KEKASIH YANG TIDAK PUNYA HATI
Sore itu Satria segera kembali ke rumah sakit, hanya untuk memastikan keselamatan dari gadis yang ia tabrak.
Dalam perjalanannya, ia tak henti-hentinya merutukki dirinya sendiri karena tak berhati-hati dalam mengemudikan mobilnya.
'Ini semua salahku, maafkan aku yang tak berhati-hati wahai perempuan malang,' batin Satria sambil mengemudi.
Kurang lebih memakan waktu perjalanan lima belas menit, kini Satria telah sampai di rumah sakit tempat di mana Viona gadis yang ditabrak dirawat.
Perlahan Satria turun dari mobilnya, segera bergegas memasuki gedung yang bercatkan serba putih itu.
Setelah sampai di depan ruang perawatan Viona, Satria duduk di kursi tunggu tak berapa lama dokter yang merawatnya keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana dengan kondisi wanita itu Dok? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Satria pada dokter tersebut.
"Dia baik-baik saja Tuan! Hanya saja Nona itu belum sadarkan diri. Tapi anda tak perlu mengkhawatirkannya, karena sebenarnya kondisinya sangat sehat. Mungkin sebentar lagi dia akan sadar," jelas dokter tersebut, pada Satria.
"Terimakasih, Dok! Bolehkan saya masuk untuk melihat keadaannya," sambung Satria.
"Tentu saja! Silahkan Tuan," ucap dokter. Sambil melangkah pergi meninggalkan Satria, yang mulai memasuki ruang perawatan Viona.
KLEK. Satria membuka pintu ruang perawatan itu yang pertama dia lihat adalah gadis cantik terbaring lemah di ranjangnya.
Perlahan ia melangkah, .endekati ranjang itu. Sesekali Satria menatap wajah Viona. Ia mengagumi sosok cantik yang kini berbaring di hadapannya.
'Sadarlah, maafkan aku! Aku Tak sengaja membuatmu seperti ini,' batin Satria, memandangi wajah cantik Viona.
Lalu Satria duduk di bangku yang tersedia di samping ranjang Viona, Ia menyandarkan kepalanya di sana di ranjang itu hingga tertidur.
Namun setelah Satria tak sengaja tidur di situ, perlahan Viona melentik-lentikkan jemarinya. Kemudian membuka mata dan melihat kesekelilingnya, Ia tahu bahwa sekarang dia berada di rumah sakit.
'Sejak kapan aku berada di sini?' batin Viona. Wanita itu Berusaha bangkit, hingga akhirnya ia menyadari bahwa di sampingnya ada seorang pria yang tertidur pulas.
Viona terkejut lantaran yang menemaninya bukanlah lelaki yang diharapkannya.
"Bangun, siapa kau?" Viona mencolek-colek Satria yang menyenderkan kepalanya ke ranjang.
Kemudian Satria terbangun, dan menoleh ke arah Viona yang telah terduduk dengan posisi menyenderkan dirinya ke ranjang.
"Hoam, Rupanya kau sudah siuman. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Satria sambil menguap.
"Saya tanya kau siapa? Dan kenapa saya bisa berada di sini?" tanya Viona, dengan rentetannya.
"Kau, tidak sengaja aku tabrak! Tepat seminggu yang lalu! Maafkan aku," ucap Satria terbata-bata.
DEG.
Viona memutar otaknya, Setelah mendengar kata tertabrak tepat satu minggu yang lalu. Terlontar dari mulut Satria, laki-laki yang sama sekali tak di kenalnya.
"Jadi selama itu aku baru sadarkan diri! Kenapa kau malah menabrakku. Dasar bajingan," maki Viona memukul Satria.
"Hey! Dasar wanita tak tahu diri. Awww, Hentikan. Kau menyakitiku!" sahut Satria, yang tidak terima dipukul oleh Viona.
"Ini semua gara-gara kau, kenapa kau menabrakku."
Viona meracau tak jelas marah kepada Satria.
Kemudian Viona mencabut selang infus, ia ingin segera pergi untuk melabrak Aldi dan Veronica yang telah mengkhianati cintanya.
'Aku harus pergi dari sini, akan kuberi pelajaran orang-orang tak tahu diri itu,' batin Viona sambil mencabut selang infus dan menurunkan kakinya dari ranjang.
Viona kesal, marah, benci. Kini berkecamuk di dalam hatinya.
"Hey! Kau sudah gila, kau mau kemana? Kau baru sembuh jangan banyak bergerak dulu," cegah Satria terhadap Viona.
Namun Viona tidak mendengar perkataan dari Satria, ia malah lebih ingin membalas rasa sakit hatinya pada Aldi.
"Jangan halangi aku! Memangnya siapa dirimu, beraninya kau menghalang-halangiku," sentak Viona tetap beranjak dari ranjangnya, meski langkahnya tertatih Ia tetap berniat pergi dari rumah sakit itu.
"Kau ini, keras kepala yah! Dasar tidak tahu di untung," umpat Satria, menggenggam tangan Viona.
"Lepaskan aku! Berani sekali kau menyentuhku. Uuuuh...," Viona mendorong Satria hingga terjatuh.
BRUG.
"Awww! Dasar gadis gila," umpat Satria merutukki Viona.
Sementara Viona berlari meninggalkan ruangannya, bergerak cepat menuju ke halaman rumah sakit untuk segera pergi menuju rumah kekasih yang mengkhianatinya.
Viona tidak tahu bahwa hari ini adalah, hari pernikahan Aldi dengan Veronica, Sahabatnya.
"Taksi ...," ucap Viona melambaikan tangan ke jalan, pertanda menghentikan Taksi yang lewat di hadapannya.
Sedangkan Satria berusaha mengejarnya, Karena khawatir terhadap Viona yang baru saja sembuhkan dirinya dari kecelakaan.
Namun pengejarannya gagal, lntaran Viona sudah memasuki Taksi dan pergi dari rumah sakit itu.
"Sial! Ada apa dengan gadis gila itu," umpat Satria berlari menuju mobilnya.
Kemudian mengejar Viona menggunakan mobilnya, bersyukur taksi yang di tumpangi Viona berhasil di ikutinya.
Satria melihat taksi yang di ikutinya, berbelok ke arah rumah Aldi sepupunya.
"Mau apa dia pergi ke perumahan ini," gumam Satria, Sambil mengemudi.
Tidak berapa lama, Viona turun dari taksinya setelah sampai di depan rumah Aldi.
"Aldi, keluar kamu!" teriak Viona di halaman rumah kekasihnya. Namun nihil tak ada sahutan dari penghuni rumah kekasihnya itu.
Rumah itu nampak sepi, seperti tak berpenghuni. Tiba-tiba saja beberapa mobil berhenti tepat di halaman rumah mewah itu.
Namun tatapan Viona terjatuh, pada salah satu mobil yang di hias dengan bunga. layaknya mobil pengantin.
Viona terkejut, hatinya hancur setelah melihat orang yang turun dari mobilnya. Adalah kekasih nya dan sahabat dekatnya.
Kini tatapan mereka bertiga akhirnya bertemu, terukir senyum mencemooh dari bibir Veronica pada Viona sahabatnya.
"Apa-apa an ini Aldi? Kalian, kalian meni-kah?" ucap Viona terbata-bata dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Iya, aku sudah menikah dengan Veronica!" ucap Aldi singkat.
PLaK. Sebuah tamparan pun mendarat, di pipinya.
"Bajingan kamu Al, tega kalian!" maki Viona menampar Aldi.
'Aku akan membalas kalian, khat saja akan aku hancurkan rumah tanggamu Al,' batin Viona mengusap air mata. Pergi meninggalkan Aldi dan Veronica, karena ia tidak ingin merendahkan harga dirinya di hadapan Aldi.
'Maafkan aku Vi, sebenarnya aku tak ingin melihatmu sehancur ini. Semoga kau mendapatkan jodoh yang lebih baik dariku,' batin Aldi menatap Viona pergi dari pandangan nya.
"Al, sudahlah! Aku yakin kemarahan Viona hanya sesaat saja," ucap Veronica menggenggam tangan Aldi, suaminya.
"Diam kau! Aku tak butuh pendapat darimu," sahut Aldi dingin, melepaskan tangannya dari Veronica.
Sedangkan Satria hanya mengawasi mereka dari balik mobilnya, Satria tidak menyangka bahwa Viona adalah kekasih dari sepupunya yang telah dicampakan.
'Pantas saja gadis itu marah kepadaku, karena kesalahanku dengan menabraknya. Secara tidak langsung aku membantu Aldi untuk berkhianat pada Gadis itu,' gumam Satria dari balik mobilnya.