Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Pak Rayhan?!

Bab 9 Pak Rayhan?!

Kayla merasa hampir mati karena tubuhnya yang benar-benar tidak memiliki energi lagi. Tapi dia pulang karena Sekar bilang ada hal penting yang harus mereka lakukan. Dan Kayla benar-benar wajib pulang katanya.

Astaga. Padahal Kayla berencana untuk menghabiskan akhir pekan dengan istirahat total. Tubuhnya benar-benar sudah remuk berkat kerja ekstra yang disebabkan oleh manusia yang tidak ingin Kayla sebut namanya.

Lalu sesampainya di rumah... Ta-da! Dia langsung dihadapkan dengan Sekar yang sudah menyiapkan banyak kue, selain itu memberikan Kayla sebuah bingkisan yang isinya adalah gaun putih berbahan sifon selutut beserta sepatu heels dengan warna serupa.

"Ma, sebenarnya maun ke mana, sih? Kenapa juga aku harus berpakaian manis seperti ini? Terus itu apaan, lipstik Mama apa tidak kurang tebal? Seperti baru makan anak tikus saja."

Ya, tambahan lainnya, sang ibu sudah berdandan rapi dengan rambut yang disanggul tinggi dan make-up yang sudah seperti mau kondangan.

"Ada teman lama Mama mau datang," balas Sekar ringan. "Wajah kamu kenapa, deh, Kay? Kamu sakit? Pucet gitu."

"Lho, itu kan teman Mama? Kenapa aku harus datang juga? Aku capek sekali dan ingin istirahat di akhir pekan."

Sekar menatap anak sulungnya dengan prihatin, lalu mendekat untuk menepuk pelan punggung Kayla. "Pasti sulit sekali, ya, kerja di kantor?" tanyanya.

Kayla mengangguk dengan bibir mengkerut manja. "Bos-nya menyebalkan. Baru dua minggu saja rasanya aku ingin resign," balas Kayla, mendusel kepala pada pundak ibunya.

"Ya sudah. Sebentar saja, kok. Temannya Mama ingin lihat kamu. Kalau pertemuannya selesai, kamu bisa istirahat total, hm?"

Kayla hanya menyunggingkan senyum lemah, sudah tidak memiliki tenaga walau sekadar mendebat. Namun, dunia seakan runtuh saat dia tahu siapa yang datang malam itu.

"Halo, Tante..." sapa Kayla. "Pak Rayhan?!" pekik Kayla, membulatkan mata sampai bola matanya nyaris keluar.

Entah mengapa, takdir seolah mempermainkannya belakangan ini. Dari sekian banyak orang di dunia, dia harus dihadapkan lagi dan lagi dengan sosok Rayhan yang senyumnya saja membuat Kayla muak!

"Kalian saling kenal?"

Kayla memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa sakit. Dia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi sekarang. Tapi untuk sekadar memahami situasi yang terjadi pun terlalu sulit di saat keadaan tubuhnya tidak baik-baik saja begini. Jadi, Kayla memutuskan untuk tidak menjawab dan lekas duduk di salah satu kursi meja makan.

"Kami satu kantor." Terdengar suara Rayhan yang mengalun merdu, tapi sungguh sakit di telinga Kayla.

"Wah, bagus kalau begitu."

Mereka duduk bersama di ruang makan. Untungnya, Herlan sedang tidak ada di rumah. Bayangkan jika dalam keadaan ini Kayla juga harus dihadapkan dengan bacotan adiknya yang semakin membuat pening? Rayhan saja cukup. Mamanya yang gerak-geriknya mencuritidakan juga cukup.

"Kayla tidak pernah bawa pacar ke rumah. Dia selalu sibuk bucinin salah satu band yang sedang naik daun itu, lho!"

Astaga. Apa-apaan ibunya itu? Kenapa dia membocorkan rahasia negara seperti itu?

"Mama," tegur Kayla pelan. Tapi Sekar hanya membalas dengan senyuman jenaka.

"Kebalikan sekali dengan Rayhan. Dia justru sering kencan sana-sini. Ayahnya yang sering laporan, sering lihat dia berkeliaran dengan perempuan yang berbeda."

Kayla terkejut mendapati respons Rayhan yang hanya tersenyum lebar dan tampak senang dengan ucapan itu, seolah apa yang dikatakan ibunya adalah pujian. Astaga, bisa-bisanya lelaki gila itu.

Kedua wanita paruh baya di ruangan itu tertawa kecil. "Kalau dilihat-lihat, kalian cocok juga," tutur Ajeng, menatap dua anak muda dengan dua ekspresi berbeda tersebut.

Kayla meringis, hampir saja tersedak makan malamnya. Cocok, katanya? Dari mananya?

"Oya, kita mau ada acara khusus berdua. Kalian tidak apa-apa ditinggal dulu?"

Kayla mulai mencium bau-bau busuk di sini sekarang.

"Aku mau istirahat sih, Ma," ucap Kayla segera pada Sekar. "Rayhan bisa pulang duluan saja, kan?" lanjutnya.Enggan juga sebenarnya Kayla menyebut nama lelaki itu.

"Tante tidak biasa pulang naik taksi, Sayang. Tidak apa, kita tidak lama, kok."

Kayla melayangkan tatapan protes pada Sekar. Berharap ibunya itu bisa memahami kondisinya. Tapi apa yang terjadi? Dia bersikap seolah tidak tahu bahwa Kayla keberatan. Benar-benar.

‘Mama tidak takut nih anak gadisnya diapa-apain sama si buaya buntung ini?’ Desis Kayla dalam hati.

Sekar dan Ajeng tanpa perasaan meninggalkan Kayla berdua dengan si mesum brengsek. Kayla ingin marah, sungguh. Dia ingin berteriak memaki siapa pun, tetapi tak memiliki tenaga untuk itu.

"Karena ini bukan di kantor, aku bicara non-formal saja, oke?" Kayla angkat suara untuk kali pertama setelah hening beberapa waktu. "Terserah kamu mau melakukan apa di sini sampai ibu kita kembali. Tapi aku mau istirahat dan jangan ganggu aku."

"Seriously?" Rayhan berdecak. "Aku tamu, lho, di sini. Kamu membiarkan aku di sini begitu saja?"

"Terus? Aku harus jamu kamu bagaimana lagi?" gumam Kayla lelah. "Aku bahkan tidak punya tenaga untuk berbincang dengan kamu."

Kayla berdiri. Dan sial, pusing membuatnya nyaris saja terjungkal. Untung dia segera meraih ujung meja dan bertahan. Kayla berdesis, dilepasnya sepatu heels yang dia pakai. Merasa percuma pakai sepatu itu, toh, hanya di rumah.

Rayhan juga ikut berdiri dari tempatnya. Menatap Kayla lurus lalu berjalan ke hadapan perempuan itu. "Kita di rumah cuma berdua," kata Rayhan dengan tatapan jenaka.

Kayla segera mundur dengan harap-harap cemas. "Jangan macam-macam kamu!"

"Aku cuma bilang kalau di sini kita cuma berdua. Macam-macam apa coba? Apa kamu berpikir hal yang tidak-tidak?" Rayhan memasang smirk yang membuatnya semakin menyebalkan.

"Dasar gila!" ketus Kayla, berjalan meninggalkan pria berpakaian kasual itu.

Tapi langkah Kayla terhenti di anak tangga ketiga. Dia mencengkram erat pegangan tangga untuk menyangga tubuh. Sial, sakit kepala yang mendera sungguh kuat sehingga Kayla tidak bisa bertahan.

Dia nyaris saja ambruk. Tapi, sesuatu membuatnya tidak terjatuh. Begitu menoleh, Kayla mendapati sosok Rayhan yang menatapnya dengan datar. Sungguh bukan tatapan yang biasa lelaki itu layangkan.

"Badan kamu panas sekali, Kay," gumam Rayhan yang memegang lengan atas Kayla.

Kayla menggeleng pelan, berusaha menyingkirkan pening yang mendera. Kemudian berusaha berdiri. "Kamu pikir siapa yang membuat aku seperti ini?" ketusnya. Segera menjauh dari Rayhan.

"Aku harus istirahat total sebelum hari Senin ketemu dengan bos mengesalkan. Jadi nikmati waktumu," kata Kayla, berjalan meninggalkan Rayhan yang bergeming di tempatnya.

Mungkin, Rayhan sudah sangat keterlaluan pada Kayla.

Rayhan berjalan menuju ruang tamu. Duduk untuk menunggu ibunya pulang. Sejujurnya, semua yang terjadi adalah rencananya. Perihal Kayla diterima di kantor, itu karenanya. Dia tidak sengsaja melihat surat pengajuan yang diajukan Kayla. Tentu saja saat itu dia sudah tahu semua informasi mengenai gadis itu setelah bekerja keras. Dan tanpa pikir panjang menerima Kayla di sana. Mungkin dia kekanakan karena membuat Kayla bekerja ekstra keras. Sekarang, melihat Kayla sakit, tiba-tiba Rayhan merasa bersalah.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel