Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Minimarket

Bab 2 Minimarket

Konser sudah selesai beberapa saat lalu, tetapi venue masih sesak oleh orang-orang yang tepar sehabis berteriak dan menari gila sejak dua jam lalu. Pun dengan Tania, Kayla, dan Clarita, yang energinya benar-benar terserap habis karena menikmati pertunjukan musik yang disuguhkan band kesayangan.

"Ini gila! Kalau tahu konsernya seseru ini, aku mungkin akan menghabiskan tabungan hanya demi melihat lima pria seksi itu setiap mereka mengadakan konser!" Tania masih bisa berbicara antusias meskipun paru-parunya sudah menjerit kehabisan oksigen.

"Lalu pernikahanmu batal karena uangmu habis untuk menafkahi idolamu itu," seloroh Clarita sambil menggeleng kecil.

Tania menoleh, lalu menyengir lebar. Ada benarnya juga yang dikatakan sahabatnya itu. For your information, Tania memang akan melangsungkan pernikahan beberapa waktu lagi. Waktunya sudah dekat, kurang dari sebulan.

"Kalau begitu, undang saja Tuzi untuk jadi bintang tamu di pesta pernikahanmu. Keren, kan?" usul Kayla yang membuat sahabatnya seketika membulatkan mata antusias.

"Kenapa aku tidak kepikiran?" pekik Tania. Tapi beberapa saat kemudian dia merenung. "Tapi, tidak sepertinya. Nanti Reza tahu jika aku sudah bersuami. Kesempatanku untuk mendekati dia pasti lenyap."

"Jadi setelah menikah pun kamu akan tetap mengkhayal perihal Reza?" Clarita menatap skeptis pada Tania.

Satu per satu orang di dalam venue mulai keluar. Hingga Kayla, Clarita, dan Tania pun ikut karena tim EO sudah akan membereskan panggung dan semua alat-alat di sana.

"Tidak ada yang salah, kan, dengan itu?" balas Tania seraya berjalan kecil di tengah-tengah Kayla dan Clarita. Sangat pas untuk dua temannya itu berteriak keras secara bersamaan di depan telinganya.

"SALAH!"

Dan benar, Tania nyaris saja terkena serangan jantung mendengar teriakan serempak Kayla dan Clarita di depan telinganya. Mengapa selalu dia yang salah?

"Bucinnya kamu itu sudah another level, Tan. Ingat, kamu punya pacar yang akan resmi jadi suami kamu beberapa saat lagi, jangan terus terjebak di dalam dunia imajinasi kamu yang tingginya sudah tak terhingga."

Kayla tersenyum pada Clarita. Meskipun terkadang dia bersikap seperti masa bodo dan kadang agak kasar, tetapi Clarita sebenarnya adalah teman yang selalu peduli. Hanya, kehidupan yang keras membentuknya menjadi pribadi seperti ini. Dia tidak suka orang mengeluh, apalagi jika hanya karena hal sepele. Dia tidak suka membalas ucapan-ucapan tak berfaedah, meski sebenarnya dia mendengarkan dalam diam.

Tapi Clarita orang yang asyik. Sesekali dia bisa melontarkan lelucon yang membuat Kayla dan Tania tertawa hingga perutnya keram. Hanya saja, tidak begitu sering.

Selain itu, untuk urusan curhat, dia selalu bisa diandalkan. Clarita memiliki pemikiran dewasa dan terbuka, sangat pas dicari ketika masalah rumit membelit Kayla. Dia tidak pernah menghakimi.

"Clarita jahat," gerutu Tania manja, memeluk tangan Kayla sambil mencemberutkan bibir.

Kayla terkekeh. Jika Clarita adalah sosok dewasa yang terlihat keras tetapi lembut di dalam, lain halnya dengan Tania. Tania itu sosok yang ceria. Tipe teman yang kelihatan kekanak-kanakan, nakal, jahil, tetapi sebenarnya polos dan berhati tulus. Kayla bisa menjamin seratus persen akan hal itu.

Dalam keadaan serius, dia memilih diam atau bicara setelah dipikir baik-baik. Yah, bisa dibilang, dia bisa menempatkan diri.

"Bukannya jahat, tapi Clarita ada benarnya juga," balas Kayla, mengelus kepala Tania.

Dan Kayla, dia malah seperti perpaduan antara Clarita dan Tania. Di satu sisi, dia kadang kekanakan, lebih kekanakan dari Tania jika sudah kumat. Dia juga terkadang sembrono dan terlalu polos. Tapi terkadang, dia memiliki sisi Clarita, yakni berbicara blak-blakan dan bisa bar-bar.

Mungkin, itu sebabnya mereka bertiga bisa berkawan begitu lama. Jika dipikir-pikir, ini sudah tahun ke-delapan mereka bersahabat. Sejak ketiganya masih berseragam putih abu-abu dan ketiban sial dihukum bersama sewaktu MOS. Sampai ketiganya lulus kemudian berbeda fakultas meski masih di universitas yang sama. Lalu sampai sekarang, ketika Clarita sudah bekerja, Tania sudah akan menjadi istri orang, dan Kayla yang masih disibukkan dengan kuliah karena dia sempat mengambil cuti beberapa semester karena sebuah keadaan yang mendesak.

"Ngomong-ngomong, air minum kita habis," ucap Kayla, menaikkan botol air di genggamannya yang sudah kosong. "Aku mau beli minum ke minimarket depan. Ada yang mau ikut?"

Tania melihat jam tangan, kemudian menggeleng. "Aku rasa aku harus segera pulang mengingat jarak rumah yang jauh dan ini sudah lewat dari jam sepuluh. Besok, aku harus pergi untuk melihat desain undangan."

Kayla melirik Clarita kemudian. Menunggu respon gadis itu.

"Aku pergi ke sini menumpang mobil Tania, otomatis aku juga tidak bisa ikut," balas Clarita tak enak.

Kayla menghela napas pelan, lalu mengulas senyum maklum. "Ya sudah, aku pergi sendiri," katanya. "Kalian hati-hati di jalan. Dan, Tania, jangan meleng. Awas!"

Clarita tersenyum sebagai jawab, sementara Tania mengangkat jempol dengan cengiran cerianya seperti biasa.

"Kamu juga hati-hati, Kay. Jangan sampai ketemu biawak di jalan. Kalau biawaknya model Bara, sih, tidak apa," tukas Tania bercanda.

Kayla tertawa. Kemudian ketiganya berpisah di parkiran. Masuk ke dalam mobil dan benar-benar berpisah di persimpangan.

Kayla menghentikan mobilnya tak jauh dari tempat konser dilaksanakan. Kebetulan ada sebuah minimarket yang tidak begitu ramai. Jika banyak pengunjung, Kayla malas antre soalnya. Kakinya sudah nyaris tidak bisa berjalan sebab berdiri dan berjingkrak-jingkrak selama dua jam.

Kasir minimarket memberikan ucapan selamat malam begitu Kayla masuk, yang hanya dibalas oleh anggukkan kecil beserta senyum tipis oleh gadis berperawakan mungil itu.

Kayla berjalan menuju rak dan lemari pendingin berisi jajaran minuman. Dan jelas saja, jika sudah berada di sana, Kayla hanya akan berdiri seperti orang bodoh sebab terlalu banyak jenis minuman yang tidak bisa dia pilih.

"Jika tidak mau membelinya, bisakah Anda menyingkir sedikit, Nona Manis?" tegur seseorang bersuara bariton di belakang Kayla.

Seketika itu Kayla mengerjap. Dia menoleh ke belakang, mendapati sesosok pria tinggi dengan garis wajah tegas yang sangat tampan. Merasa tatapan laki-laki itu membuatnya merinding, buru-buru Kayla mengambil asal minuman apa pun dan bergegas pergi ke rak makanan ringan. Tatapan lelaki itu barusan seolah Kayla adalah makanan yang hendak dia santap. Mengerikan.

Usai mengambil beberapa makanan ringan, Kayla bergegas ke meja kasir dan menyimpan apa-apa saja yang dia beli agar bisa langsung dihitung dan dia pergi secepatnya. Tapi sial, Kayla nyaris saja melompat kaget begitu pria tadi tiba-tiba sudah berada di belakangnya dan meletakkan dua botol minuman ringan beserta... alat kontrasepsi?! Kayla membulatkan mata tak percaya.

"Tolong hitung punya saya dulu, Mbak. Saya buru-buru," ujar lelaki itu. Ketika Kayla menoleh, dia tengah berkedip pada kasir perempuan yang melayani mereka. Jangan lupakan senyuman mematikan yang membuat mbak-mbak kasir itu seketika merona.

Astaga. Sementara Kayla? Bukannya merasa tersanjung melihat senyum itu, dia justru semakin merinding. Dari penampilan, tinggi, dan tampannya yang tidak manusiawi, Kayla sudah was-was. Ditambah pula dengan kelakuannya yang seperti ini, Kayla sungguh ngeri. Sudah dipastikan pria itu adalah player. Apalagi dengan sekotak benda yang dia beli. Dia bukan cuma player, tetapi juga pria brengsek.

Kayla menggeleng buru-buru. Semoga dia tidak pernah bertemu dengannya dan makhluk lain yang satu spesies dengannya. Sungguh, jika itu terjadi, maka itu akan menjadi mimpi paling buruk yang Kayla alami.

Amit-amit. Kayla tidak mau. Selama ini dia sudah menjaga diri dengan baik, semoga ketemu dengan orang baik pula nantinya. Yah, semoga. Sebab tidak pernah ada yang tahu perihal takdir. Bukan begitu?

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel