Bab 9 Skala Negatif
Ketika keduanya datang ke tempat acara, sekilas mereka sudah melihat Ebrahim membawa kotak hadiah sedang mondar-mandir, tampaknya dia sangat gelisah.
"Ayah." Elisa berjalan mendekatinya.
"Kenapa kamu ada di sini?" Ebrahim terkejut.
Elisa menunjuk Alvin, "Alvin meminta temannya untuk mendapatkan dua kualifikasi undangan, jadi kami datang untuk melihat."
"Dia bisa mendapatkan kualifikasi untuk masuk?"
Alvin tersenyum dan berkata: "Ketika menjadi tentara di Perbatasan Barat aku memiliki seorang teman seperjuangan, dia berteman baik dengan orang yang mengadakan upacara ini, dan lewat jalur internal telah mendapatkan dua undangan."
Ebrahim mengangguk, "Ternyata begitu."
Elisa bertanya: "Ayah, kenapa Ayah berkeliaran di sini?"
Ebrahim mengerutkan kening, "Karena masalah pemberian hadiah, aku sudah membeli bir tua itu, masalahnya aku sunguh tidak bisa memberikannya, apakah kamu tahu bir ini rata-rata harganya hanya senilai berapa belas ribu sebotol, apakah benar-benar pantas memberikan bir murah ini sebagai hadiah?"
Alvin berkata: "Selama Ketua penangung jawab itu adalah pemimpin baik yang bisa berjuang hidup dan mati bersama para prajurit, dia pasti akan menyukai bir ini."
"Semoga begitu."
Pada saat ini, beberapa pria paruh baya dengan perut besar datang dan seorang pemimpin yang mengenakan kacamata.
"Yo, Tuan Ebrahim, sungguh kebetulan bisa bertemu denganmu di sini."
"Tuan Galang Setiayanto." Ebrahim berkata kepada Elisa dan Alvin: "Ini adalah Paman Galang dari departemen pemasaran, dia rekan kerja Ayah."
Elisa langsung mengerti.
'Paman Galang' ini adalah musuh Ebrahim, biasanya mereka tampaknya sangat akur, tetapi sebenarnya mereka selalu saling bertentangan.
Mereka berdua selalu membandingkan satu sama lain, dan kali ini mereka diam-diam bersaing untuk mendapatkan posisi yang sama.
Bisa dikatakan siapa pun yang tampil lebih baik kali ini pasti akan menekan pihak lain dan mengambil posisi Wakil Direktur terlebih dahulu.
Ebrahim lebih dari sekali membahas masalah Galang di rumah, dan kebanyakan bukan kata-kata yang baik, oleh karena itu, Elisa tidak memiliki kesan yang baik terhadap Galang.
"Paman Galang, apa kabar!" kata Elisa acuh tak acuh.
"Baik, bagaimana kabarmu Elisa? Sudah lama tidak bertemu, dalam sekejap mata kamu sudah tumbuh begitu dewasa."
Galang menyipit mata ke arah tubuh Elisa, dia terus-menerus melihat kaki putihnya yang panjang, dan menelan air liur, sunguh tidak berperilaku moral.
Elisa merasa tidak nyaman dan dia mundur selangkah, membiarkan Alvin berdiri di depannya.
"Ini siapa?" Galang menunjuk Alvin.
"Dia menantuku, Alvin," kata Ebrahim.
Galang berkata dengan senang, "Oh, Ayahnya yang menghilang, dan Adiknya bunuh diri itu, dia adalah orang tidak berguna yang tidak ada pilihan lain lagi selain pergi ke rumah mertuanya untuk numpang bertahan hidup, sudah lama mengagumimu."
Pada saat yang sama Ebrahim dan Elisa langsung sangat marah.
Galang mengabaikan perasaan Alvin dan dia melanjutkan: "Tuan Ebrahim, kamu ini, bagaimana kamu bisa menerima orang seperti ini yang numpang bertahan hidup di rumahmu? Kalau aku jadi kamu, aku sudah mengusurnya keluar rumah dan menyuruh putriku bercerai dengannya. Setidaknya, meskipun aku seorang lelaki tua tetapi aku lebih cocok untuk menjadi menantumu daripada orang yang tidak berguna seperti ini."
"Tuan Galang!" Ebrahim meraung.
Galang melambaikan tangannya, "Yo yo yo, sudah marah? Aku hanya bercanda denganmu, haha, tidak usah buru-buru marah. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."
Galang sengaja berjalan melewati Alvin, dia meliriknya dengan provokatif, lalu menatap Elisa yang ada di belakang Alvin, dan menjilati bibir bawahnya.
Senyuman tidak bermoral keluar dari tatapannya yang membuat orang merasa jijik.
Para junior yang ada di belakang juga mengikuti Galang pergi.
Setelah mereka pergi, Elisa menghentakkan kakinya dengan kuat, "Bajingan, sampah!"
Ekspresi Ebrahim menjadi gelap, tentu saja dia juga sangat marah, namun dia lebih tidak berdaya.
Meskipun Galang orangnya menyebalkan, dan berbicara kasar, tetapi sejujurnya apa yang dia katakan memang masuk akal.
Jika dirinya orang lain, pasti sudah menyuruh putrinya untuk bercerai dengan Alvin sejak lama dan mengusirnya dari rumah, bahkan Ebrahim pun bertanya-tanya, apakah dirinya terlalu baik?
Ebrahim melirik Alvin, lalu dia mendengus dingin, kemudian menoleh dan pergi.
Yang tidak diperhatikan oleh siapa pun adalah pada saat ini Alvin telah memperhatikan sosok Galang yang berada di kejauhan, dan ada aura pembunuhan di matanya Alvin.
Dia suka menonton pertunjukan 'Akrobatik ', tetapi dia tidak suka orang lain menindas istrinya.
Alvin boleh di remehkan dalam segala hal, tetapi tidak boleh meremehkan Elisa.
Elisa adalah satu-satunya skala negatif Alvin.
Mereka yang ada pemikiran terhadap skala negatif ini pasti akan mati.
Alvin mengeluarkan ponselnya secara diam-diam, tidak tahu apa yang diketiknya, terlebih lagi tidak tahu dia kirim pesan ke siapa, kemudian dia menyimpan ponselnya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa, dan kembali ke sisi Elisa.
"Upacara pengambilan ahli akan segera dimulai, ayo kita cari tempat duduk dulu." Kata Alvin.
"Emm."
Keduanya duduk sesuai dengan nomor undangan dan menyaksikan tirai perlahan-lahan dibuka, pembawa acara memperkenalkan orang yang akan hadir di upacara pengambilan ahli dengan serius.
Kemudian, Ketua penanggung jawab yang misterius akhirnya muncul.
Di bawah perhatian semua orang, yang keluar adalah seorang pria muda dengan kekuatan luar biasa dan tubuh yang kekar, dia berbicara dengan suara yang dalam serta kuat.
Dalam sekejap, banyak gadis yang tertarik padanya.
"Memang layak menjadi pemimpin di Perbatsan Barat, dia tampan sekali."
"Jika aku bisa menikah dengan pria seperti ini, aku akan terhibur setiap malam, dan aku menginginkannya setiap malam."
"Kalian ini, benar-benar tidak tahu malu, apakah pria seperti ini bisa tertarik pada kalian?"
Ada banyak diskusi, dan pemuda itu berkata.
"Para tamu yang hadir, selamat siang semuanya. Perkenalkan, namaku Caleb, dan aku akan mengambil alih sebagai penanggung jawab dalam upacara ini."
"Pertama-tama, aku ingin 'meminta maaf' kepada kalian semuanya, sebenarnya, aku bukan Ketua penangung jawab Natusea, aku hanya bawahan Pemimpin saja."
Dalam sekejap, semua orang berseru.
Seorang bawahan saja bisa sangat berbeda, bukankah Ketua Penangung jawab lebih luar biasa?
Caleb melanjutkan: "Pemimpin kami sangat rendah hati dan tidak suka pamer seperti ini, jadi aku yang mewakilinya untuk menghadiri upacara pengambilan ahli ini. Selanjutnya, aku akan memulai upacara formal."
Ketika Caleb berbicara di atas panggung, ada banyak diskusi di antara para hadirin.
"Yang benar saja, maksudnya ini Ketua penanggung jawab tidak akan muncul?"
"Ini juga terlalu gengsi, bukan?"
"Ssst, diamlah, apakah kamu ingin dibunuh? Apakah kamu tidak mendengar Caleb mengatakan orang yang bertanggung jawab tidak suka pamer, sukanya rendah hati?"
"Aiii, aku hanya sedikit kecewa, tidak tahu tampangnya Ketua Penanggung jawab itu seperti apa."
Mendengarkan komentar orang-orang, Elisa mendekati Alvin dan bertanya dengan suara kecil: "Kamu telah menjadi tentara di Perbatasan Barat selama lima tahun, bisakah kamu menebak siapa orang yang yang menjadi Ketua penanggung jawab? Tampangnya seperti apa? Tampan tidak?"
Alvin memutar bola matanya dan berkata, "Emmm, ini sulit untuk dikatakan. Kamu lihat aku saja, para tentara hampir sama denganku."
"Bagaimana mungkin kamu bisa dibandingkan dengan Ketua penanggung jawab?"
"Lalu bagaimana kalau Ketua penanggung jawab itu adalah aku?"
Elisa memberikan tatapan malas, "Sudahlah aku tidak mau berbicara denganmu lagi, tidak ada yang serius."
Alvin memandang Elisa sambil tersenyum, tiba-tiba dia merasa istrinya yang tidak akrabnya ini sebenarnya sangat imut.
Dan juga sangat cantik.