PENGKHIANATAN SANG SAHABAT
NIT-NIT-NIT. Suara mesin alat medis berbunyi, sedangkan Viona masih tak sadarkan diri ia terbaring lemah di kamar rawatnya.
Terlihat di sana pria berperawakan tinggi, sedang terduduk di kursi tunggu. Menundukkan kepalanya ia menyesal, karena sudah menabrak gadis cantik yang sedang berjalan di tengah guyuran hujan tepat satu minggu yang lalu.
Sesaat kemudian seorang dokter keluar dari ruang rawat Viona, kemudian pria tampan yang bernama Satria Nusantara itu bangkit dan bertanya tentang kondisi gadis yang di tabraknya.
"Bagaimana kondisi perempuan itu dok? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Satria khawatir.
"Dia baik-baik saja Tuan! Hanya saja dia belum sadarkan diri, karena efek dari obat yang disuntikan paska operasi," balas dokter yang menangani Viona.
'Syukurlah jika dia baik-baik saja,' batin Satria menatap nanar pada Viona yang masih terbaring kaku.
Sesaat kemudian Satria berkata kepada dokter yang menangani Viona, agar merawatnya hingga sembuh total.
"O yah, Dok tolong anda rawat dia hingga sembuh. Saya akan meninggalkannya sebentar, masih ada banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, Dok!" ucap Satria.
"Silahkan Tuan! Saya pasti merawatnya sampai sembuh anda tenang saja, gadismu aman bersamaku," sahut dokter yang merawat Viona.
Kemudian Satria meningalkan Viona di rumah sakit miliknya itu, dengan penuh kelegaan di hati. Satria mempercayakan perawatan gadis yang tak sengaja ditabraknya, kepada Dokter Wisnu yang bertugas di rumah sakit miliknya.
Sementara Pinkan masih mengamuk di tengah pesta pernikahan Aldi dan Veronica.
"Kalian sangat kejam! Kenapa Tuhan tidak mengutuk kekejaman kalian ini. Putriku menghilang sedangkan kalian malah berbahagia di atas penderitaannya," ucap Sarkas Pinkan memaki-maki Aldi dan Veronica.
"Aldi tolong, jawab mama? Siapa ibu ini dan siapa sebenarnya Viona?" sentak Early terhadap putranya.
Aldi terdiam sejenak, menghela nafasnya. Sesaat kemudian memberanikan diri menjawab pertanyaan ibunya.
"Vi-ona Kekasihku, Ma! Dan ini adalah tante Pinkan ibunya Viona," jawab Aldi gugup, ia merasa bersalah dengan semua yang telah terjadi.
"Kenapa dari awal kamu tidak pernah mengenalkan kekasihmu pada Mama, Nak! Lalu apa yang terjadi dengan Viona?" tanya Early kesal, lantaran tak tahu menahu soal kekasih putranya itu.
"Al takut Mama tidak merestui hubungan kami, karena di hari Mama memberitahukan tentang wasiat Nenek, Al juga berniat mengenalkan Viona pada Mama. Namun Al terlambat, karena Mama sudah memberitahukan wasiat itu yang mengharuskan Al menikahi Veronika," lirih Aldi terbata-bata.
Veronica mulai terlihat khawatir, lantaran sikap Early yang sangat baik. Ia takut ibu mertuanya itu berubah pikiran, dan meminta Aldi untuk menceraikannya.
'Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, aku harus segera membawa Tante Pinkan keluar dari sini,' batin Veronica.
Lalu ia menyelinap pergi dari kursi pelaminannya, Veronica segera bergegas menuju kantor security meminta Pak security untuk mengusir Pinkan.
Ibrahim dan Nigar ikut angkat bicara dan membela Aldi, lantaran mereka tidak mau putrinya bersedi karena hal memalukan ini.
"Ini semua bukan salah Aldi, ini semua salah putrimu, Pinkan!" kenapa tidak meninggalkan Aldi jika memang sudah tahu soal perjodohan ini," ucap Nigar membela menantunya.
Pinkan menoleh, menatap tajam pada Nigar yang membela Aldi si lelaki pecundang.
"Mungkin jika putriku tahu, ini semua tidak akan terjadi Nigar. Pernikahan kalian tidak akan bahagia Aldi, camkan itu!" sentak Pinkan pada Nigar dan menyumpahinya.
"Pinkan, saya tahu saat ini kamu sedang bersedih. Aku mohon dengan sangat, tolong, jangan membuat onar di pernikahan putriku yah," sahut Ibrahim memohon pada Pinkan.
"Begini rupanya cara kalian memperlakukan, Viona di belakangku. Selamat Nyonya Early, mungkin karma akan menunggumu!" geram Pinkan, mengeratkan rahangnya tegas.
"Maafkan atas ketidaktahuan saya, soal hubungan anak kita Nyonya," lirih Early memohon.
"Maaf katamu, gampang sekali kau, meminta maaf. Sementara putriku menghilang seperti di telan bumi," ucap Pinkan dingin.
Kemudian Pinkan melanggkah dengan menegakan kepalanya, Ia berusaha bersikap tenang diantara riuhnya para tamu undangan yang berbisik-bisik tentangnya.
"Tolong jangan buat onar di acara ini Nyonya, ayo silahkan pergi dari sini!" ucap Security yang baru tiba ke dalam aula gedung, tempat pernikahan Aldi dan Veronica di laksanakan.
"Aku juga akan pergi dari sini, kau tak perlu repot-repot mengusirku!" sentak Pinkan marah.
Sedangkan Veronica menatap ibu dari sahabatnya itu dari kejauhan.
'Kasihan sekali kau Tante Pinkan, salah siapa putrimu itu selalu berusaha mengambil semua yang aku inginkan,' seringai Veronica menatap kepergian Pinkan.
Saat Pinkan berjalan meninggalkan pesta pernikahan Aldi dan Veronica, tiba-tiba saja mobil sport berhenti tepat di depannya.
Pria berperawakan tinggi dan terlihat tampan Itu turun dari mobilnya. Ia merapikan jas hitamnya, kemudian berjalan gontai menuju kursi pelaminan Aldi dan Veronica.
"Satria," ucap Early menyambut kedatangan keponakannya, yang telah lama tinggal di Australia.
"Tante apa kabar?" sahut Satria menyalim tangan tantenya.
Kemudian Satria beranjak, memberikan ucapan selamat terhadap sepupunya yaitu Aldi.
"Selamat menempuh hidup baru Al, semoga selalu berbahagia!" ucap Satria bersalaman tangan dan memeluk Aldi.
"Terimakasih Sat, atas doanya!" kata Aldi terlihat cuek dan tak bahagia, lantaran hatinya masih milik Viona.
Veronica sangat tertegun dengan ketampanan sepupunya Aldi, yaitu Satria. Bahkan ia sampai berpikir untuk memilikinya.
'Huhhhh, kenapa mereka berdua sangat tampan sih,' batin Veronica, menatap lekat wajah Satria.
Lalu Satria melepaskan pelukannya dari Aldi, dan menyalami Veronica.
"Cantik sekali Istrimu ini Al," puji Satria di hadapan Veronica.
Sehingga membuat Veronica melambung tinggi di angan-angan, karena telah di puji oleh satria Ceo tampan asal Australia.
"Sepupu kamu ini bisa saja Al," sahut Veronica menyipit matanya, merasa malu sekaligus senang mendapatkan pujian dari Satria.
"Halo Satria! Duhhhh, makin hari Tante makin pangling sama kamu," ucap Nigar menyapa keponakan dari besannya.
"Halo Tante, Satria juga pangling sama Tante Nigar yang semakin hari semakin cantik saja," kata Satria memuji Nigar, Mertua dari Aldi sepupunya.
"Jarang loh Ceo penting dari perusahaan besar sepertimu datang ke pesta sekecil ini Sat," sahut Ibrahim yang ikut berbicara.
"Biasa saja Om! Besar kecilnya perusahaan tergantung kitanya. Perhatian pada Karyawan kita, atau tidak buat apa memiliki perusahaan besar jika karyawannya banyak yang belum sejahtera. Iya kan Al?" ucap Satria sedikit menyindir sepupunya.
HA-HA-HA.
"Iya benar Sat! Semua itu hanya akan sia-sia kita tidak akan bahagia jika kita menikmati keringat bawahan kita sendiri." sahut Aldi menahan emosi.
'Hhhhh, kena kau Al,' batin Satria, menatap tajam pada sepupunya.
setelah menyalami mereka, Satria kembali berpamitan kepada tantenya yaitu Early ibu dari Aldi. Bukan tak ingin Satria tinggal lebih lama lagi di pesta itu, ia memikirkan keselamatan gadis yang tak sengaja ia tabrak. Di saat guyuran hujan yang membuat pandangannya kabur.
Sehingga menabrak gadis cantik, bernama Viona yaitu kekasih Aldi yang telah tercampakan oleh takdir.