Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kecewa

"Pagi Bos!" sapa Nico saat Gio memasuki ruangannya.

"Pagi," balas Gio yang berjalan ke arah meja kerjanya tanpa memperhatikan Nico. Gio duduk setelah meletakkan jasnya pada gantungan.

Nico mendekat, pria itu pun bertanya tentang keadaan neneknya. "Bagaimana keadaan Nenek Sukma?"

Pertanyaan Nico terdengar tidak sopan tetapi hubungan mereka memang begitu dekat, sehingga tidak ada kata formal baik dalam sikap maupun saat bicara. Nico dan keluarganya sudah lama mengabdi pada keluarga Atmaja, Sukma menganggapnya cucunya juga, jadi tidak heran jika Sukma mengutus Nico sebagai Asisten cucunya.

"Nenek sudah lebih baik, hari ini dia pulang."

"Syukurlah, tapi dengan siapa Nenek Sukma pulang?"

"Ada pak Ridwan sama Bi Je jadi tenang saja," balas Gio dengan ekspresi yang bahagia, sepertinya Gio sangat senang karena Neneknya sudah pulih.

Tiba-tiba saja ekspresi bahagianya itu menciut teralihkan pada tayangan berita yang diputar pada televisinya. Nico segera mengarah pada benda yang berukuran 50 inch itu, pria itu yang menyalakannya dan menonton berita itu. Berita yang menarik keduanya.

"Apa dia ...," ucap Gio tertahan

"Ya, dia wanita yang kamu temui di hotel seminggu yang lalu. Ternyata dia seorang aktris terkenal, saat itu dia harusnya menikah tapi calon suaminya pergi bersama wanita lain.," jelas Nico tapi Gio tidak ingin tahu tentang penjelasan itu.

"Aku sudah tahu tidak perlu menjelaskannya. Kenapa dia ditangkap polisi?" tanya Gio yang menatap pada Nico.

Berita hari ini Tiara gadis itu ditangkap karena menggunakan narkoba. Beberapa gram jenis narkoba ditemukan di apartemennya, dan seseorang menjelaskan bahwa Damian meninggalkannya karena itu. Namun, Gio tidak percaya.

"Ya, tapi bisa saja dia dijebak, polisi baru menangkapnya belum membuktikan jika dia mengonsumsi narkoba."

"Ya, karena itu tidak mungkin," lirih Gio.

"Tadi kau bilang apa?" tanya Nico mendengar lirihan bosnya.

"Tidak bilang apa-apa. Aku hanya tanya jadwalku hari ini," dalih Gio. Pria itu tidak mungkin peduli apalagi mencemaskan gadis itu, karena tidak ada alasan, Gio dan Tiara tidak pernah dekat apalagi saling kenal.

"Tiara!"

"Kakak," panggilnya pada Farel, hari ini penangkapan Tiara membuat tim manajemennya terkejut. Tidak hanya Farel, Siska dan Leo pun mencemaskannya. Tiara terlihat menyedihkan.

"Kak Farel, aku tidak pernah menggunakan narkoba itu bukan milikku, apa kau bisa menjelaskannya pada mereka," mohon Tiara setelah mendekat dan duduk di samping Tiara.

"Aku sudah memanggil pengacara untukmu, dan aku akan menjelaskannya pada mereka, tapi ... apa kau tidak tahu siapa yang menyimpan narkoba itu di kamarmu?"

"Apa kau tidak percaya padaku? Apa kau anggap aku menggunakannya? Aku artis yang sangat bersih tidak pernah menggunakan barang haram seperti itu."

"Oke aku tahu, tapi mereka menemukan bukti di apartemenmu. Mungkin ada seseorang masuk ke rumahmu?"

Tiara diam sejenak. "Beberapa minggu ini aku tidak pulang ke apartemen, tapi ...." Pikirnya dalam beberapa saat.

"Tapi apa?" tanya Farel penasaran.

"Sebelum pernikahan Damian masuk ke apartemenku. Mungkinkah dia pelakunya?" Tatap Tiara pada Farel.

"Jika benar, aku yang akan menghajar si brengsek itu."

"Kak Farel."

"Tunggu sebentar aku jawab telepon dulu." Farel menjeda percakapannya setelah nada dering pada ponselnya terdengar.

Banyaknya telepon yang masuk baik pada Farel ataupun pihak manajemen. Kasus yang dihadapi Tiara bukan kasus biasa. Kasus itu yang menentukan masa depannya, kariernya bisa hancur seketika walau dia tidak bersalah tetap saja dunia akan percaya dengan apa yang terjadi hari ini, mereka tidak akan meminta penjelasan apa pun itu.

Dan sekarang itu yang Tiara rasakan, ribuan komentar jahat ia terima, beberapa pihak memutuskan kerja samanya, bahkan ada satu film yang diganti perannya langsung.

"Hidupku benar-benar hancur," ucap Tiara terduduk lemah di dalam jeruji besi. Tiara tidak bersalah dan dinyatakan negatif narkoba, tetapi karena barang bukti ada di apartemennya Tiara tidak bisa dibebaskan begitu saja, gadis itu akan tetap jadi tahanan dalam beberapa minggu. Tiara berharap semuanya akan cepat selesai.

"Kenapa mereka tidak ada yang percaya padaku. Damian pria itu ... Argh!"

"Hei diamlah!" tegur seorang polisi. Tiara segera mendekat ke arah pagar besi yang mengurungnya gadis itu pun berteriak meminta untuk dilepaskan.

"Pak! Lepaskan saya dong, bukannya tes saya negatif kenapa saya harus dikurung juga? Biarkan saya pulang Pak."

"Tetap saja bukti ada di apartemenmu. Kamu berdoa saja semoga penangguhanmu di terima jadi kamu bisa pulang dan jadi tahanan di rumah."

"Tapi hasilnya negatif Pak."

"Tetap saja."

Tiara kembali duduk di sudut ruangan gelap itu, masih memikirkan siapa yang menaruh narkoba itu. Selama berhubungan dengan Damian, Tiara tidak pernah melihat Damian mengonsumsi narkoba, bahkan Damian terlihat seperti pria baik yang bersih tanpa narkoba. Lalu jika bukan Damian siapa?

"Tiara," panggil seorang pria yang ternyata Farel.

Tiara bangun dari duduknya mendekat ke arah Farel yang berdiri di luar pagar besi itu. "Bagaimana? Apa aku dibebaskan?" tanyanya penuh harap.

"Aku punya kabar baik, penangguhanmu di terima, besok kamu diizinkan pulang hanya saja masih pantauan polisi. Kamu tidak bisa pergi ke mana pun selain di dalam rumah dan kamu harus lapor setiap jamnya. Tapi jangan khawatir itu tidak akan lama, jika tersangka sebenarnya sudah ditangkap kamu bebas sepenuhnya."

"Apa yang menyimpan narkoba itu sudah ditemukan?" tanya Tiara antusias dan sangat berharap, jika itu Damian Tiara ingin sekali menemuinya dan menghajar pria itu.

"Mereka menemukan rekaman CCTV Damian atau bukan belum diketahui," jelas Farel.

"Ya, aku lupa ada CCTV di depan apartemenku."

"Ambil ini," ujar Farel menyerahkan sebuah kain tebal.

"Apa ini?" tanya Tiara menatapnya heran.

"Kamu pasti kedinginan, aku bawakan selimut untukmu. Aku tahu kamu tidak akan nyaman tidur di sini tapi ... tidurlah yang nyenyak karena besok aku akan menjemputmu."

"Kak Farel, aku selalu terharu. Kamu selalu perhatian lebih dari Damian. Kamu benar-benar tahu apa yang aku butuh kan dan yang aku inginkan. Terima kasih, aku tidak akan pernah mendapatkan manajer yang baik sepertimu aku menyayangimu."

"Ya? K-Kamu menyayangiku?" Farel terlihat senang juga terkejut saat Tiara mengatakan menyayanginya.

"Ya, tentu. Kau kakakku tersayang."

Farel merasa jatuh dari angan-angannya. Kebahagiaannya sirna sesaat setelah menyadari jika Tiara hanya menyayanginya sebagai kakak. Farel hanya bisa diam dan tersenyum getir mendengar kenyataan itu. "Kapan kamu menganggapku lebih dari seorang kakak," batinnya.

Farel berjalan keluar dengan rasa kecewa, pria itu sudah lama menyimpan rasa pada Tiara entah sejak kapan, tapi perasaannya tidak pernah terbalaskan.

Apalagi ketika Tiara tiba-tiba melamar pria yang tidak dia kenal, Farel sempat kecewa, baginya kenapa Tiara begitu mudahnya mencintai orang lain dibandingkan dirinya.

Bahkan Tiara dengan mudahnya mengatakan "Menikahlah denganku" Pada saat itu banyak pria yang dia pilih, Farel salah satunya tapi kenapa harus Gio.

Kebersamaannya selama ini ternyata tidak membuat Tiara menyadari perasaannya.

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel