MALAM KELAM
Satria mengemudikan mobilnya, dengan sekali belokan, ia memasuki rumah mewahnya, sementara Viona tercengang setelah mengetahui jika satria bukanlah orang sembarangan.
BRUG.
Satria turun dari mobil, sementara Viona masih menatap rumah megah yang berdiri kokoh di hadapannya.
“Ini rumah siapa?” tanya Viona masih terbingung, baru akan keluar dari mobil.
“Jangan banyak bicara. Ini rumah saya!” jawab Satria cuek.
“ eh ... ayo turun!” ajaknya.
“Kamu yakin? Ini rumah kamu,” ucap Viona ragu.
“Astaga, kamu tidak percaya? Kalau ini benar rumah saya!” ucap Satria meyakinkan.
Namun Viona malah tertawa, ia masih tetap tidak percaya. “Ahaha ... kau bercanda? Sudah akui saja kalau kamu itu hanya sopir di rumah ini enggak apa-apa kok!” ucap Viona terbahak-bahak.
“Astaga gadis ini!” Satria sudah habis kesabaran menghadapi ulah Viona.
“Kau mau masuk atau tidak?” ucap Satria mengeram.
“ini memang benar rumah saya!” sentaknya.
“Kau pikir aku tidak tahu ini rumah siapa?” ini aku kenal banget sama pemilik rumah ini,”
“O yah! hebat ya kamu kenal dengan pemilik rumah ini!” ucap Satria bersedekap tangan di hadapan Viona.
“Inikan rumah milik pak Satria Nusantara,” ujar Viona.
“Iya, ini aku orangnya!” sahut Satria sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Jangan mengaku-ngaku. Pak Satria tidak semuda kamu, kalau tidak salah pak Satria itu umurnya sekitar kepala limalah,” sahut Viona.
“What’s!” mata Satria terbelalak, bahwa dia dimata Viona setua itu.
“Aku tidak setua itu gadis gila!” ucap Satria mengeram kesal.
Kemudian Viona berjalan mendahului Satria, ia mengabaikan tuan muda pemilik rumah megah tersebut.
‘Dasar gadis gila!’ ucap Satria dalam hati, masih tak percaya atas ucapan Viona, kemudian ia mengambil ponsel disaku, mengambil foto selfi memastikan bahwa penampilannya tidak setua yang dikatakan Viona.
“Aku masih ganteng kok, aku enggak kelihatan seperti umur kepala lima kok, wah pelecehan ini,” gumam Satria menghampiri Viona yang mendahuluinya.
Saat Satria dan Viona berada di depan pintu, kemudian pelayanan di rumah Satria membukakan pintu untuk menyambut kedatangan tuannya.
“Selamat malam tuan muda, kenapa tidak menghubungi kami dahulu, Jika akan datang kemari,” sambut dua pelayan yang kini menyambut kedatangan mereka.
Namun Viona masih tidak percaya, ia menolak kenyataan, yang sudah jelas di depan matanya.
“Bisa diakui kualitas akting kalian memang luar biasa, hahaha ... kenapa kalian tidak main film atau sinetron saja sih?” ucap Viona terkekeh.
Satria menatap tajam terhadap Viona, ia kesal. Ingin rasanya memarahinya. Namun Satria tahu bahwa Viona bukanlah perempuan sembarangan.
“Tolong berhenti mentertawakan aku, atau a ...”
Seketika ucapan Satria terpotong oleh Viona, yang tak berhenti meledeknya.
“Atau aku akan mengusirmu, begitu ya!” ucap Viona.
“ bangun hei ... bangun, kalau mimpi jangan ketinggian, nanti jatuhnya sakit loh!” sambung Viona menepuk pipi tampan Satria.
Seketika wajah tampan berkulit maskulin itu, berubah memerah menatap tajam pada Viona yang masih terkekeh, di hadapannya.
Sementara para pelayan, ikut mentertawakan bos besarnya. Lantaran baru kali ini mereka melihat, perempuan yang berhasil melawan bosnya, hingga tidak berkutik sama sekali.
“Diam,” teriak Satria yang hilang kesabaran.
Seketika para pelayan, terdiam menundukkan kepalanya, lantaran takut pada bosnya, jika sudah membentak seperti ini.
“Apa kalian sudah bosan bekerja denganku? Jika memang begitu silahkan angkat kaki!” sentaknya.
Sontak saja Viona terlonjak kaget, dengan teriakkan dari Satria, tapi dia masih belum percaya jika pria tampan itu adalah Satria Nusantara.
“Kau kenapa? hahaha ... sudahlah jangan bersandiwara lagi,” ucap Viona masih terkekeh.
Kemudian salah satu pelayan itu berbicara, memberitahu jika laki-laki yang kini sedang terlihat marah, memang benar-benar Satria Nusantara, sang CEO dari perusahaan NUSA&ANTARA_CORPORATE.
“Ma-maaf nona, beliau memang Tuan Satria Nusantara, pemilik rumah ini sekaligus bos kami,” ucap pelayan gugup,” maafkan kami tuan, jangan pecat kami,”lirihnya.
Perlahan Satria melangkah memasuki rumahnya, di ikuti oleh Viona dan beberapa pelayannya.
Namun saat Viona sedang memasuki rumah itu, ia dihadapkan dengan sebuah bingkai foto berukuran besar. Di mana, di sana terlihat kakek-kakek yang dia sangkanya adalah Satria Nusantara, sedang duduk bersama istri dan anaknya. Yaitu laki-laki yang kini berada tepat di depannya.
Viona menelan ludahnya, tertawa samar setelah mengetahui pria yang sedang bersamanya, memang benar-benar Satria Nusantara.
‘Jadi dia tidak berbohong padaku, dia memang Satria Nusantara,’ ucap Viona dalam hatinya.
“Kau sudah percayakan sekarang!” ucap Satria menyadarkan lamunannya.
“Aku baru percaya, maafkan aku,” ucap Viona menggaruk tangannya yang tidak gatal.
“Tapi tetap saja kau sudah berjanji akan membantuku,” ucapnya yang tak merasa takut sedikit pun.
‘Wanita ini memang beda dari yang lain, Aldi kau salah besar telah membuang gadis intan permata seperti ini,' batin Satria.
“Baguslah, jika kau memang benar-benar Satria Nusantara, aku tidak salah meminta bantuan darimu,” ucap Viona.
“Perkenalkan namaku Viona Teressa Antonio,” ucapnya sambil mengulurkan tangan.
‘Sudah kuduga pantas saja wanita ini begitu tegar, pemberani. Ternyata dia anak dari Antonio, konglomerat itu,' batin Satria.
Kemudian menimpali Viona, “Huh, dari awal aku sudah tahu siapa dirimu, jadi untuk apa aku berjabat tangan denganmu!” ucap Satria menolak bersalaman dengan Viona.
“Sombong sekali kau, dasar pria arogan,” ujar Viona menatapnya.
“Terserah apa katamu,” ucap Satria mengibaskan tangan, sambil menaiki anak tangga, menunjukkan kamar untuk Viona, lalu Satria menoleh.
“Hey! Kenapa kau masih diam di situ! apa kau tidak ingin beristirahat,” ucap Satria.
Sementara Viona malah berpikir, jika ia akan tidur satu kamar dengan Satria.
“Apa kau sudah gila! aku tidak mau jika tidur satu kamar denganmu,” ujar Viona menatap Satria.
“Jangan terlalu percaya diri nona, siapa juga yang tertarik denganmu,” Ucap Satria.
“Baguslah,” ucap Viona segera menyusul Satria yang sudah berdiri tepat di depan sebuah kamar.
Sedangkan Veronica kini tengah di landa kegalauan, lantaran Aldi tidak ingin tidur satu kamar dengannya, apalagi untuk menyentuhnya.
Perlahan Aldi memasuki kamarnya, ia mengambil peralatan tidur di kamar, seperti bantal dan selimut.
“Kau mau kemana Al?” tanya Veronica terhadap Aldi.
“Tidurlah, aku akan tidur di kamar sebelah,” jawab Aldi dingin, lalu keluar dari kamarnya, namun Veronica menahan lengan kekar Aldi.
“Al bukankah kita sekarang, sudah menjadi suami istri. Tidurlah bersamaku, kita habiskan malam pertama kita bersama,” ucap Veronica membujuk Aldi. Sementara Aldi sama sekali tidak memperdulikannya.
“Tidak bisa, aku tidak ingin melakukannya denganmu, kau bukan seleraku!” ucap Aldi menghempas tangan Veronica.
DEG .
Veronica tidak bisa mencegah Aldi yang menolak, menghabiskan malam pertama bersamanya, matanya mulai berkaca-kaca saat Aldi meningalkan kamarnya.
‘Kau jahat Al, Kenapa kau menghukumku dengan cara seperti ini, tidak bisakah kau membuka hatimu untukku,' lirihnya.
Buliran air mata jatuh bercucuran, menyapu bersih pipi cantik Veronica.
PRANG. Suara Vas pecah.
Veronica melempar Vas bunga ke cermin yang berada tepat di depannya, ia menangis darah di malam yang seharusnya berbahagia, seperti banyak di nantikan oleh para kaum hawa yang lainnya.
Veronica tidur merengkuh dirinya sendiri, menatap pada figura foto Aldi dan Viona seolah sedang tersenyum remeh kepadanya. Kemudian ia bangkit dan merobek foto tersebut.
“Aku membencimu Viona! kenapa kau selalu lebih beruntung dariku!” lirih Veronica, meringkuk memeluk lututnya, di kamar. Hanya bertemankan sepi dan angin malam yang begitu menusuk terasa dingin, hingga ke tulang.
Sementara Aldi berpura-pura tidak mendengar, suara gaduh yang di ciptakan Veronica dari balik kamarnya.
Aldi menatap nanar langit-langit kamarnya, buliran air mata terjatuh membasahi pipi, kemudian ia bangkit mengambil minuman beralkohol di dalam lemari es, sesekali Aldi menyesap minumannya, meracau tak jelas merutukki nasibnya.