan dahaga. Permainan lembut sepenuh jiwa selalu berakhir dengan nikmat dan sempurna. Jingga selalu mampu memuaskan Badai hingga puncak tertingginya.

"Terimakasih sayang" bisik Badai setelah pelepasannya yang tuntas. Namun Jingga tak mau berhenti, dia tak pernah membiarkan suaminya melepaskan sekali saja. Gerakan Jingga kembali meliar, dengan tetap perlahan dan lembut namun kesan binal membuat Badai kembali mengangkasa. Pria itu kini mengendalikan permainan, dengan hujaman sangat pelan permainan kembali diperpanjang.

"Aaahhhhhhhh"

Desahan panjang keduanya, mengakhiri permainan dengan sangat sempurna.

"Lagi?" tantang Badai sambil menuntun keluar pusakanya itu.

"Tidak, ini cukup sampai besok kan." ucap Jingga yang masih terengah engah sambil mengalirkan air bathtubh yang kini telah dipenuhi lava putih di atasnya itu.

"Sampai besok? Kau mau membuatku tak tidur malam ini yaa?" ucap Badai sambil mengguyur tubuhnya.

"Mas, jangan keterlaluan. Aku bisa mogok dan justru tak bisa melayanimu dalam waktu lama nantinya." ucap Jingga sambil tersenyum.

Dalam hatinya, Jingga berfikir bahwa dia taka kan menolak berapa kalipun suaminya menginginkan. Karena semakin hari, Jingga semakin menikmati semuanya. Namun tentu saja Jingga tetap harus menahan harga nya itu.

Malam yang menjelang, Jingga dan Badai sudah bersiap menuju undangan. Keduanya nampak selaras dan sangat serasi. Malam ini sedikit membuat jingga kikuk karena acaranya akan ditayangkan secara live oleh salah satu stasiun televisi sehingga Jingga benar benar bersiap dengan sangat ekstra.

Tiba di Paddilton Hotel, Badai dan Jingga langsung disambut deretan kamera wartawan yang meliput acaranya, pernikahan dua artis papan atas di negara ini sangat menyita perhatian publik. Dua artis yang menikah ini adalah salah satu ambassador di perusahaan Hankaara Group sehingga kehadiran Badai tak kalah disorot karena menjadi bahan perhatian publik. Inilah yang membuat Jingga cukup dag dig dug, karena untuk pertama kalinya dia akan go publik bersama dengan Badai sang suami. Jingga cemas dan sangat gugup.

"Ingat sayang, kau adalah Nyonya Hankaara." ucap Badai saat mereka turun dari Maybach nya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel