Sekretaris Baru
" Gio!"
Di pagi hari penghuni rumah sudah berteriak, yang mengejar cucunya entah masalah apa. Namun, amarah Sukma tidak bisa dikendalikan, setelah mendengar Gio akan pindah ke apartemen dan tidak tinggal bersamanya lagi.
Gio hanya bisa berlari dan sembunyi, jika sudah seperti itu pria itu pun tidak bisa meredamkan emosi neneknya. Bukan karena takut tetapi karena suara yang melengkingnya itu membuat Gio tidak tahan.
"Gio keluar kamu! Kamu mau meninggalkan Nenek begitu saja? Lalu Nenek akan tinggal dengan siapa? Apa kamu tidak senang tinggal bersama Nenek lagi?" Merengek seperti anak kecil.
Gio membuka pintu kamarnya dan keluar, senyum palsu pun ia pancarkan." Nenek, aku juga harus mandiri, kan Nenek? Aku tidak akan meninggalkan Nenek dan aku akan tetap menginap. Gio membeli apartemen untuk jaga-jaga."
"Jaga-jaga?" Sukma menatapnya curiga.
"Jaga-jaga jika calon istri Gio tidak ingin tinggal di sini." Alasan yang tidak masuk akal tapi menyenangkan bagi Sukma.
"Apa kamu sudah punya calon istri? Apa dia wanita yang pernah melamarmu itu?" Sukma pasti berharap jika cucunya akan segera menikah, mendengar rencana Gio yang pindah demi calon istri, tetapi jawaban Gio membuatnya kecewa.
"Ehm ... bukan Nenek."
"Lalu?"
"Belum ada," balas Gio dengan cengengesannya.
Sukma hanya bisa menghela nafas, cucunya itu memang sulit jika dimintai untuk menikah. Namun, itu bisa di jadikan alasan sebagai izin darinya. Wanita tua itu pun memberikan satu syarat. "Baiklah Nenek izinkan kamu pindah ke apartemen dengan syarat kamu harus kencan dengan wanita yang Nenek pilihkan."
"Kenapa syaratnya berat sekali Nenek?"
"Mau atau tidak?"
"Baiklah terserah Nenek." Akhirnya Gio hanya pasrah dan menuruti kemauan Sukma.
Gio semakin dibuat bingung ketika Sukma memperlihatkan beberapa foto gadis pilihannya yang akan dijodohkan dengan cucunya. Sukma benar-benar mempersiapkan semua itu. Tidak hanya cantik para gadis itu pun terlahir dari keluarga terpandang yang jelas bibit bobotnya. Namun, tidak ada satu pun yang menarik perhatian Gio.
Gio melangkah malas memasuki ruang kerjanya, karena mulai hari ini Gio akan memulai kencannya.
"Jadwal mu pagi ini bertemu dengan Tuan Lucas, siangnya semua jadwal dikosongkan karena kencan buta."
"Apa!"
Gio terkejut mendengar perkataan Nico, Sukma ternyata lebih pintar memasukkan jadwal kencannya supaya Gio tidak lupa.
"Seminggu ke depan kamu akan disibukkan dengan jadwal kencanmu."
"Kenapa seminggu? Bukankah hanya hari ini?"
"Nenek Sukma sepertinya sangat sayang padamu sehingga memilih banyak kandidat untuk calon menantunya," balas Nico.
"Nenek ... nenek." Gio terlihat kesal. bagaimana tidak? Seminggu ke depan akan terus bertemu wanita yang berbeda-beda.
Nico hanya tersenyum.
"Oya, mulai hari ini kamu bisa menanyakan semua jadwal mu kepada sekretarismu. Kamu bisa kencan dengan lancar biar aku yang mengurus semua pekerjaan di kantor."
"Kapan aku punya sekretaris?" Tatap Gio tajam.
"Hari ini. Hari ini sekretarismu akan datang." Nico tersenyum penuh kemenangan, diam-diam pria itu mencarikan sekretaris untuk bosnya. Tidak berselang lama seorang wanita memasuki ruangannya.
"Selamat pagi Pak, Sekretaris pak Gio sudah datang," ujar seorang wanita yang membawa sekretaris baru.
Gio tidak ada semangat untuk melihatnya, pria itu memilih untuk memfokuskan diri pada layar laptopnya. Namun, matanya tidak mampu berkedip dengan mulut yang menganga lebar sesaat melihat sekretaris barunya, begitu pun sebaliknya.
"Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Tiara," ucap Tiara dengan senyum yang ramah. Seketika senyumnya memudar ketika melihat sosok pria yang duduk di depannya.
Mereka sama-sama tercengang. "Kau!"
Kenapa harus dia, apa tidak ada pria lain yang kutemui di dunia ini selain dia.
Wanita ini ... apa Nico sengaja menjadikan wanita ini sekretarisku?
Mereka saling menggerutu tetapi hanya dalam hati. Nico yang menjadi penengah pun bingung, pria itu memang mencarikan sekretaris tetapi tidak tahu jika itu Tiara. Tatapan Gio sudah tidak bersahabat, pria itu memilih pergi sebelum diamuk bosnya.
"Nico!"
"Aku harus pergi untuk menemui klien. Aku permisi dulu silakan kalian mengobrol berdua, semangat!" katanya pada Tiara sebelum Nico benara-benar pergi dari ruangan bosnya.
Tiara dan Gio mulai canggung mengingat pertemuan sebelumnya. Keduanya jadi salah tingkah dan menjelaskan kesalahpahaman sebelumnya.
"Kau yakin ingin menjadi sekretarisku? Aku tidak yakin, kau berpengalaman."
"Kenapa? Aku sering memerankan sekretaris dalam filmku."
"Film dan kenyataan itu berbeda."
"80% sama!" tegas Tiara.
"Apa sekarang kau benar-benar bangkrut? Tidak ada lagi yang menginginkan mu untuk bermain film lagi?"
"Siapa bilang aku bangkrut? Aku hanya istirahat dan mencari pengalaman baru, rasanya sudah bosan bekerja di industri hiburan dan aku hanya ingin mencoba saja menjadi sekretaris sungguhan," elak Tiara.
"Bukan karena kau ingin melamarku lagi?"
"Ck, aku tidak pernah ingin menikah denganmu. Dulu itu hanya .. terpaksa, tapi dalam lubuk hati yang paling dalam tidak pernah ada niat untuk mengajakmu menikah. Kejadian itu sudah berlalu jadi lupakanlah jangan ungkit lagi."
"Oke, jangan ungkit lagi. Kau boleh keluar meja mu di sana." Tunjuk Gio ke arah meja yang berada di luar jendela, karena ruangan mereka terpisah. Entah, kenapa Gio merasa kecewa, dan hatinya sangat sakit ketika Tiara meminta untuk melupakan ajakannya menikah dulu.
Tiara berjalan keluar yang langsung duduk di meja yang sudah disiapkan untuknya. Tidak pernah terbayangkan oleh Tiara bisa bertemu dengan pria itu lagi. Sehari sebelumnya, Tiara sudah putus asa dengan hidupnya, kariernya yang hancur, dan nama baiknya yang berantakan karena skandal itu.
Narkoba, kenapa seseorang bisa menyimpan benda itu di dalam apartemennya, walau sudah dibuktikan jika Tiara tidak bersalah tetap saja kepercayaan yang pernah ia dapatkan sulit kembali lagi. Semua orang di luar membicarakannya, dan Tiara kehilangan pekerjaan.
Demi bertahan hidup Tiara mencari-cari lowongan pekerjaan yang pas untuknya gadis itu pun mencoba mengirim beberapa resume pada perusahaan Atmaja Grup. Tiara begitu senang ketika lamarannya di terima sebagai sekretaris CEO tanpa Tiara tahu CEO itu adalah Gio.
"Jika aku tahu itu dia aku tidak akan datang," umpatnya menatap benci pada Gio yang berada di dalam. Berkali-kali menghela nafas, Tiara seakan tidak rela jika harus bertemu Gio setiap hari.
"Kenapa aku harus melamarnya saat itu. Bodoh! Bodoh!"
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau terus memukul kepalamu?" tanya Gio yang tiba-tiba muncul mengejutkannya. Refleks Tiara pun menurunkan lengan dari kepalanya. "Tidak apa-apa," jawabnya spontan.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" Tiara harus benar-benar memerankannya sebagai sekretaris, dia tidak boleh di pecat.
"Jika ada telepon sambungkan padaku. Dan siapkan dokumen tentang kerja sama dengan Lucas AE, 10 menit lagi akan ada meeting dan jangan lupa kau harus membawanya mengerti!"
"Baik Pak."
"Pak? Aku tidak suka dengan panggilan itu, panggil aku Tuan muda."
"Baik Tuan muda."
"Bagus."
Gio kembali ke dalam meninggalkan Tiara yang mengumpat dirinya. "Dasar! Mentang-mentang bos. Oke Tiara, sekarang kamu harus siapkan dokumen, tapi dokumen seperti apa ya? Aku belum paham lagi. Jika seperti ini aku lebih baik akting dari pada jadi sekretaris."
Terkadang Tiara sedih dan ingin kembali ke dunianya lagi.
Tiara kembali canggung ketika satu mobil dengan Gio, mereka harus pergi menemui Lucas Ae. Gio tidak berkata apa pun yang fokus menyetir dan mereka pun tiba di sebuah Resort yang terkenal. Tiara mulai memindai sekeliling resort, wanita itu belum berani tampil di depan banyak orang, maksudnya mereka pasti mengenalnya.
"Cepat turun!"
"Tunggu! Apa kau reservasi ruangan VIP? Kau tahu, kan aku ini artis jadi ... mereka pasti mengenalku aku tidak ingin nanti," ucap Tiara tertahan.
"Bukankah sekarang kau bukan artis lagi? Cepat turun!"
"CK, siapa bilang aku bukan artis aku hanya istirahat. Benar-benar!"
Dengan kesal Tiara turun dari mobil, gadis itu hendak berjalan memasuki resort tetapi langkahnya terhenti ketika bertemu Damian dan Karina. Bisa-bisanya mereka bahagia setelah menghancurkan hidupnya, bahkan Karina tidak mengatakan apa pun tentang apartemennya. Namun, sepasang pasutri itu terlihat canggung juga gugup bertemu dengannya.
Gio yang sudah memasuki resort berhenti sejenak, pria itu tidak menemukan sekretarisnya dan terpaksa berbalik untuk menemui Tiara. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Tiara yang bicara dengan Karina dan Damian. Tiara terlihat menangis sesaat setelah kedua manusia itu pergi.
Gio merasa kasihan melihat Tiara. Pria itu peduli tetapi menolak untuk peduli di depan Tiara. "Ke mana saja kau? Aku tidak ingin kau membawa masalah pribadimu dengan pekerjaan fokuslah pada pekerjaanmu mengerti!" tegas Gio lalu pergi meninggalkan Tiara.
Tiara menatap kesal bosnya itu. "Menyebalkan sekali."
Namun, dalam hati Gio terus memikirkan Tiara yang menangis setelah bertemu Damian. "Lain kali jangan menangis jika bertemu mantan pacar. Itu memperlihatkan kelemahanmu mengerti!"
"Apa tidak ada kata-kata yang lebih baik lagi," gumam Tiara. "Bagaimana dia tahu aku menangis," lanjutnya. Mereka tidak lagi bicara setelah klien mereka datang.
