Tawaran Gio
"Bos, kau harus lihat video yang baru aku kirimkan. Gadis itu ternyata ...,"ucap Nico tertahan karena Gio menutup panggilan itu. Yang segera membuka video yang Nico kirimkan.
Kejadian tadi pagi di hotel, menjadi perbincangan hangat dan sudah tersebar di internet. Pernikahan yang batal sang mempelai pria pergi dengan wanita lain, foto pernikahan Damian dan Karina juga sudah tersebar. Kini semua menyudutkan Tiara ada yang bersedih, ada pula yang berkomentar kejam mereka bilang Tiara terlalu percaya diri. Dan tingkahnya yang melamar Gio merendahkan reputasi Tiara.
"Dia terlalu percaya diri, sungguh tindakan yang merendahkan."
"Apa seputus asanya dia sampai harus melamar seorang tamu dan lebih parahnya tamu itu menolaknya. Jika itu pernikahanku akan ku biarkan saja."
"Mungkin Tiara tidak mau rugi. Pesta yang digelarkan sangat mewah."
"Mungkin saja pria itu seorang produser juga, jadi bisa membayar kerugian pestanya. Sungguh memalukan."
Gio melempar ponselnya ke atas ranjang, pria itu tidak sanggup membaca komentar-komentar pedas itu. Gio merasa bersalah saat ini. Pria itu pun mulai mencari informasi tentang Tiara di internet, ternyata Tiara gadis yang hebat dan berbakat.
"Jadi yang di Tv itu ... ah sial! kenapa aku harus terlibat dengannya."
Tiara pun tidak pernah ingin terlibat. Gadis itu terpaksa melakukannya. Kini tidak ada lagi orang yang dipercayainya selain dirinya sendiri. Tiara pergi meninggalkan hotel mencemaskan Farel, Leo, dan Siska. Tiara pergi tanpa memberitahu mereka semua kini mereka panik dan mencarinya.
"Ponselnya tidak aktif."
"Cepat cari dia! Hubungi teman dan keluarganya."
"Iya baik. Aku hubungi Alena."
Kehilangan Tiara membuat ibu tiri dan adiknya bahagia. Alena sangat senang jika kakaknya itu pergi bila perlu mati, supaya tidak ada yang menyainginya dalam karier. "Mama aku punya kabar bahagia!" teriaknya pada Arini.
"Apa?" Arini sangat tidak sabar mendengar kabar bahagia itu dari putrinya.
"Tiara hilang!" teriak Alena dengan riang tetapi Arini malah cemberut seolah tidak senang. "Mama kenapa tidak senang?"
"Mama pikir dia bunuh diri, itu lebih bagus."
"Wah! Mama kau sangat kejam."
"Jika hanya hilang nanti juga ketemu lagi, kalau mati ... dia tidak akan kembali."
"Mungkin setelah ini Mama, Tiara menghilang dia depresi lalu ..." Alena dan Arini saling menatap, senyumnya mengembang seketika. "Bunuh diri," sambung keduanya.
Ibu dan anak itu sepertinya senang melihat penderitan Tiara dan sangat mengharapkan kematiannya, sungguh sangat kejam. Bi Nun yang mendengarnya sangat kesal, tetapi iman Tiara tidak selemah itu yang akan bunuh diri setelah dikhianati seakan roda hidupnya berhenti berputar.
Saat ini Tiara hanya butuh waktu sendiri, di sisi pantai yang sepi gadis itu duduk sendirian tanpa selimut atau baju hangat angin laut tidak terasa dingin baginya, padahal bibirnya sudah menggigil. Entah, apa yang gadis itu cari tatapannya begitu kosong menatap ombak yang semakin naik di malam hari. Air matanya terus saja berlinang sedetik kemudian tangisannya semakin terdengar, punggungnya gemetar hebat hingga menggetarkan seluruh tubuhnya.
"Berhentilah menangis!"
Tiara menoleh pada seorang pria yang baru saja bicara. Gio berdiri tepat di belakangnya, Tiara cukup terkejut melihat pria yang diajaknya menikah ada di sana. Berulangkali Tiara mengucek matanya ingin memastikan apa itu pria yang sama dan ternyata benar. Namun, kenapa Gio ada di sana.
"Jangan bilang aku mengikutimu," ujar Gio seolah tahu apa yang dipikirkan Tiara. "Aku tidak sengaja melintas, dan melihatmu di sini. Apa kau sedepresi itu karena sudah aku tolak?"
Tiara membelalakkan matanya, mulutnya menganga lebar tidak percaya dengan semua perkataan Gio. Bisa-bisanya mengatakan dia depresi karenanya.
"Apa kau bilang? Depresi ... jika pun aku depresi itu bukan karenamu mengerti!" Tunjuk Tiara dengan kesal.
"Syukurlah, aku pikir kamu depresi karena aku tolak. Kamu tidak berniat untuk bunuh diri, kan? Menenggelamkan diri ke lautan jika itu terjadi ... aku tidak akan bisa memaafkan diriku."
"Kau pikir hanya satu-satunya kau di dunia ini?" tanya Tiara dengan nada tinggi.
"Kalau bukan, kenapa kau melamarku?"
"Aish! Menyebalkan sekali," gumam Tiara lalu pergi meninggalkan Gio.
Tiara benar-benar tidak bisa menjelaskan. Tadi itu terpaksa entah mendesak, dan kenapa dirinya harus memilih pria itu di antara banyaknya tamu undangan. Tiara bisa saja memilih Farel manajernya untuk menggantikan Damian, tapi gadis itu malah memilih Gio yang tidak dikenalnya sama sekali.
"Hei tunggu! Kau tidak akan bunuh diri, kan?"
"Ah sial! Kenapa pria itu terus megikutiku." Tiara terus menggerutu sepanjang langkahnya dan kenapa Gio terus saja mengejarnya. Tiara lelah hingga ia berhenti dan berbalik pada Gio.
"Maaf, tadi itu salah paham aku terpaksa melakukannya," ucap Tiara demikian.
"Apa karena kekasihmu itu?" tanya Gio. "Siapa namanya ... Damian! Ya, aku masih ingat pria itu kabur dari pernikahanmu dan menikah dengan wanita lain. "
"Karina," sanggah Tiara.
"Apa?" Gio bingung kenapa Tiara menyebutkan nama Karina.
"Nama wanita itu Karina, sahabatku."
Mulut Gio menganga lebar, pria itu tidak habis pikir ada seorang sahabat yang merebut kekasih sahabatnya dan membatalkan pernikahannya. Tiara, gadis itu sangat menyedihkan. Dia dikhianati kedua orang tercintanya. Gio merasa kasihan ia merasa bersalah karena sudah menolak ajakan wanita itu.
"Aku tidak pernah berpikir, pernikahan yang sudah kami siapkan batal begitu saja. Aku bingung, yang ada dalam pikiranku saat itu hanyalah melanjutkan pernikahan aku tidak peduli siapa pria itu dan aku melihatmu saat itu aku tiba-tiba saja memilihmu, aku tahu kamu pasti terkejut, ada wanita gila yang mengajakmu menikah, aku sungguh sudah gila, tapi semuanya percuma ... semua orang sudah tahu pernikahanku batal dan Damian memilih wanita lain."
"Apa kamu mau mengulanginya?"
"Apa?"
"Pernikahan, kau bisa melamarku lagi aku akan menerimanya sekarang."
Mata Tiara membulat sempurna dia tidak habis pikir dengan pria yang dia temui, pertama menolak sekarang menawarkan diri.
"Jika aku pikirkan kau yang gila. Kau menolak ku dan sekarang kau menawarkan diri."
Gio memejamkan matanya sesaat lalu mengembuskan nafasnya dan berkata, "Begini ... anggap saja ini contract love."
"Contract love?"
"Kita saling membutuhkan, aku membutuhkanmu dan kau membutuhkanku. Kita buat kesepakatan,"
"Kesepakatan?"
"Pernikahan kontrak."
Entah, apa tujuan Gio mengajaknya menikah kontrak. Apa pria itu merencanakan sesuatu?
