Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Hamil

"Bagaimana kau bisa kecolongan seperti Yuda!" hardik Badai pada anak buahnya itu.

"Maaf Tuan, tadi Nyonya yng mengijinkannya!" ucap Yuda mencoba memberitahukan kronologisnya pada Badai.

Badai terus berjalan mondar mandir di luar ruang IGD menunggu hasil pemeriksaan Jingga yang maish dilakukan oleh dokter di Madella hospital ini. Fikirannya berkecamuk tak menentu karena cemas jika sampai terjadi sesuatu pada Jingga saat ini.

"Tuan, kami sudah mengumpulkan semua rekaman cctv yang anda minta." ucap Ferri sang Kepala Cabang Madella dengan gugup menyampaikannya pada Badai.

"Jika sampai salah satu dari kalian terlibat! Kau akan menanggung akibatnya Ferri!" ucap Badai tanpa ampun menatap ferri sangat tajam

Pria itu seketika gemetaran dan sangat lunglai. Dia sendiri tak mengerti jika sampai ada kejadian seperti ini di bawah pengawasannya.

'ceklek'

Dokter akhirnya keluar dari ruangan dan langsung disambut Badai dengan berondongan pertanyaan.

" Dia baik-baik saja, hanya membutuhkan banyak asupan cairan untuk mengeluarkan semua racunnya." ucap dokter tersebut pada Badai yang langsung merasa lega setelahnya. Badai langsung meringsek masuk menemui isterinya.

"Sayang, kau baik-baik saja?" ucap Badai sambil menggenggam jingga yang menajwabnya dengan anggukan sangat lemah.

"cupp"

Badai mengecup kening Jingga dengan sangat lembut.

"Kau akan aman disini, aku harus mengurus beberapa hal diluar. AKu akan segera kembali." ucap Badai berpamitan.

Setelah memastikkan kondisi Jingga kini Badai kembali menuju Hankaara Grup cabang Madella. Semua orang sudah berkumpul di aula besar tanpa terkecuali. Badai yang mengmuk membuat semua orang gemetar ketakutan. Bukan hal kecil jika sampai menyinggung seorang Badai. Dalam kunjungannya dua tahun lalu di salah satu cabang, Badai yang tak mendapatkan sajian lezat langsung memecat seluruh karyawannya di cabang tersebut. Apalagi sekarang dimana isterinya yang menjadi korban. Di belakang Badai, Ferri terus menunduk tak percaya dengan karirnya ayang pasti sudah terancam tamat ini.

Setibanya di kantor cabang,

Badai langsung berjalan menuju aula dengan raut dingin sangat tak bersahabat. Tak ada suara maupun gerakan yang terdengar, semua hening dan diam disana.

"braaak"

Badai menggebrak meja dengan sangat kencang. Matanya menyalak seperti serigala yang kelaparan hendak memangsa korbannya.

"Sebelum aku mengetahuinya dari cctv, adakah yang mau mengakuinya?" ucap Badai sangat pelan dan dalam.

Tak ada jawaban, semua hanya diam.

'tapp'

'tapp'

'tapp'

Lalu terdengar suar pentopel datang mendekati aula. Semua semakin terkesiap sambil melirik ke arah pintu masuk dimana disana seorang wanita dengan dres dan sepatu merah berdiri dengan tanpa secuilpun menatap Badai.

"Aku yang melakukannya!" ucap wanita itu yang dengan tenangnya mengakui perbuatannya itu.

'grrkk'

Badai menggemeletukkan giginya sementara rahangnya mengeras karena murka dan amarah yang menderanya.

"Mayaaaannng!" teriak Badai sangat bergetar membuat semua mata kini semakin terdiam.

"Yaa, aku ingin membuatnya mati! Jika aku tak bisa memilikimu maka siapapun wanita itu, dia juga tak boleh memilikimu!" ucap Mayang tanpa takut terus berbicara menantang Badai.

"Beraninya kau menyentuh isteriku!" ucap Badai sambil mengepalkan tangannya.

"Yaa, bagaimana lagi, sekarang kau mau menikahiku?" tanya Mayang tanpa basa basi.

"trapp"

Empat orang polisi berpakaian preman yang sejak tadi berada disana untuk melakukan investigasi langsung memborgol Mayang dan membawa wanita itu ke kantor Polisi Madella.

"Kau selamat Ferri! Tapi ingat, ini tak akan kulupakan!" ucap Badai yang langsung berlalu setelah polisi berangkat membawa Mayang.

Badai tak ingin lagi menunda kepulangannya, dia langsung meminta helikopter pribadinya menjemput mereka. Malam itu juga, Badai membawa Jingga kembali ke rumah.

Setibanya dirumah, Badai langsung membawa Jingga ke kamarnya.

"Sayang, aku hanya ingin kau baik-baik saja." ucap Badai sambil mengecup Jingga.

"Mas, jangan keterlaluan begini ah." ucap Jingga dengan sangat kesal menatap Badai yang terus menerus memperlakukannya seperti anak kecil.

"Kau tak pandai berbohong Jingga, ingat saat kau bilang sudah tak perawan lagi?" tanya Badai seketika mengubah arah pembicaraannya.

"Mas? Tapi bener waktu itu aku dan dia berada di dalam kamar yangs ama dan terbangun tanpa sehelai benangpun ditubuhku." ucap Jingga menjelaskan kembali jawabannya di hari pertama pernikahannya itu.

"Lalu nyatanya, aku yang mendapatkannya bukan? Jadi berhentilah menolakku. Kau isteriku dan aku sangat mencandumu! Ingat itu!" ucap Badai sambil mematikan sakelar lampu dan langsung berbaring di sebelah Jingga.

"Kemarilah, aku tak akan bisa terlelap tanpamu." ucap Badai yang langsung menarik tubuh Jingga ke dekapannya.

Malam ini mereka akhirnya tetap berada di rumah. Dan setelahnya, Badai semakin berhati hati menjadwlkan kunjungan kerjanya. Kini Badai lebih menyukai sidak dadakan dalam mengunjungi setiap kantor cabangnya sehingga kedatangannya tak bisa di deteksi oleh siapapun.

Sementara itu, Mayang yang merupakan salah satu ambassador Hankaara Grup akhirnya dipecat oleh Badai dan kini mendapatkan hukuman pelayanan sosial selam asatu tahun akibat ulahnya terhadap Jingga hari itu.

Hari demi hari berganti minggu dan minggu terus berganti dengan bulan, Ayah Jingga sudah sehat kembali dan kini telah berada dirumah. Akhir pekan ini Badai berencana mengajak Jingga menemui keluarganya.

"Sayang, kau janji akan membawaku menjenguk ayah kan?" rengek Jingga sambil mengecup pelan bibir sang suami yang masih terlelap.

"Hmmh, yaaa. Tapi bsiakah kau memberiku bonus pagi ini?" ucap Badai sambil membuka matanya dan menatap Jingga dengan nakal,

"Ihh, malam sudah dua masa sekarang nambah, aku bisa teplok mas." jawab Jingga yang kini benar benar tengah menikmati perannya sebagai isteri Badai.

"Baiklah, aku juga tak ingin bayi kita kelelahan nanti di protes lagi." ucap Badai sambil mengecup perut buncit Jingga yang semakin besar.

Jingga hanya tersenyum menimpalinya, sementara Badai langsung bersiap. Jingga juga sudah bersiap menunggunya di bawah.

Setibanya di rumah orang tuanya, Jingga disambut dengan banyak sekali keluarganya yang juga sudah menantikan kedatangannya sejak lama.

"Ayah, Ibu maaf karena aku baru bisa mengajak Jingga mengunjungi kalian saat ini." ucap Badai langsung menuturkan permohonan maafnya.

"Alhamdulillah, melihat kalian rukun dan baik-baik saja itu sudah cukup buat kami." ucap Ayah Jingga menyambut kehadiran anak dan menantunya itu.

Kebahagiaan terdengar memenuhi seluruh rumah saat Badai mengumumkan kehamilan Jingga yang sudah menginjak usia dua bulan ini. Keharmonisan rumah tangga Badai dan Jingga sangat menyentuh keluarga besar Jingga yang masih tak menyangka jika mereka akan memiliki ikatan dengan keluarga terpandang itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel