Bab 2 Awal Masuk Cold Tower
Bab 2 Awal Masuk Cold Tower
Siang itu, ada seorang wanita yang sedang berada di dalam bus, membawa banyak barang. Sebuah perjalanan yang jauh bagi seorang gadis cantik, imut, dan bertubuh kecil. Gadis itu bernama Sandra. Seorang gadis sederhana, yang kini hidup sebatang kara. Pergi ke kota, mempertaruhkan diri dan mengadu nasib, demi untuk mencari sesuap nasi agar dapat mempertahankan hidup. Saat di tengah jalan, seorang kernet bus itu menagih uang untuk ongkos jalan. Sandra baru sadar, kalau uangnya telah habis, setelah dia makan siang untuk mengisi perutnya yang sudah kosong sejak pagi, karena belum ada sarapan sedikit pun.
"Permisi mbak, ongkosnya," tagih orang tersebut. Sandra yang merasa tidak punya uang pun hanya diam saja, tanpa berbicara sepatah kata pun.
"Ongkos busnya mbak," tagihnya lagi.
"Maaf bang, saya tidak punya uang," ujar Sandra dengan jujur.
"Kalau tidak punya uang, kenapa naik buk!!" bentak orang itu bersama supir busnya itu.
"Maaf," hanya itu kata-kata yang dapat Sandra ucapkan.
"Sebaiknya anda turun sekarang. Sudah tahu tidak punya uang, malah naik bus juga, seenaknya saja," ujar orang bus itu kesal. Lalu, Sandra diturunkan di pinggir jalan, dengan daerah yang sebelumnya tak pernah terfikirkan oleh Sandra sebelumnya. Sebuah daerah, yang sama sekali tidak Sandra ketahui.
Setelah turun dari bus, Sandra bingung. Dia tidak tahu harus pergi kemana. Tempat yang sangat asing bagimu. Sandra hanya bisa terduduk diam membisu di sebuah trotoar pinggir jalan. Banyak orang berlalu lalang di jalan itu. Namun, tak satu orang pun yang datang dan ingin membantunya.
Sandra mulai pasrah, dia berniat untuk berkeliling cari sebuah kamar atau rumah kos, yang dapat dia jadikan tempat tinggal. Lalu, dengan perasaan yang sedikit ragu, Sandra terus berjalan menyusuri pinggiran jalan itu. Kaki yang pegal, badan yang lelah, sekujur tubuh terasa sudah tidak nyaman dan lengket.
Sekitar satu jam, Sandra berkeliling daerah itu. Namun, tidak ada satu tempat pun yang dapat di jadikannya tempat tinggal. Akhirnya, Sandra kini benar-benar putus asa. Dia sudah terduduk lemas, dan sebulir air mata, lolos jatuh dari mata indah Sandra. Hari sudah menjelang sore, tapi Sandra masih terduduk lemas di samping trotoar jalan. Mengingat, dimana dia akan tidur malam ini.
Mata Sandra mulai berkeliaran ke sana kemari. Dia terus menyusuri setiap inci sekelilingnya dari tepat dia terduduk. Mata Sandra tertuju pada sebuah gedung besar, indah, nan bagus.
"Itu gedung apa ya? Seperti sebuah apartemen. Tapi, pasti mahal sekali harganya. Uhhh ya ampun, begini sekali nasib hidup sebatang kara," gumam Sandra seorang diri, seperti orang gila.
Tapi tunggu, ada sesuatu yang menarik untuk Sandra amati. Di sebuah gedung besat itu, terdapat sebuah tulisan COLD TOWER: RUMAH UNTUK ORANG YANG TERBUANG. GRATIS UNTUKMU. Seperti itulah tulisan besar yang terpampang jelas dan nyata di depan gedung besar itu.
"Tapi tunggu. Orang yang terbuang?" tanya Sandra sendiri.
"Aku kan bukan orang terbuang," sejenak Sandra memikirkan sebuah kalimat itu.
"Ah biarlah orang berfikir aku orang terbuang. Yang terpenting, aku bisa tidur enak, nyenyak dan aman pastinya. Uhhhh senangnya aku," bisik Sandra lagi. Lalu, dia bergegas pergi ke gedung itu.
Sampai di sana, Sandra kembali mengamati tulisan itu lagi. Dia takut, kalau ini hanyalah mimpi. Jadi, Sandra memastikannya kembali.
"Tapi, di mana satpamnya ya? Gedung sebesar ini, tak mungkin kalau tidak mempunyai orang untuk menjaga keamanannya, kan?" bisik Sandra.
Sandra perlahan melangkahkan kakinya ke arah dalam gedung itu.
"Permisi nona, ada yang perlu saya bantu?" tanya resepsionis itu.
"Saya mau bertanya. Benarkah tulisan di sana itu, kalau di sini menerima orang yang terbuang dan tinggal gratis di sini?" tanya Sandra tak percaya.
"Iya nona, tulisan di sana itu benar. Di sini memang menyediakan tempat tinggal gratis, bagi orang-orang yang tidak punya tempat tinggal," jawab seseorang yang berada di meja resepsionis.
"Kalau begitu..." belum sempat Sandra menyelesaikan kalimat pertanyaannya. Tiba-tiba datang seorang lelaki, bertubuh tinggi, tegap, tubuhnya atletis, hidung mancung, putih, dan tampan pastinya.
"Ada apa ini?" tanya seseorang itu.
"Ah, ini Mr. Arnold. Ada mbak ini bertanya, apakah tulisan pengumuman yang kita buat itu benar?" ucap wanita itu.
"Iya, itu benar. Kenapa?" tanya Arnold yang melirik ke arah Sandra dengan tatapan dingin dan menyeramkan.
"Begini tuan, sejak pagi saya sudah berkelana mencari tempat tinggal. Tetapi, tak ada satu tempat pun yang menerima tempatnya di sewa," jelas Sandra.
"Dan saya juga baru di tempat ini," ujar Sandra lagi. Raut wajah Arnold yang awalnya biasa saja. Kini, dia mulai menyeringai senyum penuh arti.
"Ikut," ucap singkatnya. Lalu, dengan gugup Sandra mengikuti langkah Arnold dari belakang. Sampai di depan sebuah kamar, Arnold mulai membuka knop pintu. Betapa terkejutnya Sandra, melihat isi kamar yang serba lengkap, canggih dan mewah itu.
"Wow sempurna," bisik Sandra yang mampu didengar oleh Arnold dan dua pengawalnya.
'Mulai sekarang, ini adalah tempat tinggalmu. Besok pagi, kau sudah harus berada di depan kantor ini. Jika kamu menginginkan sebuah pekerjaan," ujarnya, dengan nada masih dingin. Sandra yang mendengar pekerjaan untuknya pun, semakin bersemangat.
"Baiklah, saya akan melaksanakan itu," balas Sandra dengan senyuman khasnya. Arnold, mulai melangkahkan kaki dengan tegapnya, pergi dari kamar itu.
Hari yang cerah, kini sudah menjadi gelap. Matahari yang tadinya menampakkan sinar hangatnya, kini ia pun ikut menghilang dengan seiringnya berjalan waktu. Timbullah bulan yang siap menggantikan matahari. Walau tak seterik dan seterang matahari, namun cahayanya mampu menyinari alam semesta. Hingga mampu menyinari hatinya Sandra malam ini.
Setelah selesai bersih-bersih diri. Sandra merasa perutnya kembali sakit dan bahkan kini menjadi keram. Akibatnya, satu harian dia tidak mengisi perut kosongnya itu dengan sesuap nasi. Tiba-tiba, pintu kamarnya Sandra diketuk seseorang. Awalnya, dia was-was. Namun, saat dia melihat bahwa yang datang adalah pelayan dengan membawa makan untuknya, betapa senang hatinya.
Sandra makan dengan lahap. Setelah selesai makan, dia pun langsung beristirahat. Karena badannya sangat lelah dan letih sekali. Remuk bahkan hampir hancur. Di rebahkan tubuhnya ke ranjang empuk itu.
"Uhhh nyamannya luar biasa," gumam Sandra. Sandra mulai berfikir, betapa beruntung dirinya bisa mengalami nasib yang begitu indah ini.
Mulai saat ini, hidup Sandra seketika berubah drastis. Hidupnya penuh misteri dan tidak di sangka-sangka.
Akankah hidup Sandra bertahan bahagia seperti ini?
Ataukah malah semakin buruk ke depan nantinya?