Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Coret Dua Nama

Sepanjang perjamuan keluarga, ada banyak orang yang ingin menyenangkan Farrel, dan bersulang untuknya.

Di sisi lain, dari tadi tidak ada yang memedulikan Alvin.

Elisa yang duduk bersamanya juga terlihat kesal, dai ingin berdiri dan pergi, dia benar-benar malu untuk tinggal di sini lagi.

Pada saat ini, ponsel Alvin berdering.

"Maaf, aku pergi angkat telepon dulu."

Alvin berjalan keluar dari pintu dan mengangkat telepon, terdengar suara Caleb dari ujung telepon.

"Kakak Besar, dokumennya sudah turun, keputusannya menyuruhmu mengambil alih sebagai Ketua penanggung jawab Natusea dan menghadiri upacara pengambilan ahli besok."

Alvin menjawabnya dengan ringan: "Kamu tahu sikap aku, aku tidak pernah menyukai birokrasi semacam ini, aku bisa mengambil alih sebagai Ketua penanggung jawab, tetapi upacara tidak usah diadakan."

"Ehhh... ini sudah diatur oleh atasan, Kakak Besar, tidak mudah untuk menolaknya."

"Kalau begitu kamu yang mewakiliku untuk hadir."

"Ini bukan keputusan yang cocok, bukan? Atasan tidak akan setuju."

"Jika tidak setuju, jangan biarkan aku mengambil alih sebagai Ketua penanggung jawab, sampaikan saja kata-kataku ini kepada atasan."

"Kakak Besar, jangan marah, aku akan menyampaikannya."

Alvin menutup telepon dan hendak kembali, Jordy datang dengan gembira.

"Yo, telepon dengan siapa?"

"Teman."

"Orang yang tidak berguna sepertimu masih ada teman?" Jordy berkata: "Kamu juga seorang tentara, coba kamu lihat Kakak ipar pertama, lalu lihat dirimu sendiri, kenapa perbedaannya begitu besar? Tadi Kakak ipar pertama sudah berjanji padaku akan membawaku untuk hadir di upacara pengambilan alih Ketua penanggung jawab baru. Lihatlah kemampuan dia, saluran internal langsung memenuhi syarat untuk hadir, sedangkan kamu? Hanya bisa berjongkok di rumah dan menunggu untuk melihat aku berjabat tangan dengan Ketua penanggung jawab baru di TV!"

Alvin tersenyum dan bertanya, "Syarat untuk hadir tidaklah begitu mudah, bukan? Jika kamu tidak bisa hadir, bahkan kalau Farrel juga tidak bisa hadir bukankah itu sangat canggung?"

"Pehhh!" Jordy memarahi: "Kalau kami tidak bisa hadir, apakah orang yang tidak berguna sepertimu bisa hadir?"

Ketika mereka sedang berbicara, Elisa berjalan keluar.

Wajahnya sangat kesal, sangat jelas kalau di dalam ada orang yang berbicara buruk kepadanya.

Dia melewati Alvin dan hanya mengucapkan dua kata dengan suara rendah: "Ayo pulang."

Jordy berkata dengan aneh: "Aiii, Adik, jangan pergi, Kakak Kedua masih belum bersulang denganmu."

Elisa menundukkan kepalanya dan berjalan cepat menuju ke arah mobilnya, Alvin mengikutinya.

Elisa membuka pintu mobil dan duduk di dalam, dia membanting setir untuk melampiaskan amarahnya, kemudian mengangkat kepalanya lalu menghela nafas panjang.

Saat ini depresi, keluhan, keengganan, dan rasa sakit telah mengalir keluar.

Alvin meliriknya, dia tidak mengatakan apa-apa, kemudian dia menoleh dan melihat ke luar jendela, ekspresinya acuh tak acuh.

Elisa menginjak pedal gas dan cepat meninggalkan tempat yang membuatnya tidak nyaman ini.

Mobil telah melaju setengah jalan.

Elisa berkata dengan mengeluh: "Apakah kamu tahu bagaimana mereka menilaimu?"

"Bagaimana?"

"Pengecut, berstatus rendah, dan tidak termotivasi, bahkan lebih banyak orang mengatakan kamu tidak berkemampuan."

"Oh."

"Oh? Apakah kamu tidak ada respon setelah mendengar ini?"

Alvin menoleh dan melihat Elisa, "Kamu ingin aku mau bagaimana meresponkannya? Marah, sedih, atau melawan mereka?"

Elisa menggigit bibirnya, dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak tahu mau bagaimana mengatakannya.

Sebenarnya dia hanya ingin melihat Alvin berusaha berjuang.

Alvin terus melihat ke luar jendela dan tiba-tiba dia bertanya, "Selama beberapa tahun ini menjadi tentara, hidupku sangat tidak menyenangkan, apakah kamu tahu cara yang paling aku suka dalam menghadapi masalah?"

Elisa terdiam.

"Yang paling suka aku lakukan adalah pergi ke rombongan akrobatik untuk melihat pertunjukan, bukannya aku suka melihat gerakan sulit itu, melainkan melihat badut tampil."

"Em?"

Elisa melirik Alvin dengan bingung, dia tidak mengerti apa maksudnya.

Mungkinkah dia memperlakukan semua orang yang menghinanya di acara perjamuan keluarga sebagai badut? Alasan mengapa Alvin tidak marah bukan karena dia tidak ada emosional, melainkan karena dia mengagumi 'petunjukan' mereka?

Untuk sementara waktu, Elisa tidak dapat memahami Alvin, pria ini tampaknya memiliki terlalu banyak tempat misterius, tetapi yang di tunjukkannya sangat berstatus rendah.

Sebenarnya dia berkemampuan atau lemah?

Tiba di rumah.

Elisa dan Alvin memasuki ruang tamu, terlihat Ebrahim duduk di sofa sedang memegang pena dan menulis, lalu dia menggaruk kepalanya dari waktu ke waktu.

"Ayah sudah pulang."

"Emmm."

"Departemen pemasaran sana bagaimana mengatakannya?"

Ebrahim berkata tanpa mengangkat kepalanya: "Hasilnya sudah keluar, besok akan ada upacara pengambilan ahli Ketua penanggung jawab, aku akan mewakili departemen untuk hadir. Jika aku dapat membangun hubungan dengan Ketua penanggung jawab, ke depannya aku pasti akan bisa meraih kesuksesan."

Elisa berjalan mendekat dan melirik apa yang ditulis Ebrahim, "Ayah, apa yang Ayah tulis?"

"Hadiah."

"Ah? Ayah ingin kasih hadiah kepada siapa?"

Ebrahim berkata: "Bukankah ini sudah jelas? Apakah mungkin aku pergi menghadiri upacara pengambilan ahli dengan tangan kosong? Bukankah aku harus menyiapkan hadiah? Hanya saja aku tidak tahu temperamen Ketua penanggung jawab baru ini. Jika kasih hadiah yang murah, takut akan ditolak, kasih hadiah yang mahal, takut berkomentar yang tidak bertanggung jawab. Putriku, kamu bantu aku memikirkannya."

Elisa menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mengerti dengan hal-hal begini."

Alvin datang dan melirik hadiah yang ditulis oleh Ebrahim di atas kertas, memang benar kebanyakan orang lebih suka barang berharga dijadikan sebagai hadiah, tetapi masalahnya, Alvin sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal seperti ini.

Dia tersenyum dan berkata, "Ayah, menurutku hadiah ini terlalu kuno."

"Um?"

"Ayah bisa memberikan hadiah ini, orang lain juga bisa memberikannya, ini tidak menunjukkan ketulusan."

Ebrahim mengangguk, "Masuk akal, lalu menurutmu memberi hadiah apa lebih cocok?"

"Bir."

"Bukankah bir terlihat lebih biasa?"

Alvin berkata, "Harus bir tua yang terkenal di Perbatasan barat."

"Oh? Apakah ada yang istimewa? Bir ini mahal?"

"Tidak." Alvin menjelaskan: "Hidup di Perbatasan Barat sangat tidak gampang, harapan luar biasa dari setiap tentara yang bertarung adalah ingin minum seteguk bir. Sedangkan bir ini murah dan kuat, ini adalah jenis bir favorit para prajurit bawahan."

Alvin mengerutkan kening, "Bagaimana mungkin memberikan bir yang disukai para parjurit bawahan kepada Ketua penanggung jawab? Meskipun dia juga berasal dari Perbatasan Barat, tetapi dia bukan seorang prajurit bawahan."

Alvin berkata: "Di Perbatasan Barat, sang Jenderal tidur bersama para prajurit dengan menggunakan satu selimut, makan semangkuk nasi bersama, dan minum semangkuk bir tua bersama. Bir yang disukai para prajurit, Jenderal pasti juga menyukainya."

Ebrahim telah tergoyah oleh kata-kata Alvin.

Memang benar, dalam hal pemahamannya tentang Perbatasann Barat, dirinya pasti tidak sebaik Alvin.

"Emmm, boleh mencobanya."

"Aku akan menyuruh orang untuk membeli bir tua itu, Alvin, aku harap kali ini aku tidak salah mempercayaimu."

Ebrahim segera mencari orang untuk membeli bir.

Pada saat ini, ponsel Alvin berdering lagi.

"Kakak Besar, atasan sudah setuju, selama kamu bersedia menerima posisi Ketua penanggung jawab, mereka tidak keberatan siapa yang akan menghadiri upacara pengambilan ahli."

Alvin berkata, "Emm, kalau begitu, bantu aku mendapatkan dua kualifikasi untuk hadir."

"Ah? Kakak Besar, apakah kamu sedang bercanda? Kamu adalah orang yang dipilih, seharusnya kamu yang menghadiri upacara. Hasilnya, kamu menyuruh aku menghadiri upacara, dan aku harus bantu kamu mendapatkan dua kualifikasi, apakah kamu berencana datang sebagai tamu untuk membodohiku?"

Alvin berkata dengan dingin, "Apakah kamu ingin mencoba melanggar perintahku?"

Caleb mengakui kekalahan, "Tidak berani, aku akan melakukan sesuai perintahmu."

"Ngomong-ngomong, bantu aku mencoret dua nama daftar hadir dalam upacara ini,."

"Siapa?"

Alvin menyeringai, "Farrel dan Jordy."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel