Bab 5 Sakit Hati
Secepatnya Siti melangkahkan kaki menuju pintu dan tak lupa menutupnya. Setiba di dalam rumah dia memperlambat kakinya untuk melangkah seolah agar kehadirannya tak didengar oleh Yosef. Tentu saja dia memutuskan menuju ruang keluarga karena yakin kalau Yosef berada di sana. Namun, belum sempat Siti sampai di sana tiba-tiba terdengar suara gaduh dari lantai dua dan sontak Siti menghentikan langkah, lalu menatap ke arah tangga di mana tepat di depannya terletak sebuah kamar yang dihuni oleh Yosef. Suara gaduh tersebut membuat Siti tertarik untuk ikut mendengar dan tak ragu membawa kakinya untuk menaiki anak tangga. Dengan berjalan perlahan dan menoleh sekeliling akhirnya dia tiba di depan pintu yang sedikit terbuka. Itulah alasan kenapa suara gaduh yang berasal dari kamar Yosef bisa terdengar hingga ke lantai satu.
Didahulukan menoleh kiri dan kanan Siti semakin mendekatkan diri pada pintu untuk bersiap mencuri dengar apa yang sedang terjadi di dalam kamar majikannya. Sedangkan di dalam kamar ternyata Yosef sedang berbicara dengan Maria untuk membahas apa yang menimpa Frans. Tentunya kabar itu juga sudah diketahui oleh Maria, termasuk kepergiannya menuju Reynold untuk menemui Frans. Amat jelas Yosef membeberkan apa yang telah dia perbuat ketika bertemu Frans dan direspon dengan baik oleh Maria karena merasa kesal terhadapnya juga. Sedangkan Siti yang setia mendengarkan di depan pintu terkejut bukan main setelah mengetahui apa yang terjadi dan berkaitan dengan calon menantu di rumah itu. Dia menutup mulut agar suaranya yang terkejut tak terdengar dan dirasa informasi yang didapatkan sudah cukup, Siti memutuskan untuk segera pergi sebelum apa yang dilakukan tak dilihat oleh orang lain. Namun, ketika dia membalik tubuhnya tiba-tiba mata itu membulat dengan sempurna ketika menemukan seseorang yang melihat perbuatannya saat ini.
"Cari mati kau!"
Dua pasang mata membulat sempurna seolah ingin keluar dari tempatnya setelah melihat sosok wanita dengan tubuh lebih tinggi sedang berdiri tepat di hadapannya. Bahkan, wanita itu begitu tajam melihat wajah Siti yang tak menduga kalau perbuatannya dilihat orang lain. Apa yang dilakukan tak bisa dia elak dan percuma saja mencari alasan, sedangkan dirinya memang sedang menguping saat ini. Siti yang sudah bekerja di rumah itu cukup lama sudah tahu kalau sosok yang berada di depannya saat ini begitu setia pada Yosef.
"Eh, Mbak Wati. Mengagetkan saja!" ucap Siti akhirnya karena ada Wati yang tiba-tiba muncul dan menemukan aksi menguping barusan.
Tanpa menjawab, Wati langsung menarik tangan Siti dengan kasar dan membawanya menuruni anak tangga. Sedangkan Siti hanya bisa pasrah karena sudah tertangkap basah dan pasti akan terdengar ceramah panjang dari Wati. Ketika menuruni anak tangga, nyatanya terlihat Imam baru saja masuk dan tampak bingung karena Siti ditarik oleh Wati. Tak sungkan Imam segera menyusul untuk mengetahui apa yang terjadi. Sesampainya di dapur, barulah Wati melepas tangannya dan terlihat Siti yang mengelus sambil meringis karena merasakan sakit karena dicekal amat kuat.
"Kenapa kau suka sekali menguping urusan majikan, huh? Apa kau ingin dipecat oleh Pak Yosef? Kalau benar itu maumu, maka akan kusampaikan pada mereka agar memecatmu hari ini juga!" Ocehan cukup panjang akhirnya keluar dari mulut Wati yang terlihat begitu serius saat mengatakan. Adapun Siti masih meringis sambil mengelus pergelangan tangan bersamaan dengan munculnya Imam yang segera menyusul setelah melihat mereka menuruni tangga dengan tergesa. Namun, wajah kesal Wati tetap terlihat, meskipun menyadari kedatangan Imam. Tentunya Siti sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Wati barusan karena mengatakan tentang pemecatan akibat ulahnya yang sudah lancang menguping pembicaraan majikan. Namun, dia tidak menyangka kalau apa yang diperbuat dilihat oleh Wati dan segera menepis.
"Jangan, Mbak! Aku tak ini dipecat. Aku butuh pekerjaan ini. Jangan adukan apa yang kulakukan pada mereka, Mbak. Aku mohon." Suara Siti akhirnya terdengar sambil merengek kepada Wati untuk tidak mengadukan apa yang dilakukan barusan, sedangkan Wati terlihat begitu jengkel karena apa yang dilakukannya telah berulang kali serta sering diperingatkan olehnya agar tak ikut campur urusan orang lain. Sayangnya Siti seakan menulikan pendengaran karena selalu saja ingin tahu. Wati menghela nafas kasar dan menatap gemas pada Situ yang lagi-lagi merengek untuk memohon belas kasih. Belum sempat Wati mengatakan apapun akhirnya terdengar suara Imam yang ingin tahu ada perkara apa antara mereka.
"Ini ada apa, sih!? Kayaknya serius betul!" celetuk Imam ingin tahu sekiranya apa yang terjadi. Sontak mata mereka langsung tertuju pada Imam yang telah berdiri di antara mereka dan memasang wajah penasaran. Didahulukan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, Wati bersiap untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Imam.
"Biasalah penyakitnya sedang kumat karena dia baru saja ketahuan menguping di depan kamar Bapak!" Itulah jawaban yang bisa diberikan oleh Wati dan seketika membuat mata Imam melotot disertai dengan kepala menggeleng berulang kali. Dari reaksinya yang demikian terlihat jelas kalau Imam tak menyangka Siti melakukan hal tersebut dan pasti dipicu dengan apa yang sempat dia tanyakan di depan rumah, tapi tak dijawab olehnya.
"Apa kau sudah gila, Siti? Segitu penasarannya kau sampai nekad menguping karena pertanyaan yang kau berikan padaku tidak kujawab? Kurasa otakmu sudah tak beres karena selalu ingin tahu urusan majikan. Jika Pak Yosef tahu, aku yakin dia akan memarahi dan mungkin memecatmu!" Begitulah sekiranya komentar yang keluar dari mulut Imam di mana kepalanya terus menggeleng seolah tak habis pikir dengan segala perbuatan Siti dan berulang kali diperingatkan oleh mereka untuk tak ikut campur. Namun, sebanyak apapun mereka bicara, tapi Situ tak kunjung berubah dan terus mengulang kebiasaan tersebut.
Mendengar Imam yang ikut memarahi perbuatannya, Siti hanya bisa menekuk wajah sambil merutuki apa yang telah diperbuat. Namun apa boleh buat karena rasa penasaran begitu besar di hati sehingga nekad menguping, meskipun dia sempat mendengar apa yang dibicarakan dan tahu apa yang sebenarnya membuat wajah Yosef terlihat menyeramkan saat pulang tadi. Nasi sudah menjadi bubur dan yang bisa dilakukan oleh Siti hanya meminta maaf sebagai tanda kalau dia menyesali perbuatannya juga berharap Wati tak mengadukan kesalahan itu kepada Yosef atau Maria.
"Iya iya ... aku minta maaf karena sudah melakukan hal bodoh barusan. Aku mohon jangan adukan pada Pak Yosef atau Bu Maria. Aku tak mau dipecat, Mbak. Berikan aku kesempatan dan aku janji tak akan seperti itu lagi!" Sebuah janji kembali diutarakan oleh Siti untuk kesekian kali. Wati dan Imam justru membuang nafas kasar seolah merasa jenuh dengan kalimat seperti itu karena terbukti selalu dilanggar. Rasa tak tega tentu dimiliki oleh Wati yang tahu betul kalau Siti membutuhkan pekerjaan tersebut. Apalagi dia memang sudah lama bekerja dengan Yosef, meskipun kebiasaannya menguping dianggap sangat mengganggu. Maka, Wati harus mengurungkan niatnya mengadukan perbuatan itu kepada mereka demi menyelamatkan Situ agar tetap bekerja di rumah itu.
"Dengar, Siti! Untuk kali ini aku tak akan mengadukan perbuatanmu pada mereka, tapi selanjutnya aku tak bisa pastikan kau akan bisa bertahan di rumah ini jika terulang lagi. Kita bekerja di rumah ini sesuai porsi yang ada dan jangan ikut campur urusan orang lain, terutama majikan. Paham?"