Bab 13 Menunggu Kesadaran
Bab 13 Menunggu Kesadaran
Di dalam kastil, terlihat Elga yang sedang menunggu kesadaran dari Gali. Dia terduduk seorang diri di samping peti.
"Permisi nona, ini silahkan di minum," ucap pelayan dengan memberi sesuatu air minum yang berwarna merah pekat.
"Darah siapa ini?" tanya Elga.
"Itu darah..." pelayan itu bingung ingin menjawab.
"Darah wanita perawan yang akan membuatmu kembali segar dan cantik," sambung Durga yang baru saja masuk. Melihat kedatangan Durga, membuat pelayan itu langsung pergi dan enyah dari hadapan keduanya.
"Terima kasih," ucap Elga sembari tersenyum manis.
"Bagaimana ini, kenapa dia belum juga bangun. Jam sudah menunjukkan pukul dua malam. Bagaimana mungkin bisa tidak bangun?" tanya Elga merasa bingung.
"Tenanglah, sebentar lagi juga akan bagun. Sudah kamu teteskan darah kamu ke mulut dia kan?" tanya Durga.
"Sudah," jawab Elga.
"Ya sudah, santai saja dulu menikmati darah segar yang tadi aku berikan," ujar Durga.
"Jangan bilang, kalau kamu tadi setelah bertengkar dengan semua orang Cold Tower, kamu bisa sempat melakukan ini?" tanya Elga.
"Jelaslah, sebab aku butuh energi baru. Jadi ya, tinggal panggil mereka yang butuh uang. Nikmati dan ambil darahnya. Simple kan?" ucap Durga dengan santainya.
"Emm... Baiklah, jadi sekarang bagaimana? Berapa lama lagi aku harus menunggu dia bangun," rene Elga.
"Tenanglah, sebentar lagi juga bangun," ucap Durga. Benar saja, tak lama setelah itu jari Gali terlihat memberikan tanda. Sedikit demi sedikit, dia menggerakkan anggota tubuhnya.
"Tuan..." lirih Elga.
"Benar bukan apa yang aku bilang. Dia akan bangun sebentar lagi," ucap Durga dengan tersenyum penuh arti.
"Ya, anda benar. Terima kasih..." ucap Elga dengan bahagia. Akhirnya, dia bisa mewujudkan impiannya untuk menciptakan vampir baru.
"Tapi ingat, bayaranku setelah ini, emm..." ucap Durga dengan sedikit mengelus pipi mulus Elga.
"Baiklah, setelah ini apa pun yang anda inginkan pasti akan aku laksanakan," imbuh Elga dengan senyuman yang sangat bahagia.
---***---***---
"Tok... Tok... Tok..." suara pintu kamar Sandra. Sandra dan Cery yang saat itu memang belum tidur pun langsung melihat siapa yang datang. Terlihat dari lubang pintu kalau itu adalah Arnold, dengan cepat Sandra langsung membuka pintunya.
"Ceklek.." knop pintu di putar. Tiba-tiba...
"Bruukkk..." tubuh Arnold tumbang pas tepat di dalam pelukan Sandra.
"Ya Ampun, Cery bagaimana ini. Kenapa tuan Arnold bisa tiba-tiba pingsan seperti ini?" panik Sandra.
"Baiklah nona, mari saya bantu membawa tuan Arnold ke ranjang," ujar Cery. Lalu dengan sekuat tenaga mereka, membawa Arnold ke ranjangnya Sandra.
"Kalau begitu, saya tinggal dulu nona. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya saja," ucap Cery.
"Baiklah, terima kasih sudah menemani saya," ujar Sandra.
"Sama-sama nona, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Cery kemudian berlalu pergi meninggalkan Sandra dan juga Arnold.
Ia pandangi wajah Arnold yang memar. Betapa berat melihat wajah tenang Arnold dalam tidurnya. Bibir yang tak terlalu tebal, namun berwarna merah alami. Membuat siapa saja yang melihat pasti akan tergiur.
"Ckkk.... Mikir apa sih Sandra. Jangan yang aneh-aneh deh," gerutu Sandra. Dia pun beranjak dari samping Arnold tertidur dan pergi ke dapur. Sandra mengambil air hangat dan handuk kecil, guna mengkompres lebam di wajah Arnold.
Saat Sandra sedang berada di dapur, tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang melingkar di pinggannya. Sontak, membuat Sandra sangat kaget.
"Ehh ya ampun tuan, anda sudah bangun," ucap Sandra berusaha melepaskan tangan kekar itu dari pinggangnya.
"Aku mohon, biarkan seperti ini sebentar. Jangan di lepas," pinta Arnold. Mendengar penuturan Arnold yang terlihat sangat memohon, membuat Sandra menjadi tak tega untuk menolak. Akhirnya, Sandra membiarkan Arnold memeluk dirinya dari belakang dan wajah Arnold berada di ceruk lehernya.
"Tuan, kita obati dulu luka di wajah anda ya. Setelah itu anda istirahat lah," ujar Sandra.
"Obati dulu tuan, nanti menjadi lama sembuh jika tidak segera di obati," imbuh Sandra lagi.
"Untuk apa luka ini di obati, jika hati dan perasaan aku juga sudah terluka parah bahkan hancur," jelas Arnold sembari menangis.
"Tuan..." lirih Sandra.
"Tak perlu perduli jika kau hanya ingin memperhatikan aku sebab kasihan. Karena aku tidak suka di kasihani," ketua Arnold beranjak pergi dan melepas pelukannya dari Sandra.
"Tuan tunggu..." cegah Sandra.
"Ada apa?" tanya Arnold.
"Kita obati dulu tuan. Maksud saya bukan kasihan, tetapi luka itu," ucap Sandra.
"Biarkan saja, biarkan ini menjadi bukti betapa hancurnya hidupku, hatiku, perasaanku, dan jiwaku," tegas Arnold. Namun, mata dan hatinya tak bisa berbohong. Betapa ia saat ini membutuhkan dekapan seseorang untuk menenangkan dan menguatkan kerapuhan hatinya.
"Baiknya anda duduk dulu tuan," ajak Sandra sedikit mendorong tubuh Arnold untuk berjalan ke ranjangnya. Setelah duduk, Sandra berlari ke dapur dan mengambil air hangat dan handuk tadi.
"Izinkan aku untuk mengobati luka anda tuan," izin Sandra. Arnold hanya diam dan menatap dalam ke atau Sandra. Dengan perlahan, Sandra mengarahkan handuk hangat ke arah rahang dan juga sudut bibir Arnold yang terlihat sedikit berdarah namun sudah kering.
"Eeshh..." desis Arnold sebab sakit.
"Maaf tuan, sakit ya," imbuh Arnold.
"Sandra..." panggil Arnold dengan pelan.
"Em..." jawab Sandra.
"Jika ada seseorang yang menyukai kamu bagaimana?" tanya Arnold.
"Aku belum terfikir ke arah sana tuan," jawab Sandra.
"Emm baiklah," tukasnya.
"Sudah, sebaiknya anda istirahat dulu tuan," ujar Sandra.
"Aku akan kembali ke kamarku saja," ucap Arnold.
"Baiklah, hati-hati tuan," ucap Sandra.
"Terima kasih," pukas Arnold berlalu pergi.
---***---***---
Di lain sisi, Gali sudah terbangun dari kematiannya. Namun, dia sedikit terlihat bingung. Bagaimana mungkin dia bisa kembali hidup setelah kematian menghampirinya.
"Sebaiknya kamu istirahat dulu. Karena aku akan pergi sebentar ada urusan," ucap Elga menenangkan Gali.
"Baiklah. Terima kasih," ucap Gali.
Lalu, dia pergi meninggalkan Gali. Dia berniat akan menemui Durga, guna akan melaksanakan sesuatu yang membuatnya mengasyikkan.
"Apakah yang akan di lakukan oleh Elga bersama Durga?"
---***---***---