Bab 5 Birokrasi
Semua orang saling memandang, Dewa Perang? Posisi apa itu?
Farrel terbatuk, "Meskipun aku tidak tahu situasi di Perbatasan Barat dengan baik, tetapi aku tahu segalanya tentang pangkat militer. Tidak ada pendirian yang bernama Dewa Perang, Alvin, kamu jangan sembarangan mengarang lagi. "
Semua orang merasa lega.
"Ternyata mengarang, pantas kenapa aku tidak pernah mendengarnya."
"Mau mengarang pun juga harus yang lebih bisa di andalkan."
"Pangkat militer yang tidak di ketahui Farrel itu pasti tidak ada keberadaannya."
Menghadapi tuduhan dari semua orang, Elisa merasa malu dan ingin menggali lubang untuk melompat masuk ke dalam.
Alvin tampak sangat acuh tak acuh, dan berkata dengan santai, "Kamu belum pernah mendengarnya mungkin karena kamu belum mencapai tingkatnya."
"..."
Ada keributan di tempat, dan semua orang memandang Alvin seperti orang idiot.
Dia benar-benar sangat sombong, beraninya berkata demikian.
Farrel itu siapa? Dia adalah wakil komandan Zona Perang Perbatasan Timur, statusnya sangat tinggi, meskipun Jamar masuk ke sana juga harus merendah diri untuk bertunduk, dan bersikap sopan.
Beraninya Alvin mengatakan Farrel tidak mengetahui jabatannya karena dia belum mencapai tingkatnya, maksudnya dia lebih baik dari Farrel?
Setelah keheningan singkat, terdengar raungan tawa.
Jordy menunjuk Alvin, "Adik, bisakah kamu membawa orang anehmu ini pulang? Dia di sini sangat memalukan sekali, apakah dia benar-benar pantas ada di sini?"
Farrel juga menghina.
"Ada orang jelas-jelas statusnya rendah tetapi masih tidak tahu diri ingin membuktikan diri, yang ada hanya akan menambah tawaan orang lain."
"Aku tidak akan merendahkanmu karena statusmu yang rendah, tetapi ketidaktahuan dirimu membuatku muak."
"Minggir, melihatmu berdiri di sini, aku menjadi tidak selera makan."
Jordy ikut berkata: "Orang yang tidak berguna, apakah kamu sudah mendengarnya, Kakak ipar menyuruhmu minggir."
Adegan ini cukup canggung.
Jamar melambaikan tangannya pada Elisa, "Elisa, suruh dia pergi ke meja yang ada di sudut untuk makan."
"Aku mengerti, kakek."
Elisa berdiri, dia mengulurkan tangannya untuk meraih pergelangan tangan Alvin, dia menggertakkan giginya dan menyeret Alvin menjauh dari ruangan, kemudian menempatkannya di sudut.
Alvin menggelengkan kepalanya dan makan makanannya sendiri.
"Kamu masih bisa makan?" Elisa berkata dengan galak, "Aku sudah sangat marah hingga tidak bisa makan lagi, kamu malah masih seperti orang yang baik-baik saja, Alvin, apakah kamu tahu kata malu?"
Alvin berkata dengan acuh tak acuh: "Yang asli tidak bisa dipalsukan, dan yang palsu tidak bisa menjadi asli."
"Apa maksudmu?"
"Cepat atau lambat kamu akan mengerti."
Di meja utama.
Jamar bertanya: "Farrel, ada satu hal yang ingin aku tanyakan kepadmu hari ini."
Farrel tersenyum, "Kakek, kakek terlalu sungkan, Kakek tidak usah "sungkan" kepadaku? Aku tahu, Kakek pasti mau bertanya tentang pemimpin baru, bukan?"
"Benar, benar, benar, Farrel, tebakanmu tepat sekali."
Farrel berkata: "Natusea ini bukanlah masalah kecil. Posisi orang yang bertanggung jawab adalah pria yang bisa mendapatkan keuntungan besar dan orang yang berbahaya."
"Maksudnya?"
"Sederhana saja. Sebagai Ketua penanggung jawab Natusea, harus bisa mengerahkan semua sumber daya. Selama menanganinya dengan baik, semua jenis keuntungan tidak bisa diambil dengan begitu mudah. Masalahnya, akankah tim asli dari Natusea akan membiarkannya melakukan ini? Pejabat, pengusaha, administrasi, begitu banyak kekuatan, tidak mudah untuk mendamaikan mereka. Oleh karena itu, Ketua penanggung jawab yang baru ini pasti bisa mengendalikan situasi."
Jamar mengangguk dan bertanya, "Kalau begitu, apakah kamu tahu siapa pendatang baru ini?"
"Tidak tahu."
"Kamu juga tidak tahu siapa dia?"
Farrel berkata dengan Canggung: "Tentu saja, jabatanku lebih jauh di bandingkan dengannya. Satu-satunya petunjuk yang di dapatkan saat ini adalah Ketua penanggung jawab ini berasal dari Perbatasan Barat."
Perbatsan Barat?
Jamar melihat ke meja yang berada di sudut, dan kemudian dia terus menggelengkan kepalanya dengan ekspresi seolah-olah dia merasa dirinya konyol.
"Farrel, kamu harus lebih memperhatikan masalah ini. Pemimpin baru telah datang, kamu bantu Keluarga Soehadi kita agar mendapatkan beberapa keuntungan, Natusea, ada banyak keuntungannya, asal mendapatkan sedikit saja sudah cukup bagi Keluarga Soehadi kita untuk menghasilkan uang."
Farrel menepuk dadanya, "Jangan khawatir, urusan Keluarga Soehadi juga urusanku, aku pasti akan membantu. Beberapa hari lagi, ketika pemimpin baru menjabat, aku akan menyambutnya secara pribadi, dan saat itu aku akan memuji Keluarga Soehadi di depannya, apakah Kakek masih khawatir tidak bisa menghasilkan uang?"
"Aiyahhh, terima kasih Farrel."
"Eiiii, Kakek, Kakek terlalu sungkan."
"Ayo, minum bir."
"Minum bir!"
Saat bersulang, di luar pintu terlihat tiga mobil Rolls-Royce hitam, yang masing-masing bernilai lebih dari dua puluh milyaran, ini kendaraan yang bisa dikendarai oleh orang biasa.
Siapa yang punya gaya seperti itu?
Jamar dan Farrel saling melirik, mereka meletakkan gelas wine yang ada di tangan mereka, dan berjalan menuju ke arah pintu.
Tiga mobil Rolls-Royce berhenti, pintu mobil terbuka, dan beberapa pria berseragam militer turun dari mobil, masing-masing dari tiga mobil mengeluarkan panji yang besar.
Pemimpin berjalan ke arah Jamar dan memberi hormat militer.
"Halo, Tuan Besar, kami adalah orang-orang dari medan perang, dan kami datang untuk mempersembahkan panji sebagai rasa berterima kasih kepada cucu menantu Anda atas kontribusinya yang luar biasa di medan perang."
Medan perang?
Cucu menantu?
Jamar menerimanya dan memandang Farrel, "Aiyaaa, Farrel , kamu benar-benar luar biasa, atasanmu malah mengutuskan orang untuk mengantar panji kepadamu, ini benar-benar membanggakan Keluarga Soehadi kita!"
"E..." Farrel tersenyum canggung.
Dia merasa bingung, berdasarkan kemampuan dan perbuatannya, bagaimana mungkin dia memenuhi syarat untuk diberikan panji?
Satu sisi saja dia sudah tidak bisa menerimanya, apalagi tiga sisi.
Tiga panji dibuka satu demi satu.
Sisi pertama yang di sulam adalah: Kesetiaan pada hati.
Sisi kedua yang disulam adalah: Tak terkalahkan
Sisi ketiga yang disulam adalah: Kehidupan Kekal
Arti dari ketiga kata ini terlalu besar, dan tidak terjangkau oleh orang biasa.
Jangankan Farrel, bahkan meskipun ini adalah ortodoksi medan perang mereka, juga tidak mampu menerima panji-panji ini.
Farrel bertanya-tanya, kontribusi khusus apa yang telah dia lakukan sehingga dia mendapatkan tiga panji ini? Setelah kembali ke medan perang nanti, dia harus bertanya kepada atasannya.
Jamar tersenyum dengan sangat gembira, "Bagus, bagus sekali, Farrel, kamu benar-benar memenangkan kemulian Keluarga Soehadi kami dan membuat leluhur bersinar. Pelayan, terima tiga panji itu dan gantung di aula leluhur!"
"Baik."
Setelah panji diantar, orang-orang dari medan perang kembali ke mobil dan pergi.
Pada saat ini, di meja sudut, Elisa memandang ketiga panji dan berkata dengan senyum masam: "Kakak Pertama benar-benar menikah dengan pria idaman."
Ini kecemburuan dan iri.
Wanita mana yang tidak ingin menikah dengan pria cerdas dan berkemampuan? Wanita mana yang tidak ingin suaminya menjadi penguasa?
Pada saat ini, hanya ada kepahitan di hati Elisa.
Alvin yang berada di samping, melihat ketiga panji itu, dan bergumam: "Aku sudah bilang tidak suka birokrasi semacam ini, masih juga memberikannya, benar-benar sangat menjengkelkan."
Dia menggelengkan kepalanya dan menundukkan untuk lanjut makan.