Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Kamu Tidak Berkualifikasi Untuk Masuk

Sekelompok orang berjalan menuju ke pintu masuk utama gedung dengan tertib.

Ada puluhan penjaga berseragam militer di depan pintu masuk utama, barisan paling dalam semuanya di lengkapi dengan senjata dan peluru tajam, menunjukkan betapa mulianya identitas orang-orang yang datang ke sini hari ini.

Farrel mereka bertiga datang ke pintu masuk utama gedung, Alvin dan Elisa juga mengikuti.

Pada saat yang sama mereka dihentikan oleh penjaga pintu.

"Silakan tunjukkan kartu identitas."

Jordy menyerahkan kartu identitas kepada penjaga dengan bangga, lalu menoleh dan melirik Alvin, "Lihat yang baik, tempat ini bukanlah tempat yang bisa kamu kunjungi."

Penjaga memindai kartu identitas di mesin, dan muncul "X" merah yang sangat mencolok.

Beberapa penjaga bersenjata segera datang dan menghentikan Jordy.

Wajah Jordy memucat karena ketakutan, "Teman semuanya, apa yang terjadi?"

Penjaga itu langsung mengembalikan kartu identitasnya, "Kamu sudah masuk daftar hitam dan dilarang masuk gedung, silakan pergi."

"Yang benar saja?"

Jordy berbalik badan dan menatap Farrel, bukankah dia mengatakan bahwa dia telah mendapatkan kualifikasi untuk dirinya? Kenapa dirinya bukan hanya tidak bisa masuk, melainkan juga masuk daftar hitam?

Farrel mengerutkan kening dan berkata, "Teman, aku rasa kamu salah, kualifikasinya aku sendiri yang mendapatkannya."

"Orang-orang yang ada di daftar hitam dilarang masuk, tidak ada kesalahan."

Ariska marah, "Hei, apa yang kamu bicarakan? Apakah kamu tahu siapa suamiku? Dia adalah wakil komandan Zona Perang Perbatasan Timur, apa kamu tidak ingin kerja lagi?"

Beberapa penjaga menatap Ariska secara bersamaan.

"Apakah kamu sedang mengancam kami?"

Beberapa orang mengencangkan senjata mereka, membuat Arisaka ketakutan hingga segera mundur di belakang Farrel.

Meskipun posisi resmi Farrel tidak rendah, tetapi posisinya masih tidak terlihat cukup tinggi di depan Ketua penanggung jawab hari ini, terlebih lagi, semua tentara di sini adalah tentara dari Perbatasan Barat, jadi mereka tidak akan peduli dengan wakil komandan di Perang Perbatasan Timur.

Farrel belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, dan mentalitasnya sedikit marah.

Dia menekan amarahnya dan berkata, "Lupakan saja, Jordy, kamu jangan masuk dulu, Ariska, kamu masuk bersamaku."

"Jangan, Kakak ipar."

Siapa sangka……

Penjaga mengulurkan tangan kepada Farrel, "Silakan tunjukkan kartu identitasmu."

"Um?"

Farrel marah, "Apa yang kamu katakan?"

"Silakan tunjukkan kartu identitasmu!"

Beberapa penjaga mengangkat senjata mereka lalu mengarahkan ke arah Farrel dan istrinya, jika dia tidak patuh, dia akan dipaksa untuk mundur.

Wajah Farrel mmenjadi pucat, "Aku adalah wakil komandan Zona Perang Perbatasan Timur, aku diundang untuk berpartisipasi dalam upacara pengambilan ahli, apa kalian tidak tahu?"

"Aku katakan yang terakhir kalinya, silakan tunjukkan identifikasimu, jika tidak, jangan salahkan kami bertindak kasar."

"Suamiku..." Ariska menarik lengan Farrel dan memberi isyarat agar dia tidak memaksa, para penjaga ini tidak terlihat sedang bercanda.

"Oke, bagus sekali, aku sudah ingat kalian."

Farrel menyerahkan identitasnya, dan penjaga mengambilnya lalu memverifikasinya di mesin, dalam sekejap, muncul "X" merah besar yang mencolok.

"Ini..." Farrel tercengang sesaat.

Penjaga mengembalikan identitasnya, "Kamu juga sudah masuk daftar hitam, kamu dilarang masuk, silakan kembali."

Farrel gemetar karena marah, dia adalah wakil komandan yang bermartabat, jabatannya sangat tinggi di Zona Perang Perbatasan Timur, siapa pun yang bertemu dengannya harus bersikap sopan kepadanya, mana pernah dia dihina seperti ini?

Dirinya diundang, tetapi kenapa dirinya masuk daftar hitam?

"Ada masalah dengan mesin kalian, cepat ganti mesinnya," kata Farrel dengan nada kuat.

"Kamu tidak berhak untuk memerintahkan kami, orang-orang yang ada di daftar hitam, silakan pergi sesegera mungkin, jika tidak kami akan mengambil tindakan keras."

"kamu berani!"

Pada saat yang sama beberapa senjata mengarah di depan Farrel, memaksanya mundur beberapa langkah.

"Kalian tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, kalian tunggu, aku akan menenlepon atasan dan memecat kalian semua!"

Tepat ketika dia akan menelepon, Alvin memimpin Elisa berjalan melangkah maju.

"Maaf, mingir sebentar, kami sedang terburu-buru, biar kami masuk dulu." Kata Alvin dengan datar.

Farrel memberinya tatapan marah

"Orang yang tidak berguna, apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu tidak melihat aku sedang ada masalah?"

Alvin mengangkat bahu, "Masalah? Aku hanya melihat kalian tidak berkualifikasi untuk masuk, tetapi masih mengemis di depan pintu orang, sangat memalukan."

"Kamu!!!" Farrel sangat marah hingga tidak tahu harus berkata apa.

Jordy meraung: "Alvin, Sialan kamu, buat apa kamu masih berpura-pura? Kami tidak bisa masuk, bisakah kamu masuk? Cepat pergi dari sini, jangan buat malu di sini."

Alvin tersenyum, "Aku sudah pernah bilang, aku tahu apakah aku bisa masuk atau tidak, tidak seperti kalian, bahkan tidak tahu apakah kalian berkualifikasi untuk masuk atau tidak, benar-benar sangat menyedihkan."

Dia berinisiatif menyerahkan kartu identitas kepada penjaga.

Penjaga keamanan menempatkan kartu identitas di mesin untuk verifikasi, dan menunjukkan 'lewat'.

"Silakan masuk." Kata penjaga itu dengan hormat.

Alvin berjalan ke pintu gedung megah di depan Farrel dan Jordy.

Wajah Farrel pucat, dia merasa sangat tidak nyaman.

Sebelumnya, dia bilang Alvin adalah orang yang tidak berguna dan menertawakannya karena tidak mengetahui situasi, di sini tidak semua orang bisa masuk, namun hasilnya, Alvin bisa masuk dengan mudahnya, sedangkan dirinya sendiri dihentikan di depan pintu, sungguh tidak tahu siapa orang yang benar-benar tidak berguna itu.

Setelah itu, Elisa menyerahkan kartu identitasnya dengan hati-hati, dan hasilnya sama 'lewat'.

"Silahkan masuk, Nyonya."

Para penjaga menghormati mereka yang bisa memasuki gedung.

Elisa berjalan ke pintu gedung dengan ekspresi bingung, dia tidak menyangka hasilnya akan seperti ini.

Dirinya cukup beruntung bisa masuk, Farrel saja tidak bisa masuk.

Alvin meraih tangan Elisa dan berkata kepada Farrel mereka di depan pintu: "Kakak pertama, kakak ipar, kalian juga tidak perlu sedih, aku akan bantu kalian memotret dan membelikan suvenir untuk kalian, kalian pulang saja dulu, kalian juga bisa menontonnya di TV."

Kata-kata itu membuat Farrel marah, dia hampir mau melempar ponselnya di lantai.

Wajah Ariska memerah karena malu, barusan dia menyuruh Elisa untuk pulang dulu, sekarang? Yang seharusnya pulang adalah dirinya sendiri.

"Tidak mungkin, ini tidak mungkin. Kenapa orang yang tidak berguna itu bisa masuk, dan kita malah dihentikan di depan pintu?"

"Pasti ada yang salah dengan mesinnya."

"Biarkan aku masuk!"

Jordy bergegas ke penjaga seperti anjing gila, tetapi ditendang dengan kuat dan berbaring di lantai, penjaga melepaskan tembakan ke arah Jordy, lalu menembak ke lantai.

Dalam sesaat, Jordy sangat ketakutan hingga celananya basah.

Alvin menggelengkan kepalanya, sungguh bodoh membuat masalah di tempat seperti ini.

Dia mengambil tangan Elisa, dan mengabaikan orang-orang yang ada di depan pintu, lalu berjalan menuju ke tempat pertemuan gedung.

Sepanjang jalan, Elisa merasa hidup dalam mimpi, semuanya begitu tidak nyata.

Hingga Alvin tersenyum dan bertanya padanya: "Apakah kamu senang?"

"Emm……"

Elisa tertegun sejenak, dan kemudian dia tidak bisa menahan senyuman di sudut mulutnya, dia tidak mampu menahan kegembiraan di hatinya, depresi selama bertahun-tahun ini dilepaskan pada saat ini juga.

"Heng, aku tidak seperti kamu orang yang berperilaku moral rendah, aku tidak senang" Elisa memalingkan wajahnya, tetapi dia tersenyum bahagia.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel