Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Kau Masih Punya Otak

Di tangan Ravenna ada sebuah kartu bank dan juga beberapa surat berharga, di antaranya adalah surat kepemilikan sebuah villa dan mobil mewah.

Ravenna tidak menyangka bahwa Eldrion akan semurah hati ini. Ia mendapatkan begitu banyak harta dari perceraian mereka.

Ia sudah berjanji pada Theodore untuk menerima hadiah perceraian itu, jadi ia menerimanya.

Setelah menerima semua itu, Ravenna kembali ke kediamannya dengan Eldrion.

Hatinya terasa begitu berat, ia ingat pertama kali ia datang ke tempat ini dengan status sebagai istri Eldrion. Ia berharap bahwa ia akan selamanya tinggal di tempat mewah ini, tapi hari ini ia harus meninggalkannya.

Tidak ada gunanya jika tempat ini mewah, tapi tidak ada kehangatan di dalamnya. Ravenna mengerti betul, bahwa yang ia cari jelas bukan kemewahan, tapi kehangatan dan kenyamanan. Di mana dua hal itu tidak ia dapatkan dari tempat ini ataupun pemiliknya.

Ravenna melangkah menuju ke kamar utama yang terletak di lantai dua. Ia mulai mengambil koper dan mengemas barang-barang pentingnya.

Butuh beberapa waktu sampai ia mengemas barang yang akan ia bawa keluar dari kediaman itu. Ia tidak membawa semua pakaian atau perhiasannya. Ia hanya membawa sedikit pakaian tanpa membawa barang berharga lainnya.

Barang-barang itu semuanya disiapkan untuknya, tapi ia sangat jarang memakainya. Ia bahkan tidak tahu harus memakai perhiasan itu ke acara apa karena sebelumnya Eldrion tidak pernah membawanya ke acara apapun.

Jika ia hanya ingin pergi dengan sahabatnya atau melakukan kegiatan amal, terlalu berlebihan jika ia menggunakan perhiasan yang mencolok itu.

Ia menyeret dua kopernya turun. Ia sudah merelakan segalanya, sehingga tidak ada rasa sesal di hatinya.

"Nyonya Ravenna?" Kathie, kepala pelayan kediaman itu menatap Ravenna penuh tanya.

"Bibi Kathie, aku pamit. Terima kasih karena telah menyambutku di sini." Satu-satunya pelayan yang bersikap baik padanya di rumah ini adalah Kathie. Sementara pelayan lain, meski mereka tidak pernah bersikap kurang ajar padanya, tapi semuanya meremehkannya.

Para pelayan itu bahkan pernah membicarakannya karena ia tidak dicintai oleh Eldrion. Mereka selalu memandangnya sebelah mata.

"Apa yang terjadi, Nyonya?" Kathie menyukai Ravenna yang memiliki sikap dan perilaku baik. Selain itu Ravenna juga menjadi istri yang baik untuk Eldrion.

"Aku dan Eldrion memutuskan untuk bercerai."

Kathie terkejut mendengar hal ini meski sebenarnya ia juga sudah menduga bahwa pernikahan Ravenna dan Eldrion tidak akan bertahan lama, tapi ia sangat berharap bahwa keduanya akan tetap menjadi pasangan.

"Bibi, ini adalah catatan tentang Eldrion. Di sini ada semua yang ia sukai dan tidak ia sukai. Aku serahkan catatan ini pada Bibi. Tolong perhatikan Eldrion."

Kathie tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya menerima catatan itu.

"Aku pergi, Bibi."

"Ya, Nyonya. Hati-hati di jalan."

Ravenna tersenyum kecil. Kemudian ia menyeret kedua kopernya lagi. Ia memasukan kopernya ke mobil mewah yang telah diberikan oleh Eldrion untuknya.

Ia mengemudikan mobil itu menuju ke sebuah hotel. Ia tidak ingin tinggal di penthouse ataupun villa yang diberikan oleh Eldrion karena dalam beberapa hari lagi ia akan segera terbang ke Paris.

Ia perlu mendapatkan akta cerainya terlebih dahulu, baru setelah itu ia bisa pergi.

Selama menikah dengan Eldrion, ia tidak memiliki penghasilan. Ia selalu mengandalkan kartu bank yang diberikan oleh Eldrion.

Hanya saja ia juga jarang menggunakan kartu itu karena semua kebutuhannya telah disediakan di kediaman Eldrion. Meski Eldrion acuh tak acuh padanya, pria itu juga tidak menelantarkannya.

Ravenna tahu bahwa Eldrion seperti itu karena tidak ingin dimarahi oleh Theodore.

Setengah jam kemudian Ravenna sampai di hotel. Ia segera melakukan pembayaran dan pergi ke kamar hotel. Ia duduk di sofa, lalu kemudian mengeluarkan ponselnya.

"Ayo bertemu." Ravenna menghubungi sahabatnya, Seraphim.

"Di mana?"

"Tempat biasa."

"Baik. Aku akan ke sana dalam satu jam lagi."

"Ok."

Ravenna memutuskan panggilan telepon itu. Untuk pergi ke Paris, ia perlu memberitahu sahabatnya. Wanita itu pasti akan mengamuk jika ia tidak mengatakan apapun padanya.

Di kantornya, saat ini Eldrion sedang berhadapan dengan kakeknya.

Theodore melihat surat cerai yang masih tergeletak di meja. "Kau seharusnya mencegah Ravenna bercerai denganmu."

"Aku tidak akan menahan siapapun yang ingin pergi dariku, Kakek."

Theodore menghela napas. Cucunya sangat menguji kesabarannya. "Ravenna memang pantas mendapatkan pria yang lebih baik darimu."

"Kakek, jangan bersikap seolah-olah aku yang menjebaknya dalam pernikahan kami. Kakeklah yang memaksaku untuk menikah dengannya dengan menggunakan penyakit Kakek."

"Benar, ini adalah salahku. Salahku karena menikahkan Ravenna dengan pria tidak berperasaan sepertimu," balas Theodore.

"Apakah Kakek datang ke sini hanya untuk mengomeliku?"

"Ya. Aku benar-benar kesal karena kau tidak menahan Ravenna. Sudahlah, tidak ada gunanya mengomelimu. Apa yang kau berikan pada Ravenna sebagai hadiah perceraian?"

"Sejumlah uang, villa, penthouse dan mobil."

"Syukurlah, kau masih punya otak." Theodore tenang karena Ravenna tidak pergi dengan tangan kosong. "Eldrion, kau pasti akan menyesal telah menyia-nyiakan Ravenna. Di dunia ini, tidak akan ada wanita yang lebih baik dari Ravenna."

Eldrion tidak ingin bertengkar dengan kakeknya masalah ini. Ia tidak tahu mantra apa yang sudah digunakan oleh Ravenna sehingga membuat kakeknya begitu menyukai wanita itu.

Theodore pergi dari ruang kerja cucunya, tekanan darahnya akan meningkat jika ia berada di sana lebih lama lagi. Andai saja ia memiliki cucu pria lain, ia pasti akan menjodohkannya dengan Ravenna.

Lihat saja, setelah ini Eldrion pasti akan menangis darah.

**

"Aku bercerai dengan Eldrion." Ravenna memberitahu Seraphim.

Wanita cantik di seberang Ravenna menatap Ravenna tidak percaya. "Kau bercerai?"

Ravenna menganggukan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Seraphim tidak mengerti. Selama ini ia tidak pernah mendengar Ravenna mengeluh tentang Eldrion.

"Aku menyerah."

"Sejak kapan Ravenna yang keras kepala bisa menyerah?"

"Eldrion pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Wanita yang ia sukai."

Seraphim menghela napas. Sahabatnya telah menyukai Eldrion sejak remaja, tapi tidak ada yang tahu tentang hal itu kecuali dirinya.

Ia ikut senang saat Ravenna akhirnya menikah dengan pria yang ia cintai. Ia berharap Ravenna akan bahagia. Namun, sekarang ia bisa menilai bahwa Ravenna tidak bahagia.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Aku akan pergi ke Paris untuk mengejar impianku."

"Mengejar impian atau melupakan masa lalu?"

"Tidak ada yang perlu dilupakan, Sera. Aku yang memilih untuk bercerai dan aku tidak akan pernah menyesalinya. Aku hidup selama tiga tahun tanpa melakukan apapun yang penting, jadi aku ingin mengembangkan diriku."

"Baiklah, aku akan mendukungmu. Aku juga akan pindah ke Paris kalau begitu."

"Kau tidak harus melakukan itu, Sera."

"Tidak apa-apa, aku juga membutuhkan suasana baru agar ideku semakin banyak. Akhir-akhir ini aku terserang writerblock dan aku juga merasa tulisanku mulai membosankan." Seraphim adalah seorang penulis novel dewasa yang sudah memiliki begitu banyak penggemar.

Profesinya tidak mengharuskan ia menetap di sebuah kota. Ia bisa bepergian ke mana pun karena ia bisa menulis dari mana pun.

"Sera, kau adalah yang terbaik."

"Aku tahu itu. Terima kasih atas pujianmu."

Ravenna tertawa geli. "Sera, bagaimana jika kau menulis kisahku?"

"Aku tidak suka menulis kisah cinta yang berakhir tragis." Seraphim menolak.

Sekali lagi Ravenna tertawa. "Itu sangat menyakitkan."

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Seraphim. Ia mengkhawatirkan perasaan Ravenna.

"Aku akan segera baik-baik saja." Saat ini ia tidak baik-baik saja. Ia sangat mencintai Eldrion, tidak mudah mengambil keputusan besar ini. Ia tahu hatinya akan terus mencari Eldrion, tapi ia yakin perlahan-lahan semuanya akan segera membaik.

"Apakah Eldrion memberikanmu hadiah perceraian?"

"Ya. Aku mendapatkan cukup banyak."

"Itu bagus. Kau harus menghambur-hamburkan uangnya. Kau sudah mencintai pria dingin itu selama bertahun-tahun, sudah saatnya kau bersenang-senang dengan uangnya."

"Aku berpikir untuk menyumbangkan mereka semua."

"Ravenna, jangan bertindak impulsif, hidupmu masih panjang. Kau mungkin akan membutuhkan uang itu." Seraphim hanya ingin Ravenna bersikap rasional. Memiliki cukup banyak uang adalah hal yang baik, karena di dunia ini orang-orang akan dihargai jika memiliki uang.

Seraphim tahu bahwa Ravenna memiliki hati yang lembut. Ia sangat suka mengikuti kegiatan amal, terlebih yang berkaitan dengan anak yatim piatu karena Ravenna adalah yatim piatu yang dibesarkan oleh neneknya sendiran sejak Ravenna masih kecil.

Hanya saja, menyumbangkan semuanya itu benar-benar sesuatu yang tidak bisa didukung. Ravenna juga perlu melanjutkan hidupnya.

"Aku akan memikirkannya lagi nanti." Ravenna merasa terbebani karena uang itu. Namun, apa yang dikatakan oleh Seraphim juga ada benarnya.

Jadi, ia harus memikirkan tentang masalah ini dengan matang.

tbc

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel