1. Surat Cerai
"Kakek, sudah tiga tahun. Aku tidak bisa memperjuangkan pernikahanku dengan Eldrion lagi." Ravenna saat ini bicara dengan Theodore, kakek Eldrion. Mereka sedang berada di taman kediaman Theodore.
Theodore menatap wajah lembut Ravenna. Ia menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak berharap bahwa hari ini akan tiba.
Cucunya benar-benar bodoh. Bagaimana mungkin dia tidak bisa jatuh cinta pada wanita sebaik dan setulus Ravenna.
"Apakah kau yakin dengan keputusanmu, Ravenna?" Theodore tahu kepribadian Ravenna, jika Ravenna sudah datang ke sini maka artinya Ravenna telah membuat keputusan yang sudah ia pikirkan dengan matang.
"Ya, Kakek."
"Apakah kau sudah bicara dengan Eldrion?"
"Aku sudah bicara dengannya, Kakek. Eldrion setuju untuk bercerai."
Theodore sangat kasihan pada Ravenna. Ini semua adalah salahnya, andai saja ia tidak menikahkan Ravenna dengan Eldrion, maka Ravenna tidak akan membuang tiga tahunnya dengan sia-sia.
"Kau tidak mencintai Eldrion lagi?"
"Aku masih mencintainya, Kakek. Namun, apa gunanya itu? Dia tidak mencintaiku." Ravenna sudah menyimpan perasaannya dalam diam, ia baik-baik saja hanya mengagumi Eldrion dari jauh di masa lalu. Namun, Theodore mengambil inisiatif untuk menikahkannya dengan Eldrion.
Ia sebenarnya tidak ingin menjebak Eldrion dalam pernikahan yang tidak pria itu inginkan. Ia tahu bahwa Eldrion tidak pernah menyukainya. Hanya saja, ia memiliki utang pada Theodore, ia tidak bisa menolak keinginan pria itu.
Tiga tahun cintanya bertepuk sebelah tangan, itu sudah sangat menyakiti Ravenna. Memang benar, itu bukan salah Eldrion karena tidak membalas perasaannya, Eldrion tidak harus bertanggung jawab terhadap perasaan orang lain. Akan tetapi, tetap saja itu membuatnya kecewa pada Eldrion. Tidak bisakah Eldrion belajar untuk membalas perasaannya?
Terus berharap hanya akan menyakitinya, dan Ravenna tahu kapan waktunya harus berhenti.
"Eldrion benar-benar bodoh. Wanita seperti apa sebenarnya yang dia inginkan?" Theodore berpikir bahwa Ravenna adalah yang terbaik untuk Eldrion.
"Yang pasti wanita itu bukan aku, Kakek." Ravenna tersenyum kecil meski hatinya sakit. "Kakek, tolong setujui perceraianku dengan Eldrion."
"Baiklah, Kakek tidak akan menghalangimu." Theodore sangat enggan melepaskan Ravenna, tapi ia juga tidak bisa egois. Ravenna tidak bahagia begitu juga dengan cucunya. "Ravenna, setelah bercerai dengan Eldrion, jangan putuskan hubungan dengan Kakek. Kau tahu Kakek sangat menyayangimu."
"Baik, Kakek," jawab Ravenna. Ravenna akan terus berhubungan dengan Theodore, tapi mungkin ia tidak akan sering bertemu dengan pria tua itu.
Saat ia memutuskan untuk bercerai, ia telah memutuskan untuk pergi ke Paris. Ia ingin memulai kembali hidupnya.
Ia memiliki cita-cita untuk menjadi perancang busana terkenal. Paris adalah pusat fashion, jadi ia telah memutuskan untuk pergi ke sana.
Selama tiga tahun menikah dengan Eldrion, ia hanya memusatkan perhatiannya pada Eldrion. Ia menjadi wanita yang hanya diam di rumah tanpa pergi keluar untuk bekerja.
"Ayo pergi ke ruang kerja kakek."
Ravenna mengangguk, ia kemudian melangkah bersama dengan Theodore menuju ke ruang kerja pria itu.
Theodore mengambil sebuah kartu bank. Ia menyerahkannya pada Ravenna. "Ada sejumlah uang di sana, gunakanlah itu untuk melanjutkan hidupmu."
Ravenna berasal dari desa, ia adalah seorang yatim piatu yang kemudian dibawa oleh Theodore ke yayasan milik mendiang istrinya.
Tidak ada lagi keluarga yang bisa menampung Ravenna, oleh karena itu Theodore memberikan sejumlah uang agar Ravenna bisa hidup di luar kediaman Eldrion.
Ravenna sudah banyak berutang pada Theodore, jadi mana mungkin ia bisa menerima uang dari pria itu lagi. "Kakek, maafkan aku. Aku tidak bisa menerima uang ini."
"Anggap saja sebagai kompensasi karena telah membuatmu menyia-nyiakan waktumu selama tiga tahun ini untuk pria kayu seperti Eldrion."
"Kakek, tiga tahun ini aku harus berterima kasih padamu. Setidaknya aku sudah hidup selama tiga tahu dengan pria yang aku cintai. Kakek, aku benar-benar tidak bisa menerima uang darimu lagi. Aku telah berutang sangat banyak."
Theodore melihat tekad di mata Ravenna. Cucu menantunya ini tidak akan menerima kartu banknya sampai akhir. Ia tahu benar bahwa Ravenna jelas bukanlah seorang wanita mata duitan.
"Baik, kau bisa menolak uang dariku. Namun, jangan menolak jika Eldrion memberikanmu uang untuk perceraian kalian. Kau memang berhak mendapatkan itu."
"Ya, Kakek."
Setelah bicara dengan Theodore, Ravenna pergi ke perusahaan Eldrion. Ia telah membawa surat cerai bersamanya.
Semakin cepat perceraian terjadi, maka semakin bagus itu. Ravenna bukannya tidak sabar untuk bercerai, tapi ia hanya ingin menyelesaikan segalanya dengan cepat untuk bisa memulai kembali hidupnya.
"Saya ingin bertemu dengan Eldrion." Ravenna bicara pada resepsionis.
Resepsionis itu menatap Ravenna sopan. "Apakah Nona telah membuat janji dengan Pak Eldrion sebelumnya?"
"Tidak, aku belum membuat janji."
"Maafkan saya, Nona. Anda perlu membuat janji temu terlebih dahulu jika ingin bertemu dengan Pak Eldrion. Bagaimana jika saya buatkan janji temu dengan Pak Eldrion? Tapi, Anda tidak bisa bertemu dengannya sekarang." Wanita itu bicara dengan sangat sopan. Ia tidak menatap Ravenna sebagai wanita aneh yang ingin bertemu dengan bosnya tanpa membuat janji sebelumnya.
Sejujurnya ada begitu banyak wanita yang seperti Ravenna, datang ingin bertemu dengan Eldrion tanpa membuat janji terlebih dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah wanita yang tertarik pada Eldrion dan ingin mencoba keberuntungan.
Ravenna mengeluarkan ponselnya. Itu adalah ponsel edisi terbatas yang diberikan oleh Theodore saat ulang tahun Ravenna tahun lalu.
"Aku perlu bicara denganmu. Aku berada di bawah sekarang." Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun Ravenna mengunjungi kantor Eldrion, itulah sebabnya tidak ada yang mengenalinya sebagai istri Eldrion.
Selain itu pernikahannya dengan Eldrion juga dirahasiakan. Pernikahan mereka hanya disaksikan oleh keluarga inti Eldrion saja.
"Aku akan mengirim Yael ke bawah."
"Ya."
Ravenna kemudian memutuskan panggilan telepon itu.
"Saya akan menunggu di sini, apakah itu baik-baik saja?"
"Nona silahkan menunggu di sana." Resepsionis itu menunjuk ke tempat menunggu, ada tempat duduk di sana.
"Baik, terima kasih." Ravenna segera pergi menuju ke tempat duduk.
Tidak sampai lima menit, seorang pria datang. Dia adalah Yael, sekertaris Eldrion.
"Nyonya, silahkan ikut saya." Yael berkata dengan segan.
"Ya."
Ravenna kemudian mengikuti Yael. Ia melewati mea resepsionis tadi lalu masuk ke dalam lift khusus untuk CEO.
Pegawai wanita yang berada di meja resepsionis tertegun sejenak. Ia sedikit penasaran tentang identitas Ravenna yang dijemput secara pribadi oleh Yael.
Apakah mungkin yang tadi ditelepon oleh wanita itu adalah CEO nya? Wanita itu menebak-nebak. Jika ia, maka hubungan mereka pasti sangat dekat.
Di atas, Ravenna sampai di lantai tempat ruangan Eldrion berada.
"Nyonya, apa yang ingin Anda minum?" tanya Yael.
"Tidak perlu repot. Aku hanya sebentar," balas Yael.
Yael kemudian membukakan pintu untuk Ravenna, mempersilahkan istri atasannya untuk masuk.
Ravenna melihat sekilas ruangan Eldrion. Ia sudah menduga bahwa ruang kerja Eldrion akan didominasi oleh hitam, cokelat dan putih. Ruangan itu rapi dan bersih.
"Aku sudah bicara dengan Kakek. Dia mengizinkan kita bercerai," seru Ravenna.
Eldrion masih fokus pada pekerjaannya. Pria itu menandatangani beberapa berkas.
"Ini adalah surat cerai, aku sudah menandatanganinya." Ravenna menyodorkan surat cerai yang sudah ia bawa.
Eldrion akhirnya berhenti bekerja. Ia melihat ke selembar kertas di meja, mengambilnya lalu membacanya dengan seksama. Memang ada tanda tangan Ravenna di sana.
Jadi, wanita itu menyiapkannya dengan begitu cepat. Rencana bercerai ini tampaknya sudah dipikirkannya dengan matang.
Eldrion meraih pulpen, pria itu kemudian menandatangani surat cerai yang tadi sudah ia baca.
"Yael akan memberikan kompensasi perceraian padamu."
"Baik." Ravenna tidak menuntut apapun dari Eldrion. Bahkan jika ia tidak diberikan uang perceraian, ia juga tidak akan mengeluh. "Aku akan mengemas barang-barangku hari ini."
Eldrion merasa tidak nyaman dengan tekad Ravenna yang begitu besar untuk berpisah dengannya. Ia yakin bahwa Ravenna yang sangat menginginkan pernikahan mereka, tapi kenapa pada akhirnya Ravenna juga yang memutuskan untuk bercerai.
Apakah mungkin Ravenna telah menemukan pria lain yang jauh lebih kaya?
Tidak mungkin. Ravenna selalu berada di rumah, wanita itu jarang keluar untuk bergaul. Selain itu, di mana ada pria yang jauh lebih kaya darinya di lingkungan sosial ini?
"Lakukan apapun yang kau inginkan," balas Eldrion acuh tak acuh.
"Baiklah, kalau begitu aku permisi." Ravenna kemudian undur diri. Ia pergi dengan sangat tenang tanpa berbalik sedikitpun, dan ini menimbulkan ketidak nyamanan lain untuk Eldrion.
Tidak mungkin Ravenna sedang bermain trik dengannya, bukan? Ravenna sudah memiliki segalanya, untuk apa lagi dia bermain trik.
Sudahlah, Eldrion tidak ingin memikirkannya terlalu banyak. Bukan ia yang menceraikan Ravenna, wanita itu sendiri yang ingin pergi darinya, jadi ia tidak akan menahannya sedikit pun.
Eldrion kembali bekerja menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan.
tbc