RENCANA BALAS DENDAM
Viona meninggalkan rumah sakit jiwa. Setelah Satria lebih dulu pergi. Viona telah memutuskan akan mengembangkan. Perusahaan keluarganya dan menghancurkan perusahaan dari mantan kekasihnya.
“Tunggu saja tanggal mainnya Al, aku akan menghancurkanmu!” seringai Viona lalu pergi dari rumah sakit mengendarakan mobilnya.
Viona membelah jalanan kota, menuju perusahaan peninggalan ayahnya.
Yang kini dikelola oleh ibunya. Namun Pinkan malah mengalami depresi, setelah Viona mengalami kecelakaan.
Hingga pada akhirnya harus Viona yang mengelola. Perusahaan yang bergerak di bidang fashion tersebut.
Tidak memakan waktu lama, kini Viona telah sampai di kantor perusahaan keluarganya.
Di depan gedung, Viona memarkirkan mobil mewahnya, lalu turun dengan kaki jenjang yang terlihat putih mulus.
Kini semua mata tertuju pada Viona, yang terlihat cantik dengan setelan kerjanya.
Dengan penuh percaya diri Viona melangkahkan kaki sambil menegakkan kepala, dengan pandangan tegas.
Kesan dingin yang terlihat dari raut wajah Viona, tapi tidak sedikit pun mengurangi kecantikannya.
“Selamat pagi nona Vio,” sapaan akrab mereka terhadap Nonanya.
Namun Viona hanya membalas sapaan, para anak buahnya dengan menyunggingkan senyum ramahnya.
Kemudian Viona segera menaiki tangga eskalator, yang terhubung langsung ke lantai tiga, di mana di lantai itu adalah letak ruangannya, sebagai presdir dari perusahaan boutique, ternama di kota tersebut.
Sementara di kantornya, Aldi masih terduduk di dalam ruangannya. Masih memikirkan Viona yang tidak bisa ia hilangkan dari ingatannya.
‘Maafkan aku Viona , aku tidak bermaksud menyakitimu,’ batin Aldi sambil memandangi langit-langit di ruangannya.
KLEK. Suara pintu terbuka, lalu Aldi menoleh, ternyata yang memasuki ruangannya adalah Veronica, istri yang tak di anggap olehnya.
“Untuk apa kau datang kemari?” tanyanya dingin.
“Aku hanya ingin menemuimu, apakah salah seorang istri mengunjungi kantor suaminya!” jawab Veronica.
Sontak saja Aldi kembali berbicara kasar, terhadap Veronica.
“Salah!” bentaknya.
“Aku tidak menginginkanmu datang untuk menemuiku, cepat pergi dari ruanganku,” ucap Aldi mengusir Veronica.
Namun Veronica masih membandel, tak mau menuruti apa yang Aldi perintahkan.
“Salahnya di mana? kau suamiku, sudah sepatutnya setiap hari aku mengunjungimu, agar publik tahu kalau kita adalah pasangan yang harmonis, aku mencintaimu Al, kau harus ingat itu!” ujar Veronica.
“kau mencintaiku?” ucap Aldi tertawa.
“Maafkan aku Veronica, dari dulu tentunya kau sudah mengetahui perasaanku untuk siapa, jadi jangan berharap lebih dari pernikahan ini!” sambung Aldi.
“Kenapa kau tidak bisa mencintaiku Al? Tolong kasih aku alasan yang tepat, Jika kau tidak bisa mencintaiku,” ucap Veronica tersenyum samar dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Karena kau bukanlah Viona, aku tak bisa mencintaimu! karena aku sangat mencintai Viona sahabatmu! kenapa kau tidak mau mengerti Veronica,” sentak Aldi yang mulai kesal.
“Baik! jika itu yang kau mau, pergilah! kejar wanitamu itu,” ucap Veronica.
“Tapi yang harus kau tahu! saat ini Viona sangat membencimu! Apa kau tahu itu!” ujar Veronica kembali mengingatkan Aldi pada kenyataan.
“Ya semua itu karena ulahmu Veronica, kenapa kamu tidak menolak perjodohan ini!” bentak Aldi.
Setelah berdebat dengan Veronica, Aldi keluar dari ruangannya, ia merasa sangat muak dengan wajah Veronica.
‘Kau boleh saja terus menolakku Al, suatu saat kau akan membalas cintaku,’ ucap Veronica dalam hatinya.
Sementara, Satria sedang berada di kantornya, tak henti-hentinya ia menyesali kebodohannya, lantaran terlihat gugup di hadapan Viona.
Sejenak Satria menghela nafasnya, lalu terduduk dan memijat keningnya.
“Untung saja Viona tak mencurigaiku, kalau aku gugup saat berhadapan dengannya,” ucap Satria pada dirinya sendiri.
Kemudian Satria terfokus pada layar laptop, yang berada di atas meja kerjanya.
TOK-TOK-TOK. Suara seseorang mengetuk pintu ruangannya, lalu Satria sedikit berteriak agar orang di balik pintunya segera masuk.
“Masuk siapa di sana?” teriak Satria.
“Ada apa kau datang ke ruanganku?” Aku tidak memintamu untuk datang ke ruang kerjaku, katakan ada apa?” tanya Satria pada sekretarisnya.
Perlahan sang sekretaris, memasuki ruangan Satria.
“Maafkan saya Tuan, saya hanya ingin memberitahu pada Anda, bahwa ada seorang perempuan yang ingin bertemu Anda,” ucap sekretaris tersebut.
“Siapa namanya?” ucap Satria dingin.
“Maaf Tuan, saya lupa menanyakan namanya!” jawab sekretaris itu.
“Kalau begitu, kamu tanyakan namanya dan ada keperluan apa dengan saya!” ucap Satria mengibaskan tangan.
“Iya Tuan,” ucap sekretarisnya.
Sementara Satria terduduk memikirkan, tamu untuknya itu.
“Kira-kira siapa ya, yang mau menemuiku?” ucap Satria bertanya pada dirinya sendiri.
Tiga menit kemudian.
KLEK. Suara pintu terbuka kembali, menampakkan wajah sekretarisnya, lalu Satria langsung bertanya.
“Siapa orang yang ingin menemui saya?”
“Namanya Nyonya Early Tuan!”
“Baiklah saya akan segera ke sana, dia di ruang tamu kan?”
“Iya Tuan,”
“Yaudah, kamu lanjutkan pekerjaan kamu,”
Perlahan Satria melangkah pergi menuju ruang tamu, untuk menemui tantenya, ibu dari Aldi.
‘Untuk apa tante Early datang ke kantorku,’ batin Satria heran.
Sekilas Early menoleh menyadari keponakannya, telah datang menemuinya.
“Halo tante, Satria kira siapa,” sapa Satria berusaha ramah.
Kemudian Satria duduk di sofa, bersama Early.
“Kamu kenapa enggak pernah main ke rumah?” ucap Early.
“Tante tahulah, kalau Satria sangat sibuk!” jawabnya padahal Satria sebenarnya sangat menjaga jarak, lantaran Early pernah memfitnah ibunya.
“O ya ... ada perlu apa tante datang kemari? Kok tumben,” ucap Satria.
“Tidak ada perlu apa-apa sih sebenarnya, tante hanya ingin mengunjungi kantor kamu saja, enak ya kantor kamu nyaman!” ujar Early mengitarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
“Saya kira tante datang kemari ada keperluan yang lain, Maaf ya tante saya sibuk. Jadi tolong tante pergi saja!” ucap Satria mengusir secara halus.
Namun Early merasa tersinggung dengan cara Satria.
‘Beraninya anak ini mengusirku! saya tidak terima, ini sama saja penghinaan,' kata Early di hatinya.
Kemudian Early bangkit setelah menerima pengusiran dari Satria, meskipun secara tidak langsung, tapi tetap saja ia sangat tersinggung.
“OH. Yaudah! Kalau begitu tante pamit, maaf kalau tante mengganggu waktumu!” ucap Early terlihat kesal, lalu pergi.
‘Baguslah dia cepat pergi dari sini, aku muak dengan tingkah keluarganya, dasar penjilat,' ucap Satria dalam hatinya.
Kemudian Satria kembali ke ruangannya.
Sementara Viona di kantornya, terduduk di dalam ruang kerja, sambil memikirkan rencana pembalasan pada Aldi yang telah mengkhianatinya.
Viona memainkan ponsel di tangannya, sekilas terbesit di otaknya, nama Satria berseliweran.
Kemudian Viona menghubungi Satria, untuk meminta bantuan, agar perusahaannya ikut bergabung dengan perusahaan Satria, supaya dia bisa dengan mudah menghancurkan Aldi.
Tiba-tiba saja Satria disadarkan oleh suara getar dari ponselnya.
“Halo dengan siapa ini?” tanya satria.
“Ini aku Viona, kau belum lupa kan?” ucap Viona di seberang sana.
“Ya aku masih mengingatmu, ada apa kau menghubungiku?” tanya Satria.
“Aku membutuhkan bantuan darimu! Tolong, masukan perusahaanku ke dalam daftar kerja sama dengan perusahaan Aldi, kau bisa kan?” ucap Viona di seberang sana.
“Baiklah permintaanmu di kabulkan Nona!” ujar Satria.
“Baiklah terima kasih Tuan Satria, kau jangan coba mengkhianati kerja sama ini, atau kau siap mendekam di penjara!” ucap Viona mengingatkan Satria.
“Aku suka dengan cara kerjamu, kau licik tapi baik!” ujar Satria.
“Apa kau sedang memujiku Tuan Satria, sayangnya aku tidak butuh pujian darimu!” ucap Viona dingin mengakhiri percakapannya.