Gionino Atmaja
"Tiara!"
Leo, Farel, dan Siska mereka berlari ke arah Tiara yang terduduk di tengah-tengah ballroom. Keadaan yang berantakan, membuat mereka cemas pada Tiara sekarang. Hancur sudah hati Tiara setelah pernikahannya batal, lamarannya pun di tolak.
Ya, pria yang baru saja diajaknya menikah malah menolaknya, padahal Tiara hanya ingin meminjam pria itu untuk menyelamatkan pernikahannya yang akan memberikan kompensasi, tetapi tidak ada waktu bagi Tiara mengatakannya apalagi sampai mendatangi surat kontrak disaat seperti itu.
Dan semuanya gagal, pernikahan memang harus batal.
Kini Tiara menjadi bahan gunjingan semua orang, dan pernikahannya menjadi berita terhangat di seluruh dunia.
Leo dan Siska membawa Tiara ke dalam kamar hotel, gadis itu pasti masih syok, dan Farel mencoba untuk menahan reporter yang kekeh ingin mewawancarai Tiara.
Kejadian itu sangat heboh karena Tiara orang yang paling digemari, suaranya yang bagus dan aktingnya yang memukau membuat masyarakat menyukainya.
Namun, tidak sedikit para artis lain yang iri dan sekarang tertawa melihat kejadian itu. Apalagi Damian, merupakan produser besar yang disukai banyak aktris.
Pernikahan batal, tidak ada dalam kamus hidupnya. Selama berpacaran Tiara dan Damian baik-baik saja bahkan mereka membina hubungan selama 5 tahun, tapi tiba-tiba Damian pergi di hari pernikahannya.
"Bagaimana keadaan Tiara?" tanya Farel, wajahnya begitu mencemaskan Tiara.
"Sepertinya dia syok," jawab Leo yang meratapi nasib majikannya.
Mereka semua tidak pernah ada yang menduga jika pernikahan itu bisa batal, dan mereka belum mengetahui alasan apa Damian harus pergi.
"Biarkan Tiara tenang dulu. Jangan ganggu dia, dan jangan biarkan dia membuka handphone atau menonton TV karena pernikahannya yang batal masih menjadi topik terhangat saat ini."
"Ya, ini pasti berat baginya."
"Seharusnya aku menemukan bajingan itu."
Farel, sebagai manajer sangat kesal dan akan berusaha untuk menutup kasus itu dan membatalkan semua schedule Tiara.
Mereka semua sedih, melihat Tiara seolah kehilangan jati dirinya. Tiara tidak melakukan apa pun selain berdiam diri dan melamun.
Di hotel yang sama, riuhnya tepuk tangan dari para tamu, klien, investor, dan owner semua para petinggi konglomerat, pengusaha ternama berada dalam satu ruangan, mereka bertepuk tangan untuk seorang pria yang baru saja mendapat penghargaan sebagai CEO terbaik.
"Nataniel Gionino Atmaja!"
Ketika nama itu di panggil seorang pria berparas tampan, dengan tukxedo berwarna navy dan celana yang senada membuatnya begitu menawan.
Melangkah ke atas podium untuk mengambil penghargaan yang kadang membuat para CEO lain cemburu. Karena setiap tahunnya Gio tidak pernah melepaskan piala perak itu kepada orang lain.
"Terima kasih."
Hanya itu yang Gio katakan, pria itu tidak suka bicara panjang lebar apalagi harus berpidato yang hanya membuang waktu.
Gio turun dari atas podium yang langsung pergi meninggalkan ruangan. Diikuti Nico sang asisten yang tidak kalah mempesona. Mereka berdua bagaikan malaikat yang turun dari langit.
Tingkahnya memang menyebalkan, mereka pergi sebelum acara selesai, tapi memang seperti itulah Gio, bukan sombong tetapi pria itu tidak suka acara pesta dan keramaian, yang disukainya hanyalah menyendiri, bersantai di tepi danau, menghirup udara segar seraya menikmati keindahan alam di atas puncak.
Gio, pria yang introvert, tidak terlalu terbuka walau itu dengan keluarganya.
"Ah, akhirnya selesai juga. 15 menit bagiku waktu yang sangat lama." Gio berkata seraya menyandarkan tubuhnya pada dinding kursi.
Pria itu merasa lelah harus berpura-pura tersenyum seraya berdiri di atas podium, itu hal yang paling tidak dia sukai.
"Tapi dirimu sangat keren tadi. Semua orang terpana melihatmu apalagi Tuan Lucas," ujar Nico setelah duduk di bagian kemudi.
"Kau benar Nico. Aku suka melihat ekspresi wajahnya itu." Gio tersenyum, seperti sedang membayangkan wajah Lucas yang entah seperti apa ekspresi wajahnya saat itu.
"Tapi aku masih kesal. Kamu ingat gadis itu? Beraninya dia melamarku di tempat seperti itu, dia pikir aku tidak bisa mencari wanita. Aku idola semua wanita, wanita macam apa pun akan aku dapatkan. Tapi gadis itu sudah menghinaku, dan itu semua karena kamu Nico!"
"Maaf Tuan muda. Aku salah masuk ruangan."
Ya, semua yang telah terjadi itu kesalahpahaman. Gio ingin menghadiri perayaan penghargaan malah salah memasuki ruangan dan membuatnya bertemu dengan gadis gila.
Gio menganggap Tiara gila karena sudah mengajaknya menikah begitu saja. Tentu saja pria itu akan menolak, Gio tidak pernah suka berhubungan dengan orang yang tidak jelas sudut pandangnya, wanita ... baginya sangat mudah mencari wanita hanya dengan satu panggilan saja wanita mana pun dan seperti apa pun akan datang menghampirinya.
"Aku maafkan kali ini."
Senyum Nico mengembang setelah mendengar perintah bosnya.
Nico melajukan mobilnya meninggalkan hotel yang menuju mansion mewah. Gio segera turun ketika tiba di depan teras, yang disambut beberapa pelayan. Pria itu langsung berlari ke dalam sudah tidak sabar untuk menemui neneknya.
"Nenek!" teriaknya begitu menggema. Ruangan yang sangat luas, terdapat beberapa lorong dan tangga untuk menemui wanita terkasihnya itu.
Sukma, wanita itu asyik menonton siaran televisi di dalam kamarnya tanpa menghiraukan Gio yang sudah membuka pintunya.
Gio hanya tersenyum melihat kebiasaan neneknya itu.
"Nenek," panggilnya yang berjalan ke arah Sukma.
"Gio cucuku! Ayo kemarilah, temani Nenek nonton. Nenek sangat kesal sekali, Fatiah gadis itu sangat licik."
"Fatiah?" Gio terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengerti, jika itu nama salah satu yang ada dalam drama kesukaannya.
"Nenek berhentilah memikirkan Fatiah yang licik. Jangan ditonton lagi jika kesal."
"Ah, kau ini. Jika tidak menonton Nenek pasti ketinggalan update terbarunya, Nenek tidak suka itu."
"Kalau Nenek menyukainya kenapa mengumpat?"
"Nenek bilang kesal. Sudahlah kau tidak akan mengerti, makanya cepatlah menikah supaya Nenek mempunyai teman saat menonton."
"Apa hubungannya dengan menikah?"
"Tentu ada hubungannya, karena hanya dengan wanitalah yang tahu cerita drama, mereka akan sangat mengkhayati dan penuh perasaan, itu sebabnya kau tidak cocok menemani Nenek menonton. Kau terus saja mengomel." Sukma merajuk.
"Baiklah Nenek, sekarang lupakanlah Fatiah, Gio punya sesuatu untuk Nenek."
"Apa? Piala lagi?"
"Ya, Nenek kenapa tahu?"
"Karena Nenek yakin tidak ada yang bisa mengalahkanmu."
"Wah! Nenekku yang terbaik."
Gio memeluk Sukma yang tersenyum hangat padanya, mereka saling memeluk satu sama lain. Hanya kepada Sukmalah Gio terbuka, dan hanya Sukmalah yang mengerti keinginan Gio.
Kasih sayang Sukma kadang membuat iri putranya yang lain. Dulu, saat Sukma mengangkat Gio sebagi CEO Atmaja grup, keputusannya mengundang pro-kontra antara putranya dan cucunya.
Anjaya Putra Atmaja dan putrinya Sarah Atmaja. Sukma lebih memilih Gio dibanding putranya sendiri Anjaya sangat keberatan karena Gio hanyalah cucu dari Radian Atmaja adiknya yang sudah meninggal, Anjaya pikir setelah kepergian Radian dia yang akan memiliki kekuasaan terhadap Atmaja Grup, Sukma pasti memberikan kekuasaannya pada Jaya tetapi, Gio menjadi penghalang. Ibunya lebih menyayangi cucunya di banding putranya.
"Kau kalah lagi?"
Anjaya menyandarkan tubuhnya pada kursi mengabaikan pertanyaan dari istrinya. Melihat ekspresi wajah Anjaya Viona sudah menduga suaminya pasti kalah lagi dari keponakannya.
"Anak itu memang sangat hebat, dia selalu mengalahkanmu."
"Apa kau tidak mempercayaiku?" Tatap Anjaya tajam. Viona baru saja meremehkannya.
Wanita itu hanya tersenyum. "Jika seperti ini kamu tidak akan bisa menjadi komisaris Atmaja Grup," sambung Viona yang memeluk Anjaya dari belakang.
"Lihat saja nanti, aku yang akan menjadi komisaris saat pemilihan nanti. Aku tidak akan kalah lagi dengan bocah ingusan seperti dia," janji Anjaya mengepalkan tangannya kuat.
Kembali lagi pada Gio, pria itu tercengang saat melihat sebuah iklan di TV. Saking terkejutnya Gio sampai tidak berkata yang melepas pelukan pada neneknya.
Melihat perlakuan cucunya yang aneh Sukma mengikuti ke mana arah tatapan Gio, ternyata pria itu sedang melihat wanita dalam iklan body wosh pantas saja matanya tidak berkedip.
"Matamu tidak berkedip, apa kau tertarik?"
"Tidak, tapi Sepertinya aku pernah melihat wajahnya." Gio kembali mengingat gadis gila yang melamarnya hari ini. Gadis itu sangat mirip dengan yang ada di TV.
"Tentu saja semua orang mengenalnya. Dia artis terkenal tidak ada yang tidak mengenalnya di sini. Nenek pun sangat menyukainya."
"Tentu saja karena Nenek penggemar drama," sanggah Gio menatap Sukma.
"Kalau kamu menyukainya Nenek akan hubungi manajernya. Kamu mau Nenek atur jadwal kencannya?"
"Nenek mulai lagi." Entah kenapa Gio malas membicarakan tentang kencan.
Tapi tidak dengan Sukma yang selalu saja membahas pernikahan, berkali-kali Sukma mengatur jadwal kencan untuk Gio tapi Gio selalu tidak hadir, pria itu hampir menolak semua wanita.
Gio tidaK tahu Tiara seorang publik figure, dan gadis yang dianggapnya gila adalah Tiara. Tiara menjadi gila karena pria b*jingan itu. Tiara gadis pertama yang ia benci, yang menghinanya di tempat umum. Dan Tiara wanita pertama yang menghantui pikirannya. Bayangan Tiara terus saja muncul dibenaknya.
"Kenapa aku terus memikirkannya," ungkapnya setelah bangun dari rendaman air hangatnya. Gio menyudahi mandi malamnya berjalan ke luar kamar mandi.
"Kenapa aku terus saja memikirkan gadis gila itu," gumamnya lagi.
Deringan ponsel membuyarkan lamunannya, Gio berjalan ke arah ranjang di mana benda pipih itu tersimpan. Dijawabnya panggilan dari Nico, sang asisten itu selalu menganggunya.
"Ada apa?" tanya Gio demikian.
"Bos, kau harus lihat video yang baru aku kirimkan. Gadis itu ternyata ...,"ucap Nico tertahan karena Gio menutup panggilan itu. Yang segera membuka video yang Nico kirimkan.
